Kabar

Penulis

Senin, 3 Juni 2002 00:00 WIB

Tabrakan sepeda dan runtuhnya sebuah peradaban tentu berbeda, tapi surat kabar, kata George Bernard Shaw, tak bisa melihat perbedaan itu. Shaw sekadar mencemooh, tentu, tapi ada yang mengena di ujung katanya.

Terutama sekarang. Bukan karena wartawan bertambah bodoh, tapi karena peristiwa yang "mendadak-menarik" kian mendesak apa yang "penting". Penasihat media Presiden Reagan, Roger Ailes, pernah memberi contoh: "Jika ada dua orang di sebuah pentas dan yang satu bilang 'saya punya cara menyelesaikan persoalan Timur Tengah' dan orang yang satu lagi jatuh terjungkel ke tempat orkes, tuan pasti tahu siapa yang akan masuk ke berita malam nanti."

Di masa ini, jurnalisme memang tampak kian suka bercerita tentang yang seru dan terjungkel, katakanlah seperti Suara Rakyat Merdeka. Jutaan informasi menderas mencari tempat di kesadaran kita, satu berita menempuh kecepatan ribuan mil per detik, dan pada saat yang sama peralatan dan ongkos bertambah mahal, terutama dengan TV. Kompetisi pun jadi sengit. Semua ingin dibaca dan diikuti, dan tiap berita mengucapkan bismilahnya dengan "lihat, aku memikat".

Sebab, kini pembaca dan penonton harus dibayangkan sebagai "konsumen", bukan teman dialog, dan pasar adalah sebuah berhala: para juragan koran dan TV menyembahnya, sementara mereka juga yang membentuk, membangun, dan merawat sesembahan itu. Media, kata mereka, harus tak mengusik tidur; senangkanlah hati konsumen.

Di negeri tempat kapitalisme media sudah demikian menjulang, kita pun membaca USA Today. Di koran tenar itu, atas nama konsumen, berita perceraian Julia Roberts dari Kiefer Sutherland adalah berita utama, sementara kudeta di Haiti ditulis dalam tujuh kalimat. Di Jepang, layar televisi hampir sepenuhnya diisi pertandingan, tamasya, makanan, dan lagu cinta. Dan tentu saja iklan.

Advertising
Advertising

Iklan dan lagu cinta adalah perulangan yang memikat, tapi yang tak kalah memikat adalah apa yang seru dan seram. John H. McManus menulis sebuah studi, Market-Driven Journalism, dan mengutip pengakuan seorang wartawan CBS yang meliput secara timpang perjuangan orang Hitam di Amerika di tahun 1960-an: di berita malam CBS ia lebih menampilkan tokoh militan yang menghunus tinju; ia mengabaikan si moderat yang punya rencana bantuan untuk si miskin. Sebab, kontras, konflik, dan kekerasan, seperti cerita silat, lebih memukau.

Itu pula yang dilakukan CNN. Menyusul 11 September 2001, sehabis serombongan teroris menabrakkan pesawat ke menara World Trade Center, CNN menampilkan para pemuda Palestina yang bersorak gembira. CNN tak pernah mencoba bertanya kenapa. Saya tak ingat apakah CNN menyiarkan laporan tentang para pemuda Teheran yang menyalakan lilin berkabung. Mungkin tidak. Kejadian di Teheran itu "berita", tapi tak ada konflik seperti film action. Atau sesuatu telah berubah: "berita" adalah hiburan, "berita" sama dengan film Jackie Chen.

Jurnalisme Indonesia kini mulai punya Jackie Chen-nya sendiri. Tentu, surat kabar utama di Indonesia belum seperti USA Today. Dari pengalaman Amerika juga masih bisa dilihat bahwa kapitalisme juga menghasilkan koran seperti The New York Times, The Washington Post, dan Los Angeles Timesyang sedikit-banyak tahu bedanya tabrakan sepeda dengan runtuhnya sebuah peradaban. Radio di Indonesia, untunglah, sedang berbulan madu dengan yang dulu di zaman Soeharto tak ada: kebebasan membuat berita sendiri. Dan TV di Indonesia, syukurlah, masih sering berjasa menghadirkan apa yang terjadi di DPR dan mengundang tukar pendapat yang matang dari sudut yang berbeda.

Tapi bisakah semua itu bertahan, ketika kongkurensi kian sengit, ketika keharusan ke arah komersialisasi kian mendesak? Bukankah tendensi untuk memberhalakan pasar sudah terpendam dalam sistem media, juga di sini?

