Banjir

Penulis

Rabu, 18 Februari 2015 02:43 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Toto Subandriyo, penulis

Dalam perspektif ekologi, dalam kondisi alam dan lingkungan yang normal, siklus air akan berjalan secara alami. Air yang berlebih pada musim hujan akan disimpan dalam tanah, akifer, waduk, danau, rawa, sungai, bendung, sumur-sumur resapan, dan situ. Adapun sisanya akan terbuang ke laut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Pada musim kemarau, air yang tersimpan tersebut akan keluar menuju sungai, sehingga tetap tersedia dalam kondisi cukup.

Jika kondisi alam dan lingkungan telah rusak, siklus alami air tersebut akan mengalami gangguan. Daya tampung sungai, akifer, rawa, danau, dan bendung menjadi sangat terbatas. Fenomena banjir Jakarta kali ini merupakan "panen buah" dari apa yang telah ditanam sebelumnya. Ribuan hektare hutan belukar serta vegetasi lainnya dikonversi menjadi bangunan fisik dengan permukaan kedap air.

Daniel Goleman (2009), dalam buku berjudul Ecological Intelligence, telah mengingatkan bahwa perilaku dan tindakan manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan akan mengakibatkan bencana berupa defisit ekologis. Implikasinya, terjadilah penurunan laju resapan air ke dalam tanah dan meningkatnya laju air larian (run-off). Keduanya merupakan penyebab utama terjadinya bencana banjir bandang. Sebuah literatur menyebutkan, betonisasi yang masif di Jakarta menyebabkan peningkatan volume air larian dari 20 persen menjadi 95 persen.

Eksploitasi air tanah di Jakarta yang tidak terkendali selama ini telah menyebabkan defisit ekologi yang sangat parah. Sebuah studi lingkungan menyebutkan bahwa air yang bisa disedot dari perut bumi Jakarta maksimum hanya 38 juta meter kubik per tahun. Namun, saat ini, air tanah yang dieksploitasi di Jakarta setiap tahun berjumlah 320 juta meter kubik, atau 10 kali lipat daripada yang seharusnya.

Penyedotan air tanah yang tidak terkendali tersebut menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah (land subsidence). Penurunan muka tanah di Jakarta saat ini mencapai 3-5 sentimeter per tahun. Dalam 25 tahun, permukaan tanah Ibu Kota Jakarta akan menurun hingga 75-125 sentimeter. Di Jakarta Utara, laju penurunan muka tanah bahkan lebih ekstrem lagi, yakni 28 sentimeter per tahun.

Untuk mengatasi banjir di Jakarta, dibutuhkan langkah-langkah strategis, mendasar, dan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. Penanganan masalah itu harus dilakukan secara sinergis dan terpadu, bukan sekadar tambal-sulam. Keterlibatan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi/kabupaten/kota di sekitar Jakarta merupakan sebuah keharusan.

Saatnya Jakarta mengupayakan penyerapan air hujan sebanyak-banyaknya ke tanah melalui konsep ekodrainase seperti dilakukan oleh kota-kota besar di Eropa, misalnya Berlin dan Paris. Jakarta harus menciptakan sebanyak-banyaknya lumbung air pada musim hujan untuk dimanfaatkan pada musim panas. Juga diperlukan revitalisasi dan pembangunan situ, danau, sumur-sumur resapan, lubang biopori, waduk, dan ruang terbuka hijau.


Berita terkait

Kim Jong Un Eksekusi Mati Sekitar 30 Pejabat Dianggap Gagal Mitigasi Banjir, Hukuman Mati di Korut Melonjak Setelah Covid

55 menit lalu

Kim Jong Un Eksekusi Mati Sekitar 30 Pejabat Dianggap Gagal Mitigasi Banjir, Hukuman Mati di Korut Melonjak Setelah Covid

Presiden Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan memerintahkan eksekusi 20 hingga 30 pejabat pemerintah dan partai akhir Agustus lalu.

Baca Selengkapnya

Gagal Mengatasi Banjir, Kim Jong Un Tembak Mati 30 Pejabat Daerah

1 hari lalu

Gagal Mengatasi Banjir, Kim Jong Un Tembak Mati 30 Pejabat Daerah

Kim Jong Un mengeksekusi mati 30 pejabat daerah karena gagal mengatasi banjir.

Baca Selengkapnya

Proyek Pembangunan Kawasan Industri di Kota Batam Diduga Picu Banjir Berkepanjangan

1 hari lalu

Proyek Pembangunan Kawasan Industri di Kota Batam Diduga Picu Banjir Berkepanjangan

Banjir setinggi pinggang orang dewasa merendam Kampung Tua Tembesi Tower, Kota Batam. Kejadian berulang ini diduga akibat proyek kawasan industri.

Baca Selengkapnya

Banjir Merendam 154 Unit Rumah di Kabupaten Parigi Moutong

3 hari lalu

Banjir Merendam 154 Unit Rumah di Kabupaten Parigi Moutong

Banjir dipicu hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan meluapnya sungai hingga merendam pemukiman warga.

Baca Selengkapnya

Tinjau Lokasi Banjir Bandang Rua Ternate, Menteri Basuki Akan Bangun Bendung Sabo

4 hari lalu

Tinjau Lokasi Banjir Bandang Rua Ternate, Menteri Basuki Akan Bangun Bendung Sabo

Pembangunan bendung sabo dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana banjir bandang di Pulau Ternate.

Baca Selengkapnya

Korban Tewas dalam Topan Shanshan Bertambah Jadi 6 Orang

6 hari lalu

Korban Tewas dalam Topan Shanshan Bertambah Jadi 6 Orang

Jumlah korban tewas akibat topan Shanshan sampai Sabtu, 31 Agustus 2024, bertambah menjadi enam orang, satu korban hilang dan ratusan luka-luka

Baca Selengkapnya

Pencarian Korban Banjir Rua Ternate Diperpanjang Tiga Hari

7 hari lalu

Pencarian Korban Banjir Rua Ternate Diperpanjang Tiga Hari

Perpanjangan waktu pencarian korban hilang banjir bandang Rua dilakukan setelah Pemerintah Kota Ternate berkoordinasi dengan Badan SAR Nasional.

Baca Selengkapnya

Jepang Peringatkan Warga Ancaman Tanah Longsor dan Banjir Akibat Topan Shanshan

8 hari lalu

Jepang Peringatkan Warga Ancaman Tanah Longsor dan Banjir Akibat Topan Shanshan

Jepang terbitkan peringatan terhadap kemungkinan banjir bandang dan tanah longsor dari titik topan Shanshan berada

Baca Selengkapnya

AEER Protes Industri Nikel di Halmahera Tengah: Merusak Lingkungan, Pemicu Banjir

10 hari lalu

AEER Protes Industri Nikel di Halmahera Tengah: Merusak Lingkungan, Pemicu Banjir

Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) protes industri nikel di Halmahera Tengah yang dianggap merusak lingkungan dan memicu banjir.

Baca Selengkapnya

Begini 30 Ribu Keluarga Terdampak Bencana Banjir Bandang di Thailand

10 hari lalu

Begini 30 Ribu Keluarga Terdampak Bencana Banjir Bandang di Thailand

Meskipun ada kemungkinan banjir bandang di provinsi-provinsi besar lainnya, situasi saat ini diperkirakan tidak akan separah bencana 2011.

Baca Selengkapnya