Pungguk

Penulis

Senin, 2 Oktober 2000 00:00 WIB


Ada bau bangkai,
ada bekas kegagalan, ada jejak mereka yang tersesat. Kemerdekaan adalah sebuah jembatan yang dibelah tujuh.

Ada sesuatu dalam diri kita yang seperti si burung pungguk. Sebuah pepatah Melayu menggambarkan seekor burung buruk yang pada malam hari hinggap di dahan yang tenang dan memandang ke langit. Ia memandang ke bulan. Orang-orang tua kita memakai adegan itu untuk melukiskan sebuah hasrat yang sia-sia, sebuah cinta yang tak sampai, ''Bagai pungguk merindukan bulan." Dan kita seakan-akan mendengar suara unggas yang serak, suram, sedih, seperti suara cinta murung Billie Holiday: I am a fool to want you….

Ada selalu dalam diri kita yang seperti seekor burung pungguk, dengan atau tanpa kisah cinta yang tak terbalas. Kita terbang untuk mendapatkan, tapi tak mampu menjangkau apa yang diniatkan. Di bawah kita: gaya berat bumi. Kita harus hinggap di dunia yang kontingen, di pohon yang tumbuh dari tanah dan menjulang dalam waktu yang berubah.

Kesadaran itu kini tiba-tiba penting. Ia bukan keasyikan seorang pemikir yang berbaring sendirian. Ia menyangkut orang banyak—terutama jika kita masih belum ingin menelan pil tidur seraya membaca berita Indonesia dari hari ke hari sejak 1999: penganggur yang berjumlah 38 juta, utang swasta yang mencapai sekitar $ 100 miliar, korupsi yang kian meruyak, pembunuhan dan hukum rimba yang belum berakhir….

Pernah, pada suatu hari, suara paling penuh harap adalah suara mereka yang menyerukan ''reformasi". Hari itu ada kemarahan, tapi juga amat kuat harapan. Sebuah kekuasaan yang bertumpu pada intimidasi dan korupsi harus ditumbangkan. Indonesia mesti dilahirkan kembali, dan bisa. Dan ternyata di tahun 1998 kekuasaan itu runtuh, tapi dua tahun kemudian tak ada lagi yang menyuarakan harapan. Yang terdengar: cemas, cemas, cemas. Dan kepemimpinan yang hilang.

Kritik kini memang bebas diteriakkan, tapi pemerintah hanya menggemari leluconnya sendiri. Parlemen cuma segudang brisik. Semua orang seakan terjebak di gang buntu di sebuah kampung orang gila. Yang dulu pernah berharap, yang dulu pernah punya agenda, yang dulu melihat bahwa nun di sana ada titik yang gilang-gemilang seperti bulan kini telah tiba pada sebuah kesimpulan: ''Kami hanya burung-burung punduk."

Berputus asa? Atau bertambah bijaksana? Hanya ini yang kita ketahui: masa depan yang dijanjikan itu tak memberi isyarat akan datang. Mungkin tak akan pernah datang. Dalam arti itu, reformasi atau revolusi tak pernah berakhir. Dulu Sukarno sering mengutip kata-kata Nehru, ''For a fighting nation there is no journey's end." Indonesia kemudian mengalaminya sendiri.

Di tahun 1945, Indonesia berdiri dengan harapan. Kemerdekaan (dalam kiasan Bung Karno) adalah sebuah ''jembatan emas" ke arah ''masyarakat yang adil dan makmur". Tapi dengan segera kita tahu ada yang salah dalam metafor itu. Ternyata jembatan itu adalah sebuah konstruksi yang dibangun terus-menerus dan sebab itu menumpuk-unggunkan runtuhan, menggerogoti bumi dan membuat lubang-lubang yang menganga seperti liang lahat yang acak. Ada bau bangkai, ada bekas kegagalan, ada jejak mereka yang tersesat. Kemerdekaan adalah sebuah jembatan yang dibelah tujuh.

Apa akhirnya? Tahun 1945: setelah kemerdekaan, kekecewaan. Tahun 1958: Bung Karno ingin mengobati kekecewaan itu dan ia menyerukan ''penemuan kembali revolusi kita". Hasilnya: keambrukan ekonomi, kemacetan politik dan konflik yang meledak menjadi pembantaian. Tahun 1966: ''Orde Baru" ingin mengoreksi apa yang dicoba di tahun 1958 dengan pembangunan ekonomi. Hasilnya penindasan. Tahun 1998: Reformasi (juga sebuah koreksi) dikibarkan. Hasilnya….

Agenda politik silih berganti. Tampaknya tiap hasil hanyalah sebuah kerja yang ''belum selesai, belum apa-apa", seperti kata Chairil Anwar dalam sebuah sajak tentang mereka yang gugur untuk Indonesia yang merdeka. ''Kerja belum selesai", dan itu berarti sebuah hamparan reruntukan. Kian lama puing itu kian menjulang, dan kita, yang melihatnya—seraya terbang maju bagaikan sang Malaikat Sejarah—akhirnya akan cuma menyerah: sekali punduk tetap punduk.

Dengan kata lain, kita akan kecut hati, dan dunia tampak tetap bandel, dan bulan begitu jauh. Tapi apa yang terjadi seandainya sejarah tak bergerak karena dunia tak dicoba diubah?