Ada sebuah anekdot tentang Emil Salim. Ia masuk rumah sakit selama dua pekan. Selama di tempat tidur itu, tak banyak yang bisa dikerjakannya selain menonton TV. Waktu itu zaman Orde Baru. Emil Salim menonton TV terus sampai ia keluar rumah sakit. Kembali di rumahnya, ia pun menulis sepucuk surat kepada Yang Terhormat Direktur Jenderal Radio, Film, dan TV, Subrata. Emil Salim, guru besar UI, kolumnis Harian Kami dan TEMPO, menulis keluhan bahwa selama dua pekan itu ia bertambah bodoh.

Emil Salim, seorang bekas menteri, mungkin agak naf: ia seharusnya tahu bahwa di bawah Menteri Penerangan Harmoko dan Direktur Jenderal Subrata, khalayak Indonesia memang tak diharapkan jadi pandai. Yang penting adalah patuh dan pasif. Kini Harmokoisme itu sudah tak ada, tapi Emil Salim, bersama kita semua, masih bisa bertanya mungkinkah penonton jadi tidak pasif, bila ia hanya bagian dari pasar, sang berhala, yang dibangun oleh telenovela Latin dan sinetron Raam Punjabi?

Persoalannya bukanlah karena sinetron itu terasa tolol, tapi sesuatu yang lebih serius: ada hubungan antara industri Raam Punjabi dan hampanya kehidupan publik. Jurnalisme jadi penting karena kehidupan publik itu penting. Ketika orang mulai ogah politikbagian penting dari kehidupan publik ituketika politisi yang dipilih tak punya kontak lagi dengan pemilihnya, ketika orang merasa dirinya tak punya arti dalam keputusan untuk kehidupan bersama, jurnalisme akan digusur telenovela.

Sebaliknya, ketika jurnalisme gagal memberikan makna atas jutaan informasi yang berseliweranketika reporter hanya tertarik pada orang yang terjungkel dan tak bertanya bagaimana caranya menyelesaikan konflik Timur Tengahberita dan ulasan itu pun jadi telenovela. Setelah itu kemerdekaan, juga demokrasi, jadi impian yang melintas di celah-celah iklan, seperti sinetron Raam Punjabi.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Duo Persija Jakarta Bertekad Tingkatkan Kemampuan Usai Tampil Bersama Timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23 2024

7 menit lalu

Duo Persija Jakarta Bertekad Tingkatkan Kemampuan Usai Tampil Bersama Timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23 2024

Pemain Persija Jakarta Rayhan Hannan dan Dony Tri Pamungkas etik pelajaran berharga usai tampil bersama Timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

12 menit lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

13 menit lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

17 menit lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

21 menit lalu

Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

Prabowo disebut memiliki keinginan untuk secara rutin bertemu dengan para presiden sebelum dia.

Baca Selengkapnya

PSIS Semarang Resmi Lepas Alfeandra Dewangga ke Timnas U-23 Indonesia untuk Laga Lawan Guinea

22 menit lalu

PSIS Semarang Resmi Lepas Alfeandra Dewangga ke Timnas U-23 Indonesia untuk Laga Lawan Guinea

CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi berharap Alfeandra Dewangga bisa menambah kekuatan Timnas U-23 Indonesia di playoff Olimipadei Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Saksi Ungkap Syahrul Yasin Limpo Bayar Lukisan Sujiwo Tejo Seharga Rp 200 Juta Pakai Uang Vendor Kementan

22 menit lalu

Saksi Ungkap Syahrul Yasin Limpo Bayar Lukisan Sujiwo Tejo Seharga Rp 200 Juta Pakai Uang Vendor Kementan

Saksi menyatakan diminta mengirim Rp 200 juta saat itu juga untuk pembayaran lukisan dari budayawan Sujiwo Tejo yang dibeli oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Dari AS, Protes Mahasiswa Pro-Palestina Menyebar ke Negara-negara Ini

23 menit lalu

Dari AS, Protes Mahasiswa Pro-Palestina Menyebar ke Negara-negara Ini

Mahasiswa di kampus-kampus di seluruh dunia menggelar unjuk pro-Palestina untuk memprotes genosida di Gaza oleh Israel.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

31 menit lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Rayakan HUT Ke-105 Damkar, Bupati Sukabumi:Tingkatkan Layanan

36 menit lalu

Rayakan HUT Ke-105 Damkar, Bupati Sukabumi:Tingkatkan Layanan

Sepanjang 2023 DPKP mengatasi 579 kebakaran dan 517 non-kebakaran 517.

Baca Selengkapnya