Matahari

Penulis

Senin, 8 Mei 2000 00:00 WIB

Astronom itu berkata, "Matahari tinggal separuh lagi usianya." Ia membuat kita terkejut, takjub, sedih. Tiba-tiba kesementaraan hadir di mana-mana: deru mobil yang terdengar dari luar, teriak anak-anak yang bermain basket di tepi taman, kicau burung yang mencari ulat.

"Dalam bentuknya yang sekarang," astronom itu berkata lagi, "umur matahari sudah 4,5 miliar tahun. Diperkirakan hydrogen yang tinggal di dalam inti surya hanya akan memberinya hidup 4,5 miliar tahun lagi."

Saya menghela napas. Empat setengah miliar tahun.…

Waktu sepanjang itu menelan kita, waktu sepanjang itu memasukkan kita ke dalam sebuah palung yang batasnya tak bisa terbayangkan. Jika 4,5 miliar tahun ditambah 4,5 miliar tahun adalah sesuatu yang bisa dilecehkan sebagai soal yang tidak abadi, apa artinya umur 80, dan 90, dan 100 tahun—umur terpanjang manusia?

Hanya sebuah aksiden selintas, jangan-jangan. Seperti percikan api ketika dua batu berbenturan: latu yang tak tercatat dalam sejarah alam raya, sejak matahari tumbuh sampai dengan matahari habis.

Apa yang akan terjadi jika hydrogen itu habis, saya bertanya. Astronom itu pun menjawab, dengan suara malas: "Ketika energi itu punah, matahari akan jadi sebuah bintang merah yang raksasa."

Lalu? "Lalu ia pelan-pelan akan mendingin, meskipun cahayanya akan 10 ribu lebih terang. Lalu ia akan menciut, lalu ia menjadi sebuah bintang putih yang kerdil, lalu ia akan jadi dingin selama sejumlah miliar tahun…."

Bahkan matahari itu bisa jadi sepotong bintang kerdil yang tak akan punya arti lagi….

Mengetahui itu adalah sebuah revolusi tersendiri. 1.300 tahun lebih sebelum Masehi, Raja Akhenaton menegakkan sebuah agama monoteis. Sang surya, Aton, adalah tuhannya yang mahaesa. Di abad ke-16, Kopernikus mengemukakan bahwa bumi dan planet-planetlah yang mengitari matahari, dan bukan sebaliknya. Matahari adalah sang pusat.

Sekarang, setelah manusia memasang teleskop Hubble di ruang angkasa, tampak bahwa Akhenaton dan Kopernikus terasa ketinggalan, tapi tak sepenuhnya ketinggalan. Mereka ketinggalan, karena kini kita tahu bahwa matahari bukan saja sebuah benda yang sementara, tapi kini juga kita tahu bahwa ia bukan sentrum. Matahari hanyalah salah satu bintang di antara ratusan juta bintang di dalam galaksi di mana bumi termasuk. Dan galaksi ini hanyalah satu saja di antara 50 miliar galaksi yang berserak di alam semesta.

Yang "maju" dalam pemikiran Akhenaton dan Kopernikus adalah karena mereka mengutarakan kerendahan-hati. Manusia, yang pernah melihat diri sendiri sebagai pusat, mengira bahwa bumi tempat tinggalnya adalah titik dari mana segala bermula. Ternyata bukan. Manusia menduga bahwa matahari itu—yakni matahari yang tampak gilang gemilang dalam pengalamannya itu—adalah yang paling dahsyat. Ternyata tidak. Ilmu pengetahuan adalah sebuah kemampuan manusia untuk bergerak ke dalam posisi di mana "pusat" tak pernah ada, dan yang ada adalah keterpencilan. Setiap anasir hanyalah seperjuta bintik kecil yang jauh.

"Jauh" itu kini juga jadi sebuah situasi tersendiri. Sebab telah diketahui bahwa alam semesta bukan saja kian mengembang, tapi juga bertambah cepat mengembangnya. Entah kapan kelak, jarak antara planet satu dengan yang lain akan semakin panjang. Entah kapan nanti, langit akan semakin terasa kosong, sebab bintang-bintang akan semakin tak terjangkau.

Ruang seolah-olah hadir mutlak. Jika alam semesta diketahui berkembang, dalam ruang apakah ia berkembang? Mungkinkah sesuatu bisa berkembang tanpa berada di dalam sebuah wadah? Dan apakah wadah itu berada dalam wadah lain—dan seterusnya? Keterpencilan itu, dalam ruang yang tak terjangkau itu, mungkin tak punya batas. Ada atau tidak ada makhluk ekstra-terestrial, tetap saja mereka tak kita kenal, dan mereka sangat mungkin tidak mengenal kita. Sebab kita hanyalah sebuah aksiden selintas, jangan-jangan, di tengah bermiliar planet, di dalam waktu bermiliar tahun.

