Mulyana

Penulis

Senin, 2 Mei 2005 00:00 WIB

Mulyana atau bukan Mulyana, tiap orang punya detik-detik yang genting, ketika harus menentukan untuk curang atau tak curang, mencuri atau tak mencuri. Detik-detik itu mungkin singkat, tapi itulah saat kebebasan yang menakjubkan.

Menakjubkan dan sekaligus membuat gentar: kebebasan itu sunyi dan penuh risiko. Tapi bagaimanapun ia menandai sebuah otonomi, mengisyaratkan sebuah posisi: manusia bukanlah sebuah kapal keruk. Sebuah kapal keruk, yang digerakkan sepenuhnya oleh pelaku di luar dirinya, tak akan bisa dituntut pertanggungjawaban, tak dapat pula diberi penghormatan. Tak ada mesin yang patut dibui dan layak diberi medali.

Memang bisa dikatakan, keputusan seseorang, Mulyana atau bukan Mulyana, disebabkan oleh wataknya, dan watak adalah akibat warisan genetik orang tua serta pengaruh sekitar yang membekas.

Namun dapatkah semua hal diterangkan dengan garis lurus sebab-dan-akibat itu? Ketika saya memutuskan bertindak A, dan bukan B, saya sebenarnya tak tahu persis adakah hal itu karena nenek moyang saya Ken Arok, atau karena tubuh saya gemuk, atau karena saya berbakat main akordeon dan dibesarkan di Cepu. Siapa yang dapat memastikan bahwa sebab X, Y, Z akan berakibat pada laku A dan bukan B?

Pada akhirnya, inilah yang saya tahu: saya adalah pelaku. Mulyana atau bukan, pada saat-saat saya harus memilih apa yang "baik" dan "buruk", saya bukanlah sebuah akibat. Ada dalam hidup saya yang dapat dijelaskan dengan sebab-dan-akibat, namun ada yang tidak. Tak seluruh diri saya digerakkan oleh keniscayaan. Kita sehari-hari menempuh hidup dengan Das Sein, mengikuti "apa-yang-ada-kini"; tapi juga kita coba menjalankan Das Sollen, "yang-seharusnya". Kant mengatakan: kita memiliki "kemerdekaan transendental".

Advertising
Advertising

Kemerdekaan itulah yang membuat manusia sebuah makhluk yang belum selesai.

Ada sepotong kalimat yang pernah mengharukan abad ke-20: "Saya percaya, manusia pada dasarnya baik". Anne Frank menuliskan itu di antara ribuan baris catatan hariannya, ketika gadis kecil Yahudi itu bersembunyi ketakutan selama dua tahun, sebelum akhirnya orang Nazi menangkapnya beserta seluruh keluarganya dan memasukkannya ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen, tempat ia mati pada akhir musim dingin 1945. Kata-kata itu memberikan harap pada zaman yang gelap. Tapi sebenarnya tak sepenuhnya tepat.

Bukan karena manusia "pada dasarnya buruk". Tapi karena kita tak dapat merumuskan satu sifat apa pun tentang manusia dengan kata-kata "pada dasarnya". Seseorang jadi pahlawan atau bajingan bukan karena "esensi". Saya tak pernah percaya ada "pahlawan" atau "bajingan"; yang ada hanyalah "laku/momen kepahlawanan" atau "laku/momen kebajinganan". Keduanya adalah "eksistensi", yang datang dari pilihan dan perbuatan.

Sebab itulah pilihan untuk berbuat baik—menolak untuk korupsi, misalnya—adalah sebuah langkah yang tiap kali mengharukan dan mengagumkan: ia tak dilakukan sebagai kelaziman, atau sebagai sesuatu yang niscaya dan tak terelakkan. Ia dilakukan sebagai semacam "penciptaan". Ia dilakukan bukan untuk menuruti perintah dari "dia" atau "mereka", dari hukum Tuhan atau manusia. Perbuatan baik itu dilakukan secara "spontan", sebab langsung ia dilihat sebagai "wajib".

Dalam sebuah kisah kecil Mahabharata, Urinara melindungi seekor unggas yang nyaris tewas. Seekor elang besar mengejar untuk memangsanya. Urinara tak kenal unggas yang ketakutan itu, tapi ia tahu ia tak dapat membiarkan keangkaramurkaan itu terjadi. Ditawarkannya dirinya, jasadnya, untuk jadi makanan pengganti. Si elang pun menerima tawaran itu, dan mulailah ia memakan sedikit demi sedikit tubuh sang penolong….

Bagi Urinara, keputusannya adalah sebuah "kewajiban". Ia melakukannya bukan karena ia senang, bukan karena janji surga, melainkan karena ia sadar itulah yang "baik", yang "bajik", dan tak ada hubungan antara kebajikan dan rasa bahagia. Kebajikan itu ia anggap sebagai sesuatu yang "seharusnya", dan ini berlaku universal: harus dilakukan oleh siapa saja, juga oleh dirinya.

Tapi "kewajiban" itu, pada saat yang sama, juga dipilih dengan bebas—bebas dari pamrih apalagi paksaan. Memang sebuah paradoks: bagaimana sebuah "kebebasan" menjalankan "kewajiban"? Apa arti "otonomi" di sini?

Kant mencoba menjelaskan paradoks itu dengan susah payah. Tapi saya kira ada jawaban yang sederhana: yang "wajib" itu tersedia untuk dipilih secara bebas sebab ia memenuhi sebuah gagasan tentang apa yang "universal", yang diterima semua orang yang berakal-budi.

