Melankoli Komunal

Penulis

Senin, 23 Februari 2015 01:37 WIB

Anton Kurnia, penulis


Dalam memoarnya yang cemerlang, Istanbul: Kenangan Sebuah Kota, Orhan Pamuk, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2006 kelahiran Turki, memerikan satu istilah unik untuk menyebut situasi murung yang menggelayuti sebuah masyarakat. Dia menyebutnya hüzün.


Hüzün, yang dalam bahasa Turki berarti kemurungan atau kesedihan, memiliki akar kata dari bahasa Arab. Nabi Muhammad menyebut tahun ketika beliau kehilangan istrinya, Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib, sebagai amul huzn atau tahun kemurungan; ini menegaskan bahwa kata itu memiliki arti perasaan kehilangan yang amat spiritual.


Tentang hüzün ini sama dengan gagasan yang dikemukakan dalam The Anatomy of Melancholy, buku Richard Burton yang penuh dengan teka-teki filosofi tetapi menghibur dari awal abad ke-17. Burton mengemukakan pandangan yang sangat dalam mengenai “penyakit hitam” alias melankoli, serta menyebutkan ketakutan akan kematian, kekalahan, dan perbuatan jahat yang menjadi gejala dan musababnya. Dengan memadukan ilmu kedokteran serta filsafat, dia menganjurkan para pembacanya untuk mencari pertolongan melalui akal budi, berkarya, dan berbuat kebajikan agar terhindar dari “penyakit hitam” yang menggelapkan batin ini.


Saat ini rakyat Indonesia tengah dirundung hüzün alias melankoli komunal. Rakyat dengan murung dan sedih tapi nyaris tak berdaya menyaksikan dengan terang-benderang bagaimana kebenaran dan keadilan dikangkangi oleh keserakahan dan kejahatan. Para pemberantas korupsi dikriminalkan, para penegak hukum menginjak-injak hukum tanpa peduli harga diri, para polisi memperkaya diri sendiri tanpa peduli hati nurani, para politikus terus-menerus sibuk bertikai demi kursi, sementara rakyat hanya bisa gigit jari.


Advertising
Advertising

Layaknya sabda pujangga Ronggowarsito dalam Kalatidha, kita kini sungguh tengah berada dalam zaman edan ketika semua orang menjadi gila harta dan kuasa. Bila tak ikut gila, kita bisa-bisa tidak tahan godaan kiri-kanan. Meski begitu, seuntung-untungnya orang yang gila harta dan kuasa, sesungguhnya yang paling beruntung adalah mereka yang tetap ingat akan jalan kebenaran. Sebab, bagi orang waras, hidup ini ada pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.


Begitulah. Kini kita sedang dilanda hüzün alias melankoli komunal. Kesedihan bersama yang terlahir dari memori kolektif ini bukanlah kemurungan satu orang yang frustrasi akibat tak kebagian kursi, melainkan suasana hati yang gelap yang dirasakan oleh jutaan orang secara bersama-sama. Jutaan rakyat jelata yang sungguh-sungguh merindukan kebenaran dan keadilan ditegakkan di negeri ini.


Walaupun harapan mungkin tampak hanya sebagai nyala pelita kecil yang berkelap-kelip tertiup angin, kita tetap berharap agar presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi berani, sanggup, dan cepat bertindak mengatasi segenap kekacauan yang berlarut-larut ini. Rakyat banyak dan segelintir pemuka masyarakat yang masih waras tentu akan mendukungnya mengatasi zaman edan. Kita semua ingin segera terlepas dari kesedihan dan tak kehilangan harapan agar lekas bisa sungguh-sungguh bekerja keras untuk menata bangsa dan negara ini, bersama-sama berbenah untuk menjadi lebih baik lahir dan batin. *

Berita terkait

Jaksa Agung Ingatkan Keadilan Restoratif Rawan Disalahgunakan

6 Oktober 2021

Jaksa Agung Ingatkan Keadilan Restoratif Rawan Disalahgunakan

Jaksa Agung menjelaskan, penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif merupakan terobosan hukum yang diakui dan banyak diapresiasi.

Baca Selengkapnya

Dituduh Palsukan Dokumen, Nenek 93 Tahun Ini Terancam Dibui 7 Tahun

11 Agustus 2015

Dituduh Palsukan Dokumen, Nenek 93 Tahun Ini Terancam Dibui 7 Tahun

Nenek Oyoh memilih tertunduk lesu, ketika Jaksa Mumuh membacakan dakwaan, atas tuduhan pemalsuan surat tanah yang kini menjerat dirinya.

Baca Selengkapnya

Ibu Susui Bayi di Penjara Ini Diduga Korban Rekayasa Kasus  

10 Juni 2015

Ibu Susui Bayi di Penjara Ini Diduga Korban Rekayasa Kasus  

Heri menduga kasus yang menimpa istri dan anaknya penuh rekayasa.

Baca Selengkapnya

Nenek Asyani Titip Surat ke Jokowi: Tolong Saya, Pak...  

14 April 2015

Nenek Asyani Titip Surat ke Jokowi: Tolong Saya, Pak...  

Menteri Yohana datang secara khusus ke Kabupaten Situbondo,
Selasa, 14 April 2015 untuk menemui Asyani.

Baca Selengkapnya

Nenek Asyani Jalani Sidang Kelima

19 Maret 2015

Nenek Asyani Jalani Sidang Kelima

Sang nenek berusia 63 tahun itu mengatakan terpaksa datang ke
pengadilan meski kondisinya belum sehat.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Makassar Sahkan Sri Jadi Lelaki

2 September 2014

Pengadilan Makassar Sahkan Sri Jadi Lelaki

Meski Sri telah resmi berganti status kelamin, namun namanya belum berubah lantaran tidak mengajukan permohonan pergantian nama.

Baca Selengkapnya

Hakim Gowa Vonis Bebas Pencuri Rumput  

25 September 2013

Hakim Gowa Vonis Bebas Pencuri Rumput  

Tanaman Lantebung itu dicabuti para terdakwa karena tumbuh di lahan perkebunan yang belum diketahui pemiliknya.

Baca Selengkapnya

Holcim Yakin Buruhnya Memang Bersalah

13 Juli 2013

Holcim Yakin Buruhnya Memang Bersalah

Ada berita acara pemeriksaan dimana Samuri mengakui sudah mencuri benda milik perusahaan.

Baca Selengkapnya

Buruh Holcim Merasa Jadi Korban Putusan Sesat

8 Juli 2013

Buruh Holcim Merasa Jadi Korban Putusan Sesat

Buruh itu melaporkan hakim Cibinong ke Komisi Yudisial.

Baca Selengkapnya

Kisah Sugianto Penjual Ginjal Demi Ijazah Anak

28 Juni 2013

Kisah Sugianto Penjual Ginjal Demi Ijazah Anak

Ayu mengisahkan kronologi penahanan ijazahnya oleh pihak pondok.

Baca Selengkapnya