Selat

Penulis

Senin, 24 April 2006 00:00 WIB

kepada bangsaku

Hari Sabtu itu, 22 April 2006, kita tahu apa arti 17.000 pulau. Tujuh belas ribu pulau sama dengan sekian juta meter pantai. Tujuh belas ribu pulau berarti beratus-ratus selat.

Tapi kita tahu bukan jumlah itu yang menjadikannya i-stimewa.

Sebab pantai adalah tepi. Tepi bukan hanya berarti per-batas-an, sebuah garis yang menutup dan menampik. Tepi juga ambang pintu. Tepi juga gerbang sebelum beranda.

Di tiap tepi selalu ada "yang-lain" yang menyentuhmungkin laut yang diberi nama oleh para pengelana asing, mung-kin ladang yang diolah kaum yang menyukai gandum, mungkin kota X yang mengirimkan berita tentang sirkus dan raja-raja. Di tiap tepi ada pertemuan, juga ketegangan, bahkan seng-keta. Di tiap tepi benda-benda dipertukarkan, lembing di-hunus, meriam diisi. Tapi ke sana juga anak-anak bermain di atas pasir melepaskan merpati yang melintas ke seberang.

Advertising
Advertising

Sebab tepi ini adalah pantai yang terentang di sepanjang 17.000 pulauartinya tepi yang lebih sering bersinggungan dengan selat, bukan dengan samudra.

Selat, laut sempit itu, adalah sebuah kesempatan: selat juga-lah yang menyebabkan persentuhan dengan "yang-lain" b-ukan sesuatu yang ajaib, bukan seperti ketika nun di sebuah gurun yang kosong dan luas datang seorang musafir dengan topi yang ganjil dan kita bertanya: Dewikah tuan? Atau iblis? Atau pangeran kecil dari asteroid di mana mawar tumbuh?

Di tiap pantai yang menggaris selat, "yang-lain" adalah "lain", tapi ia singgah dengan mudah. Terkadang ia sebilah p-a-pan dari jung Cina yang pecah, bangkai pelaut Peranggi yang dipukul badai, sebuah peti hanyut yang penuh dengan kain bersulam tak bertanda. Terkadang ia muncul dengan kapal yang mengeluarkan asap pekat atau sekoci dengan terompet yang serak dan para kelasi yang tak berpenterjemah.

Di hadapan itu semua, "yang-lain" itu "lain", tapi kita tak terkejut. Di negeri 17.000 pulau, adakah yang bisa menyebabkan kita terkejut?

Memang pernah ada yang memakai "pulau" sebagai kiasan untuk dunia yang tersisih, seperti ketika John Donne menulis sajaknya yang termasyhur:

No man is an island, entire of itselfevery man is a piece of the continent

Tapi sang penyair, John Donne, hidup di Inggris pada abad ke-17dengan kata lain, di sebuah pulau yang seakan-akan menyendiri di seberang Benua Eropa, sebuah pulau dengan satu selat yang dirundung perang. Donne tak mengenal apa artinya nusantara. Ia memandang benua sebagai sumber, totalitas yang jadi asal-usul keanekaragaman: "tiap orang adalah sepotong fragmen dari sang benua", demikian ia berkata. Maka ia lebih menggugah kita untuk mengingat apa yang "eka" ketimbang yang "bhineka" dalam manusia. Para pakar menyebut rohaniawan dan sastrawan inimula-mula sebagai cemooh"penyair metafisik".

Tapi bagi yang hidup di pantai kepulauan, yang pertama kali menarik perhatian adalah yang "fisik", benda-benda konkret: terumbu dengan hijau yang berbeda dari hijau bakau, mayang yang kuningnya tak sama dengan kuning mumbang, belanak rapang yang lain dari belanak jumpul, dayung jukung yang bukan kemudi biduk. Bagi yang hidup di tepi selat, benda dan nama begitu beraneka, tak mudah di-ringkus dalam identitas yang tunggal dan tetap. Seakan-akan mengalir. Itu sebabnya Derek Walcott, yang hidup di satu titik di pulau-pulau Karibia, bisa menulis:

My race began as the sea began,with no nouns, and with no horizon, with pebbles under my tongue, with a different fix on the stars.

Bangsaku bermula sebagaimana laut berawal, tanpa kata benda, tanpa cakrawala.

Juga bangsa kita. Mungkin itu sebabnya di nusantara de-ngan ribuan selat ini, identitas adalah sesuatu yang bergerak terus, cair. Suku-suku memang diberi nama, tapi sebenar-nya kita tak tahu oleh siapa dan kenapa. Hanya administrasi k-olonial dan negara modern yang membuat kata benda itu seperti cap besi panas yang diterakan di kulit ternak: "Jawa", "Melayu", "Dayak", "Papua".

Di tepi selat, kita selalu melihat pulau seberang itu, meskipun sayup-sayup: kita tahu kita tak pernah sendiri, terkucil dan terpenjara. Kita tahu sejarah nusantara ini adalah s-ejarah migrasi, kisah-kisah nenek-moyang yang pelaut, tambo para saudagar, perompak, penyelundup, perantau, dan pen-jelajah. Kita tahu pantai-pantai kita adalah pintu yang tak akan bisa dikunci.

