Beras

Penulis

Kamis, 26 Februari 2015 01:38 WIB

Bandung Mawardi, Esais


Di Padang, pada 1942, Sukarno bercakap dengan para pejabat militer Jepang. Sukarno sadar bahwa Jepang memerlukan kontribusi para tokoh tenar untuk turut memenangi perang. Percakapan mencapai kesepakatan. Selebrasi kesepakatan dibuktikan dengan makan bersama. Sukiyaki disajikan di atas meja. Sukarno mengaku, “Baru pertama kali itu saya mencicipinya, dan menurut saya enak sekali.” Setelah pesta kecil, Sukarno pulang diantar menggunakan mobil Buick berwarna hitam. Sekian jam berlalu. Sukarno sadar, ada kompensasi dari sukiyaki dan Buick. Pejabat Jepang menginginkan Sukarno sebagai juru penerang bagi penduduk di Padang, yakni mengusahakan agar mereka mau memasok beras kepada Jepang (Lambert Giebels, 2001).


Beras sedang langka. Penduduk diwajibkan menyetor beras ke Jepang dengan dalih perang. Para tentara memerlukan beras agar tangguh saat berperang meski penduduk merintih menahan lapar. Episode awal kelicikan itu memberi sengatan atas kehormatan dan janji Sukarno untuk mengentaskan Indonesia dari kolonialisme. Beras pun menjadi cerita besar selama pendudukan Jepang. Penduduk menanggung lapar akibat ketiadaan beras. Mereka nekat makan bonggol pisang. Beras telah menjadi tema dilematis dan menentukan alur politik kebangsaan.


Sukarno terus berurusan dengan beras. Pada 1946, India menanggung krisis pangan. Jutaan orang kelaparan. Sukarno dan para pemimpin bangsa memilih menjalankan “politik beras”. Rakyat diajak mengumpulkan beras demi menumpas kelaparan di India. Tindakan Indonesia mencengangkan dan berefek politis. Kehormatan Indonesia mendapat pengakuan dari pelbagai negara. Indonesia dianggap sebagai negara-bangsa yang sedang menjalankan politik atau diplomasi secara beradab.


Tahun demi tahun berlalu. Pada masa 1960-an, Sukarno tak sanggup menjamin ketersediaan beras bagi jutaan orang. Kelaparan merapuhkan kekuasaan. Sukarno terus rajin berpidato agar revolusi terus bergerak. Beras justru “tercecer” sebagai bukti keberhasilan revolusi. Taufiq Ismail memberi sindiran melalui gubahan Sjair Orang Lapar (1964), mengisahkan kelaparan dan kematian: Lapar di Gunungkidul/ Majat dipanggang kemarau/ Berdjadjar masuk kubur/ Kauulang djua. Beras belum berkelimpahan. Penguasa masih gagal mewujudkan Indonesia makmur dan sejahtera.


Advertising
Advertising

Beras tetap penentu kekuasaan. Soeharto tampil sebagai penguasa bercap Orde Baru, bermaksud memutus sejarah lapar di Indonesia. Sejak 1967, Soeharto bertekad mengadakan swasembada pangan alias swasembada beras. Indonesia harus berhenti menjadi negara pengimpor beras. Indonesia sebagai negara agraris tak elok menggantungkan nasib pada produksi beras dari negara-negara asing. Hamparan sawah mesti dikerjakan demi keberlimpahan beras. Soeharto mengaku sukses mewujudkan swasembada beras pada 1984. Mitos kekuasaan pun membesar.


Sekarang, harga beras mahal akibat ketidakserempakan panen raya dan kekisruhan sistem pasar. Politik beras mulai mengandung tanda seru saat Joko Widodo menjanjikan swasembada pangan. Beras tetap dianggap penentu martabat kekuasaan. Barangkali Joko Widodo juga perlu mengurusi beras, mengacu ke amanat kultural yang terkandung dalam cerita-cerita Dewi Sri. Beras tak usah terlalu politis. Keinsafan kultural perlu diajukan agar Joko Widodo tak terlalu menjalankan swasembada sebagai aksi politik: ambisius dan imperatif. *


Berita terkait

Dosen Hukum Pidana UGM Sanggah Nurul Ghufron yang Sebut Kaesang Tak Wajib Laporkan Terima Gratifikasi

13 menit lalu

Dosen Hukum Pidana UGM Sanggah Nurul Ghufron yang Sebut Kaesang Tak Wajib Laporkan Terima Gratifikasi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut Kaesang tidak perlu melaporkan gratifikasi. Dosen Hukum Pidana UGM bilang tidak boleh dibebaskan kasusnya.

Baca Selengkapnya

Misa di Papua Nugini, Paus Fransiskus: Tuhan Menyentuh Orang hingga Ujung Dunia

21 menit lalu

Misa di Papua Nugini, Paus Fransiskus: Tuhan Menyentuh Orang hingga Ujung Dunia

Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus di John Guise Stadium dihadiri sekitar 35 ribu umat.

Baca Selengkapnya

Penyebab Paus Fransiskus Hanya Hidup dengan Satu Paru-paru

25 menit lalu

Penyebab Paus Fransiskus Hanya Hidup dengan Satu Paru-paru

Meski hanya memiliki satu paru-paru, Paus Fransiskus sanggup melakukan perjalanan jauh ke berbagai penjuru dunia.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Langgar Kode Etik Soal Intervensi Mutasi ASN Kementan

33 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Langgar Kode Etik Soal Intervensi Mutasi ASN Kementan

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti melakukan pelanggaran kode etik soal penyalahgunaan pengaruh atau jabatan di balik mutasi ASN Kementan.

Baca Selengkapnya

Profil Cak Lontong, Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno yang Disebut Good Looking

35 menit lalu

Profil Cak Lontong, Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno yang Disebut Good Looking

Cak Lontong Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung dan Rano Karno dalam Pilkada Jakarta 2024. Sebelumnya, Pramono sebut ketua timnya sosok good looking.

Baca Selengkapnya

Tips Mendaki Bagi Pemula dan 5 Larangan saat Naik Gunung

39 menit lalu

Tips Mendaki Bagi Pemula dan 5 Larangan saat Naik Gunung

Ada sejumlah persiapan dan larangan saat naik gunung

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Pernah Menunjuk Faisal Basri Jadi Satgas TPPU, Bongkar Kasus Impor Emas Senilai Rp 189 Triliun

49 menit lalu

Mahfud Md Pernah Menunjuk Faisal Basri Jadi Satgas TPPU, Bongkar Kasus Impor Emas Senilai Rp 189 Triliun

Mahfud Md pernah menunjuk Faisal Basri jadi Satgas TPPU. Ini hasil temuan bersama timnya, termasuk bongkar kasus impor emas senilai Rp 189 triliun.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

55 menit lalu

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

Jusuf Kalla menyampaikan kritik terhadap kinerja Mendikbud Nadiwm Makarim.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Terbukti Langgar Kode Etik, Berikut Sejumlah Kontroversinya Termasuk Soal Kaesang

57 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Terbukti Langgar Kode Etik, Berikut Sejumlah Kontroversinya Termasuk Soal Kaesang

Dewa KPK putuskan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti lakukan pelanggaran kode etik. Berikut sejumlah kontroversi Ghufron, termasuk soal Kaesang.

Baca Selengkapnya

Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

58 menit lalu

Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

Polrestabes Palembang beberkan peranan 4 remaja dalam pembunuhan dan pemerkosaan terhadap siswi SMP.

Baca Selengkapnya