Kita ragu adakah kita punya banyak pilihan. Kita bisa untuk tak percaya bahwa hal-ihwal yang merundung kita (korupsi & kekerasan & Gus Dur & kekacauan) saling berkait sebagai satu totalitas. Kita bisa memilih untuk tak mengubah dunia secara lengkap. Kita bisa memecahkan soal hanya tatkala satu soal memergoki kita. Kita sadar kita tak punya lagi ''narasi agung". Kita tak percaya lagi ada sebuah Sebab Besar yang hadir. Tapi tidakkah, seperti kata Slavoj Zizek, langkah setapak-setapak itu hanya sebuah politik ''reformis" yang menolak utopia, yang sebenarnya sebuah ''jalan pintas yang tak sah"?

Barangkali kita akhirnya memang tak bisa menyalahkan si pungguk. Ia memang merindukan bulan. Tapi bulan itu, sesuatu yang riil, menyediakan sebuah arah, yang bersih terangnya dan kuat pukaunya. Sebuah arah yang menggairahkan adalah sebuah sumber enersi. Lalu kita pun menempuh perjalanan, dan kita akan mencapai satu titik untuk kemudian berangkat ke titik lain: sebuah progresi, bukan gerak mabuk yang sebenarnya berhenti.

Tentu, bulan tetap bulan dan si pungguk tak mungkin sampai. Tapi sejarah tampaknya bergerak karena kita punya harapan, yang mustahil, dan perlu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

BMKG Prakirakan Cuaca Jakarta Berawan Hingga Hujan Ringan

3 menit lalu

BMKG Prakirakan Cuaca Jakarta Berawan Hingga Hujan Ringan

BMKG prakirakan cuaca di wilayah Jakarta hari ini, Senin, 20 Mei 2024, berawan hingga hujan ringan.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi dan Puan Tegur Sapa di Gala Dinner World Water Forum

6 menit lalu

Kala Jokowi dan Puan Tegur Sapa di Gala Dinner World Water Forum

Pertemuan Jokowi dan Puan terjadi di tengah renggangnya hubungan PDIP dan Presiden imbas Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Catat Gempa Tremor Menerus Gunung Ile Lewotolok

14 menit lalu

Badan Geologi Catat Gempa Tremor Menerus Gunung Ile Lewotolok

Badan Geologi merekam kejadian gempa tremor menerus pada Gunung Ile Lewotolok. Status gunung masih pada level siaga.

Baca Selengkapnya

Arsenal Jadi Runner-up Liga Inggris 2023-2024, Mikel Arteta Tak Puas dan Bersumpah untuk Terus Mencoba

17 menit lalu

Arsenal Jadi Runner-up Liga Inggris 2023-2024, Mikel Arteta Tak Puas dan Bersumpah untuk Terus Mencoba

Pelatih Arsenal, Mikel Arteta, mengatakan bahwa timnya tidak boleh puas dengan posisi kedua di Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

15 Link Twibbon untuk Peringati 26 Tahun Reformasi, Silakan Unggah

20 menit lalu

15 Link Twibbon untuk Peringati 26 Tahun Reformasi, Silakan Unggah

Tahun ini Reformasi memasuki 26 tahun. Mengingatkan kembali semangat reformasi dengan mengunggah twibbon Reformasi. Berikut 15 linknya.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Sediakan Akses Internet Melalui Starlink untuk Puskesmas Terpencil dan Terluar

21 menit lalu

Kemenkes Sediakan Akses Internet Melalui Starlink untuk Puskesmas Terpencil dan Terluar

Kemenkes menjalin kerja sama dengan Starlink untuk penyediaan akses internet seluruh puskesmas di daerah terpencil.

Baca Selengkapnya

Aksi Solidaritas Palestina di Semarang Suarakan Boikot Produk Terafiliasi Israel

21 menit lalu

Aksi Solidaritas Palestina di Semarang Suarakan Boikot Produk Terafiliasi Israel

"Memasifkan gerakan boikot dan menarik investasi dalam bentuk apapun terhadap produk yang mendukung dan berafiliasi dengan zionis Israel," ujar perwakilan aksi, Fikri Arif Pradita, diikuti para peserta

Baca Selengkapnya

6 Fakta Menarik Kaledonia Baru: Wilayah Prancis, Banyak Dihuni Orang Jawa

29 menit lalu

6 Fakta Menarik Kaledonia Baru: Wilayah Prancis, Banyak Dihuni Orang Jawa

Kaledonia Baru terletak dekat benua Australia. Wilayah di Kepulauan Pasifik ini masuk wilayah Prancis namun banyak penduduknya keturunan Jawa.

Baca Selengkapnya

Top 3 Hukum: Truk Sampah Blokir Jalan di CFD Bundaran HI, Pesawat Jatuh di BSD Tewaskan Pilot

34 menit lalu

Top 3 Hukum: Truk Sampah Blokir Jalan di CFD Bundaran HI, Pesawat Jatuh di BSD Tewaskan Pilot

Pengunjung CFD di Bundaran HI kemarin, mengalami lonjakan akibat ada pertunjukan grup musik Kahitna di panggung pencanangan HUT Jakarta ke-497.

Baca Selengkapnya

Dihadiri Elon Musk, Jokowi akan Buka KTT World Water Forum Senin Pagi Ini

37 menit lalu

Dihadiri Elon Musk, Jokowi akan Buka KTT World Water Forum Senin Pagi Ini

Presiden Jokowi akan membuka KTT World Water Forum Ke-10 bertempat di Bali Internasional Convention Center (BICC), Bali, Senin pagi ini,

Baca Selengkapnya