Tapi aneh juga bahwa tetap saja kita menampik untuk dilenyapkan. Kita tidak mudah untuk mengatakan, bahwa karena hidup manusia begitu ringkas di dalam kancah alam semesta, maka tak perlu risau jika nyawa pun dicabut. Dalam keterpencilan di tengah waktu, dalam keterpencilan di tengah ruang, masa lalu dan masa depan memang kehilangan wibawanya. Tapi mungkin justru sebab itu hidup bisa punya arti. Sebab seakan-akan setiap saat kita dilahirkan baru, dan setiap dilahirkan kita bukan "dilahirkan kembali", dan kita seakan-akan datang (kembali) terus-menerus. Mungkin itulah yang dimaksudkan oleh Niezsche sebagai "lupa yang aktif" dan kita mengasyiki kesementaraan: deru mobil yang terdengar dari luar, teriak anak-anak yang bermain basket di tepi taman, kicau burung yang mencari ulat, secercah warna langit dan hangat matahari.

Carpe diem. Reguklah hari, ya, hari ini.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Amerika Serikat dan Israel Diduga Bohong, Hanya 49 Truk Bantuan Kemanusiaan Masuk Utara Gaza

5 menit lalu

Amerika Serikat dan Israel Diduga Bohong, Hanya 49 Truk Bantuan Kemanusiaan Masuk Utara Gaza

Jumlah truk pembawa bantuan kemanusiaan yang masuk Jalur Gaza jumlahnya masih tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Palestina

Baca Selengkapnya

Dua Produser Program Televisi Korea Selatan yang Dibintangi Hyoyeon SNSD dan Dita Karang Dideportasi Imigrasi Bali

21 menit lalu

Dua Produser Program Televisi Korea Selatan yang Dibintangi Hyoyeon SNSD dan Dita Karang Dideportasi Imigrasi Bali

Setelah diperiksa Imigrasi, 15 kru dan artis Korea Selatan, termasuk Hyoyeon SNSD dan Dita Karang sudah kembali ke Korsel pada Jumat lalu.

Baca Selengkapnya

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

27 menit lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Prediksi Nottingham Forest vs Manchester City di Liga Inggris: Jadwal, H2H, Kondisi Tim, Perkiraan Formasi

33 menit lalu

Prediksi Nottingham Forest vs Manchester City di Liga Inggris: Jadwal, H2H, Kondisi Tim, Perkiraan Formasi

Duel Nottingham Forest vs Manchester City akan tersaji pada laga pekan ke-35 Liga Inggris musim 2023-2024.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg Dimulai Besok, PPP Siapkan Bukti dan Saksi

38 menit lalu

Sidang Sengketa Pileg Dimulai Besok, PPP Siapkan Bukti dan Saksi

PPP sudah menyiapkan bukti beserta saksi dalam gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pileg 2024.

Baca Selengkapnya

Pimpinan KPK Johanis Tanak Tak Paham Keributan Internal antara Nurul Ghufron Vs Dewas KPK

40 menit lalu

Pimpinan KPK Johanis Tanak Tak Paham Keributan Internal antara Nurul Ghufron Vs Dewas KPK

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak tak memahami keributan internal antara Nurul Ghufron versus Dewan Pengawas.

Baca Selengkapnya

4 Hal yang Perlu Dipersiapkan sebelum Mengikuti Lari Maraton bagi Pemula

51 menit lalu

4 Hal yang Perlu Dipersiapkan sebelum Mengikuti Lari Maraton bagi Pemula

Berikut langkah-langkah yang perlu dipersiapkan sebelum mengikuti lari maraton bagi para pemula.

Baca Selengkapnya

Berkas Kasus Firli Bahuri Mandek di Polda Metro, Penyidik Tak Kunjung Penuhi Permintaan Jaksa Penuntut Umum

51 menit lalu

Berkas Kasus Firli Bahuri Mandek di Polda Metro, Penyidik Tak Kunjung Penuhi Permintaan Jaksa Penuntut Umum

Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta merasa tak ada kedala menangani kasus dugaan pemerasan oleh eks Ketua KPK Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

1 jam lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

Melihat Pameran Fotografi yang Menampilkan Potret Masyarakat Pulau Komodo di Kota Padang

1 jam lalu

Melihat Pameran Fotografi yang Menampilkan Potret Masyarakat Pulau Komodo di Kota Padang

Pameran fotografi yang menyorot tentang nasib masyarakat di Pulau Komodo digelar pada 25 April hingga 28 April 2024 di Galeri UPTD Taman Budaya Sumatra Barat

Baca Selengkapnya