Kelalaian Kebun Raya

Penulis

Kamis, 15 Januari 2015 21:24 WIB

Sungguh memalukan pengelola Kebun Raya Bogor tak memiliki alat deteksi rayap dan kesehatan pohon. Pengelola tak tahu mana pohon sehat, sakit, dan keropos. Maka, tragedi belum lama ini, pohon tumbang yang menewaskan enam orang serta melukai 25 pengunjung, merupakan harga amat mahal yang harus dibayar.

Kejadian ini bukan yang pertama. Pada 2005, sebuah pohon tua juga roboh dan membunuh anak 11 tahun serta melukai 20 orang lainnya. Penyebabnya sama: rayap. Pohon-pohon berusia di atas 50 tahun itu tampak bagus dari luar tapi keropos di dalam. Selama ini pengelola Kebun Raya hanya mengandalkan survei visual untuk mendeteksi 40 ribu pohon di sana.

Lebih celaka lagi, para pengelola sebenarnya tahu alat deteksi rayap sudah lama ada. Di Indonesia, alat itu hanya ada di laboratorium entomologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Alat yang disebut sonic tomography produksi Jerman itu harganya Rp 250 juta. Dengan penghasilan Rp 15 miliar setahun dari penjualan tiket, menganggarkan satu alat tentu bukan hal yang sulit.

Sonic bekerja seperti sinar-X di bidang internis kedokteran. Ia memindai dan menghasilkan foto kondisi pohon yang sebenarnya. Jadi, dari hasil pemeriksaan itu, perlakuan terhadap tiap pohon bisa segera diputuskan: ditebang sebelum roboh atau disemen jika jenisnya perlu dipertahankan. Damar yang roboh pekan lalu itu berumur 50 tahun, baru sepertiga usia kemampuan Agathis umumnya hidup.

Para pengelola Kebun Raya, yang terdiri atas para ilmuwan karena manajemennya menginduk pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, tentu juga mafhum bahwa tanah Bogor yang lembap adalah rumah bagi lima famili rayap. Karena itu, mengandalkan pemeriksaan pohon dari pandangan mata belaka, selain kuno, sangat bias dan berpotensi keliru.

Advertising
Advertising

Sebab, ancaman bagi pohon-pohon di Kebun Raya bukan sekadar rayap, tapi juga air. Seperti penjelasan Wali Kota Bogor Bima Arya, bahwa pohon-pohon di Kebun Raya terancam tumbang karena kekurangan air akibat disedot manusia yang tinggal di pertokoan, kantor, dan hotel-hotel yang tumbuh masif di sekeliling Kebun Raya Bogor dalam 10 tahun terakhir. Bima Arya pernah berjanji mengkaji ulang izin-izin bangunan di sekelilingnya.

Dan, Bogor tak kekurangan ahli untuk mendeteksi itu. Institut Pertanian Bogor punya jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan di kampus itu pun punya laboratorium rayap dan kayu dengan para ahli mumpuni yang bisa diajak bekerja sama mendeteksi pohon dan memeliharanya. Sebab, Kebun Raya Bogor sejak mula, ketika didirikan Prabu Siliwangi pada 1474, ditujukan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Tak adanya alat deteksi pohon yang elementer bagi sebuah laboratorium, selain memalukan, menunjukkan kelalaian pengelola yang berakibat hilangnya nyawa manusia. Dalam kondisi normal, semestinya kelalaian itu merupakan sebuah tindak pidana yang punya konsekuensi hukuman bui. Polisi berhak menyelidiki damar itu untuk mencegah kelalaian serupa yang tak perlu terulang. l

Berita terkait

Mitokondria Tak Berfungsi Bisa Picu Gangguan Mental, Begini Penjelasan Psikologinya

24 menit lalu

Mitokondria Tak Berfungsi Bisa Picu Gangguan Mental, Begini Penjelasan Psikologinya

Banyaknya kemungkinan terjadinya disfungsi, merupakan sumber umum dari semua gangguan mental.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

3 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

4 jam lalu

North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

Dalam konser itu North West Heaher bergabung denagnHeadley, pemenang Oscar Lebo M, serta Jennifer Hudson

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

4 jam lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

4 jam lalu

Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

Kementerian Agama tengah menggodok pemberian sanksi untuk pelaku usaha yang belum melakukan sertifikasi halal. LPPOM MUI gencar fasilitas sertifikasi

Baca Selengkapnya

UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

5 jam lalu

UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

Zaenal menyebut bahwa kenaikan UKT itu juga sudah diatur pada Keputusan Menteri Agama RI Nomor 368 tahun 2024 tentang uang kuliah tunggal.

Baca Selengkapnya

Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

5 jam lalu

Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

Karena dibuat dari buah asli, kismis pun baik kesehatan karena mengandung tinggi serat yang baik buat pencernaan dan jantung

Baca Selengkapnya

Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

5 jam lalu

Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

Menurut Tantowi Yahya, atas usul Ikke Nurjanah, donasi dari hasil lelang lukisan itu dipakai untuk membantu pengobatan Hamdan ATT yang terkena stroke.

Baca Selengkapnya

3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

5 jam lalu

3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

Komunikasi antar pasangan kerap menjadi tantangan. Simak 3 tips efektif jaga keharmonisan rumah tangga.

Baca Selengkapnya

LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

5 jam lalu

LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

Pengguna tertinggi terjadi di bulan April 2024 sejak pertama kali LRT beroperasi, capai 1,4 juta penumpang.

Baca Selengkapnya