Kalla di Kursi Ketua PMI

Penulis

Jumat, 19 Desember 2014 21:49 WIB

Tak ada yang salah memang dengan terpilihnya kembali Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia dari sisi legalitas. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PMI tak dilanggar. Pemilihan juga berlangsung demokratis. Perwakilan provinsi dan daerah yang berhak memberikan suara telah memilih. Hanya, pemilihan itu mengandung dua cacat: kepatuhan dan etik.

Pemilihan, misalnya, dinilai tak mematuhi statuta Palang Merah Internasional (ICRC), yang menjadi rujukan PMI. Delegasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah telah menyampaikan keberatan ihwal penyimpangan statuta itu secara tertulis kepada panitia Musyawarah Nasional PMI. Mereka menyebutkan ada prinsip netralitas dan kemandirian yang tak dipatuhi.

Dalam dua statuta itu dinyatakan Palang Merah merupakan organisasi kemanusiaan yang bersifat independen. Sekalipun mendukung kebijakan pemerintah di bidang kemanusiaan, organisasi harus mempertahankan otonominya dan tak berpihak. PMI periode 2014-2019, yang mengangkat pejabat pemerintah sebagai ketua umum, dinilai secara jelas telah melanggar prinsip dasar Palang Merah Internasional itu.

Kalla adalah pejabat pemerintah, di level tertinggi malah. Ia menang voting atas Siti Hediyati atau Titiek Soeharto dengan 247 suara melawan 170 suara. Voting diikuti 418 peserta munas. Dengan terpilihnya Kalla, Indonesia menjadi satu-satunya negara dari 189 negara Federasi Palang Merah Internasional yang organisasinya dipimpin pejabat aktif.

Kalla memang dinilai telah berhasil memimpin PMI. Ia, misalnya, pernah dipuji ketika dengan cepat menggerakkan relawan menangani korban bencana letusan Gunung Merapi, Yogyakarta. PMI di bawah dia juga berhasil memperbarui peralatan modern, seperti helikopter, bus donor darah, mobil tahan api yang dengan cepat menembus kawasan bencana, juga rumah sakit dengan fasilitas perawatan yang lengkap.

Seluruh prestasi itu tak serta-merta membuat ia perlu didorong memimpin PMI kembali. Hal yang harus dikhawatirkan justru sebaliknya: PMI akan bergantung pada Kalla. Sebagai wakil presiden, ia jelas punya kekuasaan yang besar dalam mengatur kebijakan-kebijakan yang menguntungkan PMI, misalnya. Atau sebaliknya, justru menghalangi independensi PMI. Konflik kepentingan semacam itu, tak terelakkan, pasti akan muncul suatu saat kelak. Ini jelas tak sehat buat kemajuan gerakan kemanusiaan tersebut.

Advertising
Advertising

Sekalipun diperbolehkan AD/ART, majunya Kalla juga tak etis. Sebagai wakil presiden, apa masih perlu ia merangkap jabatan? Motif Kalla patut dipertanyakan, mengingat ia sebelumnya sudah berniat mundur dari posisi Ketua PMI. Jika memang hanya untuk menghadang Titiek Soeharto, ia justru bisa dinilai telah menjerumuskan PMI ke ajang perebutan pengaruh politik, sesuatu yang jelas diharamkan oleh Federasi Palang Merah Internasional.

Titiek, menurut statuta Palang Merah Internasional, juga tak layak memimpin PMI. Ia masih menjabat Wakil Ketua Umum Partai Golkar. Pejabat pemerintah atau fungsionaris partai politik bisa menggiring organisasi kemanusiaan itu keluar dari prinsip-prinsip dasarnya yang menjunjung tinggi kemanusiaan, kesukarelawanan, ketidakberpihakan, kenetralan, dan kemandirian.

Bukan Kalla, bukan Titiek. Masih banyak orang lain yang berpengalaman memimpin organisasi-seperti disyaratkan AD/ART-juga mampu, cakap, dan netral, yang bisa memimpin organisasi independen ini.

Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

1 menit lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Menteri di Kabinet Prabowo Bisa Lebih Banyak Kalau Ada Keperluan

4 menit lalu

Ma'ruf Amin Sebut Menteri di Kabinet Prabowo Bisa Lebih Banyak Kalau Ada Keperluan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi soal rencana Presiden terpilih Prabowo membentuk kabinet gemuk.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

5 menit lalu

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

Wapres mengatakan presidential club ini bisa dalam bentuk konsultasi baik secara personal maupun informal, jika sulit diformalkan

Baca Selengkapnya

Dorman Borisman Meninggal, Aktor Spesialis Perankan Orang Batak

5 menit lalu

Dorman Borisman Meninggal, Aktor Spesialis Perankan Orang Batak

Dorman Borisman, kelahiran Jakarta, 5 Februari 1951. Selama ini, ia kerap mendapatkan peran sebagai orang Batak.

Baca Selengkapnya

Implementasi ESG Telkomsel Tingkatkan Literasi Digital ke Lebih dari 1.000 Pelajar dan Guru di Indonesia

5 menit lalu

Implementasi ESG Telkomsel Tingkatkan Literasi Digital ke Lebih dari 1.000 Pelajar dan Guru di Indonesia

Telkomsel berhasil membangun kesadaran literasi digital bagi lebih dari 1.000 pelajar dan guru di Indonesia dengan memberikan berbagai pelatihan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Ilaix Moriba Pemain Timnas Guinea U-23 yang pernah Memperkuat Barcelona

7 menit lalu

Mengenal Ilaix Moriba Pemain Timnas Guinea U-23 yang pernah Memperkuat Barcelona

Ilaix Moriba, Saidou Sow, Facinet Conte, dan Ibrahim Diakite para pemain yang dipanggil untuk memperkuat skuad Guinea menghadapi timnas Indonesia

Baca Selengkapnya

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

15 menit lalu

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

Jerry Sambuaga mengatakan baik Jerman maupun Indonesia memegang posisi penting di regional masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kondisi Atlet Sepak Bola Malaysia yang Disiram Air Keras Kini Kritis Tapi Stabil

16 menit lalu

Kondisi Atlet Sepak Bola Malaysia yang Disiram Air Keras Kini Kritis Tapi Stabil

Atlet sepak bola Malaysia yang menjadi korban serangan air keras, Faisal Halim, berada dalam kondisi kritis.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesial Gratis, Dapat Gaji Lagi

17 menit lalu

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesial Gratis, Dapat Gaji Lagi

Kementerian Kesehatan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS berbasis rumah sakit pendidikan gratis.

Baca Selengkapnya

Perpusnas Masukkan Naskah Kuno Banyuwangi dalam Ingatan Kolektif Nasional 2024

17 menit lalu

Perpusnas Masukkan Naskah Kuno Banyuwangi dalam Ingatan Kolektif Nasional 2024

Perpustakaan Nasional atau Perpusnas mengusung naskah kuno Banyuwangi menjadi Ingatan Kolektif Nasional (IKON) 2024.

Baca Selengkapnya