Setelah Cuitan Mematikan

Penulis

Rabu, 19 November 2014 21:23 WIB

Tawuran yang dipicu oleh sebuah cuitan di Twitter membuat banyak orang terperangah. Apalagi perkelahian ini menimbulkan korban meninggal. Pendidikan di sekolah menengah mesti dibenahi. Upaya melarang mereka berkelahi tak akan berhasil jika pendidikan semata-mata berorientasi pada nilai ujian.

Perkelahian antara murid SMA 109 dan SMA 60 Jakarta di Jakarta Selatan itu menewaskan Andi Audi Pratama, seorang pelajar. Tawuran itu diperkirakan pecah karena provokasi akun Twitter @JalurSMA yang kerap digunakan untuk meledek dan memanas-manasi pelajar sekolah lain.

Beberapa saat sebelum tawuran, pemilik akun @JalurSMA mencuitkan provokasi. Mereka memberi selamat kepada Psycho?sebutan mereka untuk pelajar SMA 60?karena berhasil mengalahkan Sersan 109 (pelajar SMA 109) dalam sebuah tawuran. Tweet itu memancing tweet war di antara pelajar kedua SMA. Ujungnya, mereka bersepakat menggelar tarung ulang. Akibat perkelahian kedua inilah Andi, siswa SMA 109, meninggal.

Polisi berusaha mencari pemilik akun @JalurSMA, meski belakangan akun itu berubah nama dan menghapus semua tweet mereka. Tindakan polisi sudah tepat karena pemilik akun yang memprovokasi para pelajar untuk berkelahi itu wajib mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Hanya, pemblokiran akun itu?jika tidak dinonaktifkan oleh pemiliknya?bukanlah solusi utama. Sebab, mereka bisa membuat akun lain dan melakukan hal yang sama. Setidaknya ada empat akun lain di Twitter yang melakukan hal yang kurang-lebih sama dengan apa yang dilakukan oleh @JalurSMA: memprovokasi, menjadi saluran untuk janji tawuran, dan kanal untuk gagah-gagahan para pemenang.

Media sosial daring cuma bentuk lain dari pemancing tawuran. Dulu, sebelum media sosial online ada, mereka bisa terpancing hanya karena grafiti nama kelompok mereka pada sebuah tembok dihapus atau ditimpa oleh grafiti nama kelompok lain. Provokasi dan upaya memanas-manasi juga kerap dilakukan para alumnus secara langsung dengan mendatangi tempat-tempat adik kelas mereka nongkrong. Media sosial hanya memudahkan provokasi ini.

Advertising
Advertising

Yang mesti dipertanyakan: kenapa mereka bisa begitu mudah terpancing oleh provokasi, baik lewat Internet maupun tidak? Ibarat petasan, sumbu para pelajar ini terlalu pendek. Kemarahan mereka begitu mudah terpicu. Hal ini tidak mungkin diselesaikan dengan imbauan. Kami yakin tak ada sekolah yang tidak melarang murid-muridnya berkelahi. Di setiap upacara bendera pada Senin pagi, hal ini pasti kerap disinggung.

Pencegahan ini hanya dapat dilakukan jika kita membenahi pendidikan kita, mengubah fokusnya dari penekanan pada pengetahuan dan pencapaian nilai ujian yang bagus menjadi penanaman nilai-nilai kemanusiaan. Dari mencetak para pekerja menjadi mencetak manusia berkarakter mulia. Selama ini kita terlalu berorientasi pada nilai ujian. Pelajaran agama dan moral hanya didiktekan dan dihafalkan demi bisa menjawab soal ujian dengan tepat, sehingga siswa kehilangan kepekaan sosialnya.

Berita terkait

Deretan Album Greatest Hits yang Terlaris

2 menit lalu

Deretan Album Greatest Hits yang Terlaris

Album greatest hits merupakan cara label mengemas ulang hak cipta yang ada

Baca Selengkapnya

Alasan Teguh Prakosa Singgung Soal Stunting Saat Daftar ke PDIP untuk Pilkada Solo

5 menit lalu

Alasan Teguh Prakosa Singgung Soal Stunting Saat Daftar ke PDIP untuk Pilkada Solo

Teguh Prakosa mengakui mendapat dukungan penuh dari akar rumput PDIP untuk maju dalam Pilkada Solo 2024.

Baca Selengkapnya

5 Maskapai Penerbangan Ini Tawarkan Liburan Gratis saat Transit

6 menit lalu

5 Maskapai Penerbangan Ini Tawarkan Liburan Gratis saat Transit

Liburan ini bisa gratis karena maskapai penerbangan memberi fasilitas kamar hotel tanpa biaya saat transit di Abu Dhabi, Kairo, hingga Doha.

Baca Selengkapnya

500 Demonstran Unjuk Rasa Damai di Peru Mendesak Undang-undang yang Mengatur LGBT Dihapus

6 menit lalu

500 Demonstran Unjuk Rasa Damai di Peru Mendesak Undang-undang yang Mengatur LGBT Dihapus

Demonstran menuntut penghapusan undang-undang baru yang menggambarkan transgender dan jenis LGBT lainnya masuk kategori sebuah penyakit mental

Baca Selengkapnya

Kemenko PMK Soroti Kurangnya Bidang Riset dalam Industri Elektronik Indonesia

6 menit lalu

Kemenko PMK Soroti Kurangnya Bidang Riset dalam Industri Elektronik Indonesia

Kemenko PMK menyebutkan, serapan kerja di industri elektronik Indonesia masih rendah, terutama di bidang riset.

Baca Selengkapnya

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

8 menit lalu

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

Aktor Chow Yun Fat akan berulang tahun ke 69 pada 18 Mei 2024. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Amankan World Water Forum Di Bali, Ditpolairud Polda Bali Kerahkan 2 Kapal dan 3 Helikopter

9 menit lalu

Amankan World Water Forum Di Bali, Ditpolairud Polda Bali Kerahkan 2 Kapal dan 3 Helikopter

Ditpolairud Polda Bali kini melakukan pengamanan KTT World Water Forum ke-10 di Bali, kerahkan 2 kapal dan 3 helikopter.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Bambang Hartono Pemilik Como 1907, Pernah Jadi Atlet Indonesia Tertua

34 menit lalu

Fakta-Fakta Bambang Hartono Pemilik Como 1907, Pernah Jadi Atlet Indonesia Tertua

Bambang Hartono Pemilik Como 1907 adalah seorang atlet bridge. Ia menjadi atlet tertua kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018 di usia 78 tahun.

Baca Selengkapnya

Tinju Dunia Kelas Berat: Tyson Fury Tak Terima dengan Kekalahan, Sebut Oleksandr Usyk Menang karena Simpati Juri atas Ukraina

36 menit lalu

Tinju Dunia Kelas Berat: Tyson Fury Tak Terima dengan Kekalahan, Sebut Oleksandr Usyk Menang karena Simpati Juri atas Ukraina

Tyson Fury tidak terima dengan kekalahan dari Oleksandr Usyk dalam perebutan gelar juara sejati tinju kelas berat.

Baca Selengkapnya

Fahri Bachmid Gantikan Sementara Yusril yang Mundur dari Ketum PBB

40 menit lalu

Fahri Bachmid Gantikan Sementara Yusril yang Mundur dari Ketum PBB

Pergantian Yusril Ihza Mahendra dari Ketua Umum Partai Bulan Bintang dianggap telah dilakukan secara demokratis dan sah.

Baca Selengkapnya