Hati-hati Memilih Komisioner KPK

Penulis

Minggu, 7 Desember 2014 21:41 WIB

Dewan Perwakilan Rakyat mesti berhati-hati memilih anggota pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Jika bertujuan semakin memperkuat dan meningkatkan kinerja KPK, Roby Arya Brata-salah satu calon yang kini diseleksi di Senayan-bukanlah figur yang tepat untuk dipilih.

Terungkap dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Hukum DPR bahwa pendapat Roby amat aneh. Pejabat Sekretariat Kabinet era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini tak setuju koruptor disebut bandit atau penjahat. Roby menganggap koruptor sebagai korban dari sistem politik dan pemerintahan. Ia juga mengatakan koruptor bisa berperilaku seperti setan, tapi ada juga yang baik seperti malaikat.

Seleksi itu untuk mengisi satu posisi komisioner KPK yang kini kosong, menyusul habisnya masa kerja Busyro Muqoddas. Tapi Busyro maju lagi sebagai calon, sehingga kini DPR mesti memilih Roby atau Busyro. Keputusan Komisi Hukum DPR akan diambil pada Januari tahun depan karena mereka keburu memasuki masa reses sebelum kelar menyeleksi pimpinan KPK.

Pendidikan Roby sebetulnya cukup tinggi. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran itu pernah belajar program magister public policy di University of Wellington, Selandia Baru. Ia juga mengambil program doktoral di Australian National University dan lulus pada 2001. Tapi komitmen Roby diragukan dalam menjaga KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi.

Sikap itu terlihat dari pendapat Roby soal rencana revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Ia tak berkeberatan bila rencana itu digulirkan lagi. Padahal revisi tersebut jelas akan membuka peluang untuk memperlemah wewenang KPK. Roby juga lebih setuju memperbesar upaya pencegahan ketimbang penindakan.

Advertising
Advertising

Bandingkan dengan sikap calon lain, Busyro Muqoddas, yang selama ini cukup tegas dalam memerangi korupsi dan mempertahankan wewenang KPK. Busyro sama sekali tidak memberi sinyal perlunya revisi UU No. 30/2002. Ia justru mengungkapkan bahwa kasus korupsi di Indonesia masih sangat besar dan sulit diberantas. Sudah banyak kasus korupsi yang dibongkar KPK, tapi belum ada tanda-tanda kejahatan ini surut.

Pandangan Busyro klop dengan skor indeks persepsi korupsi Indonesia 2014 yang dirilis pekan lalu. Indeks persepsi korupsi kita hanya naik 2 poin dari 32 menjadi 34. Menurut Transparency International Indonesia, korupsi di negeri ini sulit diberantas karena dibalut kepentingan politik. Hal ini berarti masih diperlukan tindakan tegas terhadap koruptor.

Sikap Roby yang menonjolkan pendekatan pencegahan dalam memberantas korupsi mungkin akan lebih disukai kalangan anggota DPR. Tapi politikus Senayan akan dituding bersikap terlalu lunak terhadap koruptor bila memilih Roby. Dewan sebaiknya memperhatikan kebutuhan KPK dalam memilih komisioner. Di tengah korupsi yang masih merajalela, lembaga ini masih perlu diperkuat oleh figur sekaliber Busyro.

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

13 menit lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

13 menit lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

5 Film Horor Indonesia yang Tayang Mei 2024

13 menit lalu

5 Film Horor Indonesia yang Tayang Mei 2024

Mei 2024 menjadi bulan film horor, sejumlah film Indonesia dengan genre itu akan tayang

Baca Selengkapnya

Bareskrim Polri Bongkar Pabrik Narkoba di Bali, 3 WNA Ditangkap

14 menit lalu

Bareskrim Polri Bongkar Pabrik Narkoba di Bali, 3 WNA Ditangkap

Polisi kembali membongkar pabrik narkoba.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud Buka Pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia 2024, Diperluas hingga Jenjang S3

24 menit lalu

Kemendikbud Buka Pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia 2024, Diperluas hingga Jenjang S3

Di tahun sebelumnya, beasiswa calon dosen masih terbatas untuk jenjang S2.

Baca Selengkapnya

Huawei Luncurkan Seri Ponsel Pura 70 di Malaysia, Ini Spesifikasinya

41 menit lalu

Huawei Luncurkan Seri Ponsel Pura 70 di Malaysia, Ini Spesifikasinya

Pura 70 Ultra dan Pro dilengkapi panel LTPO OLED 6,8 inci dengan refresh rate 120Hz dan kecerahan puncak 2.500 nits.

Baca Selengkapnya

Demokrat Wanti-wanti Jangan Ada Partai di Pemerintahan Prabowo tapi Terasa Oposisi

43 menit lalu

Demokrat Wanti-wanti Jangan Ada Partai di Pemerintahan Prabowo tapi Terasa Oposisi

Demokrat mewanti-wanti agar tak ada partai di pemerintahan rasa oposisi.

Baca Selengkapnya

Dampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup hingga Pukul 10.00 WITA Hari Ini

46 menit lalu

Dampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup hingga Pukul 10.00 WITA Hari Ini

Penutupan Bandara Sam Ratulang Manado diperpanjang hingga pagi hari ini, Ahad, 5 Mei 2024, pukul 10.00 WITA.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap 3 Kapal Ikan Asing di Laut Natuna dan Selat Malaka, Berbendera Vietnam dan Malaysia

48 menit lalu

KKP Tangkap 3 Kapal Ikan Asing di Laut Natuna dan Selat Malaka, Berbendera Vietnam dan Malaysia

Dua Kapal Ikan Asing berbendera Vietnam sempat hendak kabur sehingga petugas harus mengeluarkan tembakan peringatan.

Baca Selengkapnya

Sinopsis Temurun, Film Horor Terbaru Sinemaku Pictures

53 menit lalu

Sinopsis Temurun, Film Horor Terbaru Sinemaku Pictures

Film terbaru yang diproduseri oleh Umay shahab dan Prilly Latuconsina berjudul "Temurun". Film ini akan disutradarai oleh Inara Syarafani. Berikut sinopsisnya

Baca Selengkapnya