Konflik dan Harmoni

Penulis

Sabtu, 7 Maret 2015 03:37 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Bagus Irawan, Warga Jepara. Alumnus UIN Walisongo Semarang

Keberagamaan di Indonesia sedang darurat harmoni. Munculnya berbagai spanduk anti-Syiah di berbagai daerah menambah panjang rentetan kriminalisasi kelompok agama minoritas. Ada agenda terselubung yang dikait-kaitkan dengan sokongan dana berlimpah dari luar negeri, untuk menimbulkan konflik agama di Indonesia. Tak ayal, terjadinya baku hantam di Masjid Az-Zikra Sentul pimpinan Ustad Arifin Ilham, beberapa pekan lalu, adalah percikan awal.

Menilik sejarah, kita tahu bahwa selama ini bara kekerasan konflik beragama di negeri ini berasal dari pemanfaatan doktrin agama sebagai etos kerja. Konflik terjadi karena ada faktor "mahar" atau "proyek" yang didenominasi oleh kekuatan politik tertentu. Banyak organisasi masyarakat militan yang bermain di sini, bahkan sebagian mereka disokong oleh kekuatan penegak hukum. Dengan kata lain, konflik agama adalah buah transaksional belaka.

Faktanya, agama bagi pemeluknya memiliki dua sifat: teologis dan sosiologis. Teologis berhubungan dengan fatsun normatif yang telah dipegang teguh dan diwarisi secara turun-temurun (ultimate value). Ini berhubungan dengan keyakinan terhadap kekuatan supernatural yang bersifat gaib dan memiliki landasan berupa teks dalam kitab suci (written text). Adapun agama sosiologis diatribusi terhadap sikap pemeluk agama di tengah kehidupan sosial yang merupakan bentuk interpretasi atas teks suci dan menghasilkan teks-teks sosial (social text). Harmoni sebagai wujud dari agama ramah lingkungan, hadir dari rahim kedua. Hal itu adalah ikhtiar manusia sebagai pemegang mandat Tuhan sekaligus makhluk sosial, yang idealnya bergotong-royong secara damai dan toleran.

Kita lihat bagaimana keharmonisan di Jepara. Faktor kesejahteraan ekonomi dan kestabilan politik menjadi kunci utama. Lebih spesifik lagi, masyarakat Desa Bondo, secara statistik agama Islam menjadi mayoritas dengan catatan 59 persen, Kristen 40 persen, dan 1 persen agama lain. Kendati Islam dominan, keberagamaan benar-benar dijalankan sebagai motor perdamaian. Ketika ada salah satu warga meninggal, baik dari muslim maupun non-muslim, mereka berbaur bersama bergotong-royong tanpa diskriminasi. Begitu juga ketika ngajekno (pengajian kematian dalam tradisi Islam) atau panglipuran (pengajian kematian dalam tradisi Kristen). Meskipun pengajian dipimpin oleh tokoh agama masing-masing, kedua kelompok ini melebur menjadi satu. Spanduk anti-Syiah pun tak ada di Jepara, karena paham Syiah juga berdampingan secara harmonis dengan kelompok mayoritas semisal NU dan Muhammadiyah.

Tingginya tingkat toleransi masyarakat Desa Bondo juga terlukis dari kesediaan mereka untuk menjaga sisi teologis pemeluk agama lain. Ketika salah satu warga Kristen punya hajatan (mengadakan pesta pernikahan atau lainnya), modin (pemimpin agama Islam dalam struktur organisasi desa) diminta untuk menyembelih sapi atau kambing yang akan disajikan dalam hajatan. Sebab, dalam ideologi Islam, seorang muslim harus memakan makanan yang halal, yang salah satu syaratnya adalah disembelih seorang muslim dengan mengikuti ketentuan yang telah digariskan oleh syara'.

Harmoni bisa diciptakan manakala kebijakan sosial mendukung hal tersebut. Pesan harmoni dari Jepara ini barangkali bisa jadi refleksi teologis-sosiologis bagi bangsa Indonesia.


Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

1 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

34 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

50 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.

Baca Selengkapnya

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.

Baca Selengkapnya