Tentu saja yang "universal" itu tak pernah hadir sebagai tata tertib yang jelas dan selesai. Manusia mempersoalkannya berabad-abad, selalu dalam keadaan setengah gelap. Juga bagi Urinara. Malah mungkin ia tak berpikir, dapatkah tindakan yang dilakukannya jadi norma yang berlaku bagi orang lain sebagai "imperatif yang kategoris". Yang pasti ia tak berbuat untuk jadi teladan. Namun di situ justru kebajikannya menakjubkan.

Tapi tak hanya Urinara. Syahdan, di sebuah tembok di Kota Kaliningrad yang dulu bernama Köningsberg, tak jauh dari makam Kant yang merapat di dinding katedral kota itu, ada sebuah kutipan terkenal dari sang filosof, dipahat dalam bahasa Jerman dan Rusia. Terjemahan bebasnya: "Dua hal memenuhi pikiranku dengan rasa takjub dan terkesima: angkasa yang penuh bintang di atas sana dan hukum moral nun dalam diri manusia".

Dua hal—dan di situ tampak keterbatasan manusia tapi juga kelebihannya. Di tengah alam semesta, ia hanya satu di antara bermiliar-miliar noktah; ia begitu terbatas, begitu tak mampu untuk mengetahui semuanya. Tapi dalam posisi itu, ia toh dapat, bila ia mau, menciptakan sesuatu yang baik bagi sesamanya.

Maka alangkah nistanya, jika Mulyana atau bukan Mulyana ternyata memilih mala, memilih evil—dan berpaling dari hal yang menakjubkan itu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Shin Tae-yong Bicara Peluang Panggil Elkan Baggott untuk Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea

2 menit lalu

Shin Tae-yong Bicara Peluang Panggil Elkan Baggott untuk Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea

Elkan Baggott berpeluang dipanggil Shin Tae-yong untuk laga playoff Olimpiade Paris 2024 Timnas U-23 Indonesia vs Guinea.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Game Google Play 2024 yang Seru untuk Dimainkan

3 menit lalu

7 Rekomendasi Game Google Play 2024 yang Seru untuk Dimainkan

Berikut ini beberapa rekomendasi game Google yang bisa Anda install dan mainkan. Ada banyak game seru dan menantang.

Baca Selengkapnya

Tips Bantu Mengatasi Ruang Penyimpanan Google yang Penuh

9 menit lalu

Tips Bantu Mengatasi Ruang Penyimpanan Google yang Penuh

Langkah selanjutnya adalah menghapus data yang tidak lagi diperlukan atau relevan dengan mengakses https://drive.google.com/#quota.

Baca Selengkapnya

Delegasi World Water Forum akan Diajak Wisata Melukat dan Meninjau Museum di Bali

12 menit lalu

Delegasi World Water Forum akan Diajak Wisata Melukat dan Meninjau Museum di Bali

Bali menyiapkan tiga tempat penglukatan di Bali, salah satunya Pura Tirta Empul di Tampaksiring, untuk delegasi World Water Forum.

Baca Selengkapnya

2 Kali Bermasalah di Bea Cukai, Cakra Khan: Saya akan Bayar Pajak Kalau Masuk Akal

16 menit lalu

2 Kali Bermasalah di Bea Cukai, Cakra Khan: Saya akan Bayar Pajak Kalau Masuk Akal

Cakra Khan pernah mengalami masalah dengan pihak Bea Cukai. Dia membeli jaket Rp 6 juta, namun dikenakan denda sampai Rp 21 juta.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Beri Semangat Timnas Indonesia U-23 untuk Kejar Tiket Olimpiade Paris 2024 Usai Dikalahkan Irak

16 menit lalu

Presiden Jokowi Beri Semangat Timnas Indonesia U-23 untuk Kejar Tiket Olimpiade Paris 2024 Usai Dikalahkan Irak

Setelah kalah melawan Irak, timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff untuk mengejar tiket berlaga di Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

18 menit lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Pernah Mengalami Kejadian Tidak Mengenakkan? Ini 3 Tanda Trauma yang Belum Sembuh Total

21 menit lalu

Pernah Mengalami Kejadian Tidak Mengenakkan? Ini 3 Tanda Trauma yang Belum Sembuh Total

Gejala trauma dari jejak trauma yang tidak sembuh seutuhnya ataupun belum diproses dengan baik, menunjukkan beberapa tanda.

Baca Selengkapnya

Jenis Soal Paling Sulit Versi Peserta UTBK 2024 di UNJ: Penalaran Matematika dan Kuantitatif

22 menit lalu

Jenis Soal Paling Sulit Versi Peserta UTBK 2024 di UNJ: Penalaran Matematika dan Kuantitatif

Penalaran Kuantitatif dan Penalaran Matematika UTBK menjadi tes paling sulit karena waktu pengerjaannya terbatas hanya 30 menit.

Baca Selengkapnya

Soal Sikap Politik PKS Usai Pilpres 2024, Jubir: Santai Saja

28 menit lalu

Soal Sikap Politik PKS Usai Pilpres 2024, Jubir: Santai Saja

Koordinator Juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, mengatakan sikap politik PKS jadi koalisi atau oposisi akan diumumkan jika sudah diputuskan Majelis Syuro.

Baca Selengkapnya