Marx

Penulis

Senin, 10 Juli 2000 00:00 WIB

Lelucon menentang yang lurus dan yang lumrah. Di panggung atau di layar televisi, Asmuni atau Kirun menimbulkan gelak karena yang lurus dibengkokkan, yang lumrah dibelokkan. Itu sebabnya dalam adegan Srimulat para pembantu rumah tangga—yang dalam latar sosial Jawa mesti seakan-akan tak tampak tapi bekerja patuh di depan para tamu—bukan saja menonjol, tapi malah mempermainkan sang majikan. Etiket runtuh. Penonton tertawa.

Dalam film bisu awal abad ke-20, Charlie Chaplin melawan ketertiban dengan jadi si gelandangan kontet yang dengan celana yang terlalu besar mengacaukan agen polisi. Dalam gaya yang lebih kasar, dalam bentuk slapstick, film-film Abbot dan Castello menggunakan tubuh sendiri sebagai sasaran kekacauan: kepala yang dipukul penampan, wajah yang dilumuri kue tart, badan yang jatuh. Dalam film kartun Tom & Jerry, palu dan dinamit dipakai buat menekankan efek lucu.

Ada yang ganas dalam tiap canda. Mungkin sebab itu dari vaudeville di panggung murah sampai dengan tingkah laku lucu di layar putih Hollywood, Marx Bersaudara disambut sebagai badut-badut yang jitu karena di tiap gerak dan suara mereka ada sesuatu yang nyrempet-nyrempet bahaya—sesuatu yang tak dikenal di alam kelas menengah yang makin rapi. Tokoh teater Prancis yang kemudian gila, Antonin Artaud, menyambut lelucon Marx Bersaudara sebagai "penghancuran semua kenyataan yang ada dalam pikiran".

Tak mengherankan bila film mereka (misalnya Duck Soup, Horse Feathers) dipuja kembali di Amerika di tahun 1960-an, sebuah zaman ketika generasi muda sedang memberontak. Film-film itu dibuat di tahun awal 1930-an, sebelum Hollywood ditertibkan oleh kode etik perfilman yang menuntut agar layar putih mencerminkan selera "orang baik-baik"—sebuah sikap konservatif yang menyebabkan kehidupan pribadi yang "menyimpang" juga harus disembunyikan. Ingrid Bergman yang datang dari Swedia itu disisihkan Hollywood lantaran ia hamil di luar nikah. Rock Hudson yang homoseksual bukan saja harus berperan sebagai seorang pria yang menyukai perempuan, tapi dalam hidup sehari-harinya dia harus menikah dengan seorang wanita. Menjelang tata yang mengungkung itu berlaku, di pertengahan 1930-an, Groucho Marx dan saudara-saudaranya justru mengharu-biru setiap baris yang mapan.

Tapi sejauh mana? Pertanyaan ini memang biasa dimajukan terhadap setiap pembebasan. Yang lurus dan yang lumrah kian lama kian bisa mencekik, tetapi bisakah hidup terus-menerus harus berupa letupan lucu?

Beberapa tahun yang baru saja lalu, para pemikir mengecam modernitas sebagai sesuatu yang sangat terarah dengan fokus untuk menguasai dunia. Sebagai alternatif, tulisan-tulisan Mikhail Bakhtin disambut. Bakhtin mengumandangkan apa yang disebutnya sebagai "karnaval". Yang spontan, tak terduga, bebas, menjadi antitesis bagi semua usaha yang hanya menuntut efisiensi, efektivitas, kemanfaatan.

Dalam arti tertentu, ini juga sebuah protes kepada hidup yang seperti persegi empat: hidup yang semua sisinya sama, semua sisinya jadi batas, semua sisisnya sudah bisa diduga. Marshal MacLuhan mungkin mengungkapkan ini ketika ia mengatakan, dalam sebuah pidato di tahun 1969, "Jokes are grievances": lelucon adalah keluhan. Sadar atau tak sadar, kita mengeluh kepada beban sebuah dunia yang persegi empat, dan kita melucu.