Itu sebabnya kebhinekaan kita adalah kebhinekaan yang terbuka, dengan "jati-diri" yang seperti laut: tampa-knya sama, tapi bergerak terus, dengan riak air yang selalu ber-ubahcerita tentang sesuatu yang men-jadi, bukan sesuatu yang sudah-jadi. Bahkan ketika identitas-identitas baru muncul, dengan nama yang kekal dan universal ("Buddha", "Hindu", "Islam", "Kristen"), mereka juga terbentuk oleh dinamika laut yang cair, pantai yang tak terkunci, dan selat-selat yang tak mengucilkan kita.

Demikianlah bukan hanya kita yang jadi "Hindu", tapi juga Hindu yang men-jadi "kita", bukan hanya kita yang jadi "Islam", tapi juga Islam yang men-jadi "kita", dan seterusnya. Salahkah kepulauan ini karena itu? Bila Hindu Bali berbeda dari Hindu di India dan Amerika, perlukah kita risau? Bila Islam Indonesia berbeda dari Islam di Arab Saudi atau Eropa, apakah kita berdosa?

Hari Sabtu itu, ketika di ibu kota Republik kita menyatakan diri dalam keanekaragaman, ketika kita berbaris panjang dengan gembira dalam dandanan warna-warni, ketika kita bergerak dari sebuah monumen kebangsaan ke pusat lalu lintas yang ramai tempat pelbagai bangsa, kita tahu kita tak berdosa. Kita tak berdosa untuk hidup sebagaimana layaknya orang hidup dalam arus bolak-balik di 17.000 pulau yang kita sebut "Indonesia": sebuah bangsa yang bermula sebagaimana laut berawalsebuah bangsa yang terus-menerus men-jadi, tanpa dibekukan dalam kata benda, tanpa dikungkung sebuah cakrawala.

Sungguh, sebuah bangsa yang bangun badannya, bangun jiwanya.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 menit lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Jaksa KPK Buka Kemungkinan Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal Kebocoran BAP

12 menit lalu

Jaksa KPK Buka Kemungkinan Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal Kebocoran BAP

Jaksa KPK mengatakan bisa saja menghadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal kebocaran BAP

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Kasdi Subagyono Benarkan Nurul Ghufron Pernah Bahas soal Mutasi Kerabatnya di Kementan

40 menit lalu

Kuasa Hukum Kasdi Subagyono Benarkan Nurul Ghufron Pernah Bahas soal Mutasi Kerabatnya di Kementan

Kuasa hukum eks Sekjen Kementan Kasdi Subagyono membenarkan bahwa Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron pernah membahas soal mutasi kerabatnya.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Kemenangan Lanny / Rachel Bawa Indonesia Kalahkan Uganda 5-0

44 menit lalu

Hasil Piala Uber 2024: Kemenangan Lanny / Rachel Bawa Indonesia Kalahkan Uganda 5-0

Tim bulu tangkis putri Indonesia akan menghadapi Jepang di laga terakhir Grup C Piala Uber 2024, untuk perebutan juara grup, Rabu, 1 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23 2024: Diwarnai Kartu Merah, Timnas U-23 Indonesia Kalah 0-2 dari Uzbekistan

55 menit lalu

Hasil Piala Asia U-23 2024: Diwarnai Kartu Merah, Timnas U-23 Indonesia Kalah 0-2 dari Uzbekistan

Meski kalah, Timnas U-23 Indonesia masih berkesempatan merebut tiket ke Olimpiade Paris 2024 melalui perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Tiket Konser Sheila on 7 di Pekanbaru Habis Terjual, 17 Ribu Sheila Gank Ikut Tiket War

58 menit lalu

Tiket Konser Sheila on 7 di Pekanbaru Habis Terjual, 17 Ribu Sheila Gank Ikut Tiket War

Penjualan tiket konser Sheila on 7 di Pekanbaru itu begitu cepat diserbu Sheila Gank, nama penggemar band asal Yogyakarta itu.

Baca Selengkapnya

Aliansi Perempuan Indonesia akan Turun Aksi di Hari Buruh Sedunia

1 jam lalu

Aliansi Perempuan Indonesia akan Turun Aksi di Hari Buruh Sedunia

Mereka akan bergabung dengan kelompok-kelompok buruh lainnya yang juga melakukan aksi Hari Buruh di tempat yang sama.

Baca Selengkapnya

Merasa Terjebak dalam Hubungan Tak Bahagia? Bulatkan Tekad untuk Pergi

1 jam lalu

Merasa Terjebak dalam Hubungan Tak Bahagia? Bulatkan Tekad untuk Pergi

Merasa terjebak dalam hubungan tak bahagia? Berikut tanda Anda harus mengakhiri hubungan karena sudah tak mungkin diperbaiki.

Baca Selengkapnya

Fati Indraloka Lelang Vespa Kesayangan Babe Cabita untuk Pembangunan Masjid

1 jam lalu

Fati Indraloka Lelang Vespa Kesayangan Babe Cabita untuk Pembangunan Masjid

Hasil lelang vespa kesayangan Babe Cabita akan digunakan untuk pembangunan masjid dan pondok pesantren.

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

1 jam lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya