Nada

Penulis

Senin, 4 September 2000 00:00 WIB

PELAYAN tua itu berdoa, ''Nada kami yang ada di nada, nadalah namamu dan kerajaanmu nada…."

Apakah arti ''nada", tak seorang pun tahu. Seperti juga tak seorang pun tahu apa arti ''Godot". Juga tak penting pula untuk dimaknakan. Dalam cerita Hemingway ini, A Clean, Well-Lighted Light (pernah diterjemahkan separuh oleh Chairil Anwar), doa orang Kristen itu berubah dengan peran Tuhan yang hilang, juga namanya, juga surganya. Our nada who art in nada, nada be thy name thy kingdom nada. Ketiadaan seakan-akan menggantikan Tuhan, atau mungkin tak menggantikan apa-apa. Akhir doa pelayan tua itu hanya berbunyi, ''Terpujilah tiada penuh tiada, tiada bersama paduka." Hail nothing full of nothing, nothing is with thee.

Nothing, kekosongan? Ketidakpercayaan kepada Tuhan sering menakutkan, sebagaimana kekosongan menimbulkan rasa cemas yang dalam. Tuan berdiri di ketinggian bukit di sebuah malam, memandang ke batas langit yang hitam dan jauh, dan tuan cenderung akan takjub, gentar, bingung, dan merasa bahwa mustahil seluruh alam semesta hanya sesuatu yang gelap.

Mungkin sebab itu atheisme bukanlah paham yang populer. Jangan-jangan sebenarnya tak pernah ada atheisme dalam artinya yang murni, sebab setiap orang cenderung menampik ketiadaan. Sebuah paradoks, memang: kesadaran manusialah yang menemukan ketiadaan, seakan-akan seekor ular kecil yang tersembunyi dan mengancam hasrat kehidupan. Tapi kita takut. Dari sinilah mungkin Tuhan hadir—juga seandainya disebut dengan sebuah nama yang tak jelas artinya.

Itu sebabnya ada sebuah lelucon. Di sebuah tembok kampus, pada suatu malam seorang mahasiswa menulis, ''Tuhan telah mati—begitulah kata Nietzsche!" Esok malamnya seorang dosen menulis di bawah huruf-huruf itu, ''Nietzsche telah mati—begitulah kata Tuhan!"

Dewasa ini tampak semakin banyak orang akan menyetujui kalimat kedua. Kian banyak yang dengan bersemangat hendak mengatakan bahwa Nietzsche salah. Kini tampaknya orang cenderung menganggap bahwa memilih sikap hidup yang menampik Tuhan bukanlah sebuah sikap yang gagah berani, yang bersedia mempertanggungjawabkan sendiri nilai dan aksi yang dipilih. Bagi banyak orang kini, atheisme bukanlah ekspresi keteguhan menerima sepi, melainkan pendirian yang tak hendak punya dasar pertanggungan jawab.

Tidak hanya di Indonesia. Di Amerika Serikat—negeri yang disebut sekuler dan uang logamnya bertuliskan In God We Trust—Tuhan dan agama kian jadi unsur penting pemasaran politik. Semua calon presiden yang naik ke atas kini menampakkan diri sebagai orang yang beribadah. Tanpa iman, tanpa agama, seakan-akan negeri itu dan dunia akan runtuh dilanda narkoba, dirundung kekerasan, diganggu ketidaksenonohan tingkah laku seorang presiden dan ganasnya pornografi di internet. Pendeknya dunia telah tidak lagi normal, ia telah jadi tempat yang berbahaya, maka lebih baik kembali kepada sesuatu yang tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan: Tuhan dan tradisi. Joseph Lieberman, calon wakil presiden Partai Demokrat yang beragama Yahudi, ikut berpidato, ''George Washington memperingatkan kita, jangan pernah berleha-leha dengan anggapan bahwa moralitas dapat dipertahankan tanpa agama."

Tapi benarkah? Benarkah moralitas hanya dapat dipertahankan dengan agama? Orang memang akan mempertanyakan ini, bahkan memprotes, di sebuah masa ketika George Washington sudah lama mati, ketika dunia bukan lagi dunia presiden pertama Amerika itu, ketika menjelang awal abad ke-21 atas nama agama di negeri itu seorang dokter yang menyetujui aborsi ditembak mati, ketika di Israel seorang perdana menteri yang ingin berdamai dengan Palestina dibunuh, dan ketika Salman Rushdie, yang menulis sebuah novel yang aneh dan provokatif, hampir mati oleh karena fatwa seorang ayatullah besar.

Iman dan intoleransi memang tak selamanya berjalan bergandengan, tetapi iman yang diteriakkan dalam persaingan politik akan menjadi dekat dengan kekuasaan—dan kita tahu bagaimana bisa berbahayanya kekuasaan. Iman juga punya bahayanya sendiri. Yakni ketika tak disadari bahwa ia tak mungkin membuat sebuah masyarakat akan mencapai penuh idealnya—karena dunia tak pernah akan jadi surga. ''Keadilan", seperti halnya ''ketertiban", adalah ''penanda yang kosong", empty signifiers, untuk memakai pengertian Ernesto Laclau. ''Kosong" di sini bukannya sama dengan kata-kata hampa, melainkan sesuatu yang tak dengan sendirinya punya isi yang positif, karena yang dimaksudkan hanya kebalikan dari batas kehidupan yang dialami dalam sejarah: ''keadilan" menandai sesuatu yang tak ada dalam suasana tak-adil yang meluas, juga ''ketertiban" menandai sesuatu yang tak ada di tengah kekacauan umum. Bagaimana bentuk keadilan dan ketertiban itu, akan bergantung pada pergulatan hegemonik dari semua partisipan proses politik. Di ujungnya, ada yang akan menang, tapi toh akhirnya tak akan unggul selama-lamanya.

Iman dan moralitas juga penanda seperti itu: makna keduanya pada akhirnya akan diisi oleh siapa yang buat sementara, dalam sejarah, memegang hegemoni. Tuhan sering dianggap berada di pihak kita, tanpa kita bertanya jika demikian siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas laku kita. Tapi imankah itu? Mungkin bukan. Barangkali pelayan tua dalam cerita Hemingway itu justru yang benar: manusia baru bisa untuk tak melibatkan Tuhan dalam sejarah yang sering meleset ketika ia berdoa, ''Hail nothing full of nothing, nothing is with thee."

Goenawan Mohamad

Berita terkait

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 menit lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 menit lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

8 menit lalu

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

Zulhas menganggap dukungan dari NasDem dan PKB ke Prabowo sebagai sesuatu yang biasa saja. Ia mengimbau masyarakat tak baper.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

12 menit lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

14 menit lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

22 menit lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengenal Ali Jasim Pemain Timnas Irak U-23 yang Berharap Indonesia Lolos ke Olimpiade

24 menit lalu

Mengenal Ali Jasim Pemain Timnas Irak U-23 yang Berharap Indonesia Lolos ke Olimpiade

Setelah timnas Indonesia U-23 dikalahkan Irak saat perebutan peringkat ketika Piala Asia U-23 2024, Ali Jasim mengungkapkan harapannya

Baca Selengkapnya

Pedagang Siomay Curi 675 Celana Dalam Wanita Demi Kepuasan Seksual

38 menit lalu

Pedagang Siomay Curi 675 Celana Dalam Wanita Demi Kepuasan Seksual

Polisi menangkap seorang pemuda berinisial J, 31 tahun, karena diduga mencuri ratusan celana dalam wanita dari berbagai indekos

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

38 menit lalu

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

Politikus Demokrat anggap gagasan Prabowo Subianto yang ingin membentuk Presidential Club sebagai politik tingkat tinggi.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak Dikebut, Ada 2 Alasan

41 menit lalu

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak Dikebut, Ada 2 Alasan

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan Jalan Tol Semarang-Demak merupakan proyek strategis nasional (PSN) .

Baca Selengkapnya