Tapi Indonesia kini mungkin justru tak sangat membutuhkan itu. Humor memang bagus untuk menghadirkan sebuah sikap yang lebih leluasa dan tanpa hierarki—dan ini sangat penting bagi sebuah republik yang selama 32 tahun dipimpin oleh seorang bekas jenderal yang meskipun sering tersenyum, di balik senyum itu orang lain cemas karena tampaknya si Boss ada "maksud". Humor justru bisa membuka hubungan manusia menjadi tanpa maksud yang tertentu. Tapi pada sisi lain humor juga bisa dipakai untuk menampik apa yang terarah dan berfokus. Di bawah kepresidenan Gus Dur, bahkan lelucon tampaknya telah jadi cara melepaskan diri dari tuntutan dan bantahan. Jika Anda datang ke Presiden Republik Indonesia yang ke-4 dan mengutarakan kritik atau saran, Anda tak akan diberangus. Tapi Anda akan dijawab dengan penggeli hati—dan semua arah awal pembicaraan pun buyar.

Dalam hal ini, Gus Dur boleh dikatakan seorang Marxis: ia mengikuti gaya Groucho Marx dan saudara-saudaranya. Tentu saja dengan jauh lebih cerdas. Tapi saya pernah mendengar seorang wartawan Inggris yang berkata: "Seandainya ekonomi Indonesia bisa ditolong dengan mengeskpor lelucon, Gus Dur akan berhasil."

Sayangnya lelucon tak sama dengan barang non-migas, dan seperti dalam canda Marx bersaudara, ada yang ganas di sana: keganasan mencemooh semua niat untuk efisien dan efektif, keganasan untuk menafikan keharusan mempunyai rencana. Hidup di Indonesia, kita tahu, tak semuanya sebuah karnaval ala Bakhtin, ketika banyak orang mati dan jutaan manusia cemas. Bahkan bagi seorang badut pun kita harus meminta jeda. Seorang perempuan konon pernah mendengar lelucon Groucho selama tiga hari tanpa putus. Merasa tak bisa lagi bicara dan tukar-menukar pikiran, ia pun berteriak: "Please, Groucho, stop! Let's have a nice quiet normal conversation."

Agaknya kita juga harus berteriak yang sama kepada Presiden: kita perlu percakapan yang tenang, enak dan, maaf, produktif.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

4 menit lalu

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

Sufmi Dasco membantah, ketidakhadiran Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam acara Halalbihalal yang digelar PKS merupakan sinyal penolakan

Baca Selengkapnya

Tidak Berstatus Internasional, Bandara Adi Soemarmo tetap Layani Penerbangan Haji 2024

16 menit lalu

Tidak Berstatus Internasional, Bandara Adi Soemarmo tetap Layani Penerbangan Haji 2024

Bandara Adi Soemarmo Solo tidak lagi menyandang status sebagai bandara internasional. Tapi tetap layani penerbangan haji.

Baca Selengkapnya

Gempa Tektonik M5.2 di Laut Banda, Terasa Sampai Maluku Tenggara

16 menit lalu

Gempa Tektonik M5.2 di Laut Banda, Terasa Sampai Maluku Tenggara

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas intra-slab subduksi banda.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

21 menit lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Jonatan Christie Menang, Bawa Indonesia Unggul 3-0 Atas Inggris di Piala Thomas 2024

23 menit lalu

Jonatan Christie Menang, Bawa Indonesia Unggul 3-0 Atas Inggris di Piala Thomas 2024

Jonatan Christie menyumbang poin bagi tim bulu tangkis Indonesia setelah mengalahkan Nadeem Dalvi saat menghadapi Inggris di Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Jakarta Pertamina Pertamax Menang, Beri Kekalahan Kedua buat Jakarta Garuda Jaya

29 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Jakarta Pertamina Pertamax Menang, Beri Kekalahan Kedua buat Jakarta Garuda Jaya

Tim bola voli putra Jakarta Pertamina Pertamax meraih poin penuh pada penampilan perdananya di Proliga 2024, mengalahkan Jakarta Garuda Jaya.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

39 menit lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Ketua DPD Golkar Sumut Musa Rajekshah soal Kemungkinan Maju Cawagub: Kan Udah Pernah

53 menit lalu

Ketua DPD Golkar Sumut Musa Rajekshah soal Kemungkinan Maju Cawagub: Kan Udah Pernah

Ketua DPD Partai Golkar Sumatera Utara Musa Rajekshah mengomentari saat ditanya kemungkinan maju calon wakil gubernur

Baca Selengkapnya

Bamsoet Apresiasi IKA Jayabaya, Tetap Eksis Selenggarakan Kegiatan Positif

1 jam lalu

Bamsoet Apresiasi IKA Jayabaya, Tetap Eksis Selenggarakan Kegiatan Positif

Dari kampus Jayabaya telah lahir tokoh-tokoh nasional dan sumberdaya-sumberdaya manusia

Baca Selengkapnya

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

1 jam lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya