Menanggulangi Gelombang ISIS

Penulis

Kamis, 19 Maret 2015 03:01 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Ja'far, Pengamat Politik Timur Tengah

Sebanyak 16 warga negara Indonesia (WNI) melakukan perjalanan ke Turki. Ada dugaan, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Suriah untuk kemudian berafiliasi dengan kelompok Islamic State of Iraq and Sham (ISIS). Investigasi terus dilakukan pihak berwenang untuk mendalami motif dan menelusuri modusnya.

Fakta ini sebenarnya bagian dari lampu kuning potensi koneksi ideologis dan praktis antara ISIS dan kelompok radikal di Indonesia yang sudah terendus dalam satu tahun terakhir. Sejak dideklarasikan di Irak, ISIS membangkitkan gairah radikalisme di Tanah Air. Pekerjaan rumah pemerintah untuk menyelesaikan problem terorisme belum tuntas, dan kini sudah harus berhadapan dengan sebuah gejala baru radikalisme. ISIS tentu hadir dengan mengusung arkeologi teror baru. Motif, modus, dan varian aksinya akan berbeda dengan Al-Qaidah. Konsekuensinya, resep penanggulangannya tidak boleh sama dengan solusi atas Al-Qaidah.

Radikalisme memiliki dua aspek, yakni software dan hardware. Perangkat lunak menyangkut aspek ideologis, sedangkan perangkat keras berkaitan dengan sisi jaringan organisasi. Satu dan yang lainnya saling terkait. Jaringan adalah medium yang digunakan untuk mengimplementasikan ideologi. Tanpa ideologi, jaringan akan lumpuh. Setelah tewasnya Usamah bin Ladin, jaringan Al-Qaidah yang tersebar di berbagai negara seakan-akan kehilangan tuannya. Di sisi yang lain, tugas menanggulangi terorisme relatif dianggap selesai. Padahal tewasnya Usamah memunculkan persoalan lain yang tak kalah kompleks. Jaringan Al-Qaidah berpotensi bermetamorfosis dalam bentuk yang berbeda, berevitalisasi dengan energi baru, serta bersinergi dengan jaringan lain.

Munculnya ISIS berpotensi menjadi tuan bagi jaringan radikal yang sedang mencari tuan baru tersebut. Jika aspek software-nya sudah terpaut, dengan sendirinya perangkat kerasnya akan bersinergi. Tersedianya perangkat lunak dan keras bisa menjadi bonus bagi ISIS untuk mengakselerasi tugas, pokok, dan fungsi organisasinya. Tantangan inilah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi ancaman gerakan radikalisme dengan ISIS sebagai ikon barunya. Investigasi menunjukkan bahwa di antara 16 WNI yang menghilang di Turki dan diduga hendak bergabung dengan ISIS adalah keluarga dari terduga teroris yang tewas di Tulungagung, Jawa Timur. Ini membuktikan bahwa terjadi koneksi di tataran perangkat keras.

Tantangan serupa dihadapi oleh berbagai negara yang selama ini mengidap problem radikalisme. Agenda perang melawan ISIS yang dinakhodai Amerika Serikat dan koalisinya sejauh ini relatif gagal, baik di tataran hardware, terlebih lagi software. Jaringan ISIS menunjukkan gejala justru semakin menguat dan meluas ke berbagai penjuru negeri. Ideologi ISIS juga semakin kuat auranya, sehingga memikat beberapa kelompok masyarakat untuk berafiliasi menjadi anggotanya. Beberapa negara tak mampu membendung warganya yang bergabung dengan ISIS dengan cara berangkat ke Suriah. Modus lainnya, tidak dengan berangkat, tapi cukup dengan berkomitmen jarak jauh dan mengkonsolidasikan jaringan di luar Suriah dan Irak. Dari sisi ini, percepatan gerakan ISIS untuk merekrut kader melebihi kecepatan Al-Qaidah.

Gelombang keberangkatan WNI untuk bergabung dengan ISIS sebenarnya telah terjadi sejak satu tahun terakhir. Hanya, polanya masih tersembunyi dan luput dari sorotan perhatian publik. Turki menjadi pintu masuk paling strategis, karena negara ini memang yang paling longgar pengawasan perbatasannya dengan Suriah. Ini tak terlepas dari kepentingan politik kawasan negara itu untuk menjatuhkan Bashar al-Assad, Presiden Suriah. Akibatnya, sebagaimana Arab Saudi, Turki pun harus menerima konsekuensi berupa arus balik radikalisme ke negaranya: pulangnya mereka yang telah menerima latihan dengan ideologi radikal ISIS.

Gelombang keberangkatan radikalisme selalu akan diikuti oleh gelombang kepulangan radikalisme. Lebih dari itu, gelombang keberangkatan (hardware) akan membangun koneksi ideologis (software), hingga pada akhirnya sempurnalah keduanya sebagai sebuah perangkat radikalisme. Pemerintah Indonesia harus serius menghadapi persoalan ini. Bahaya radikalisme berbasis ideologi ISIS ini tidak hanya laten, tapi juga cepat akselerasinya. Gelombang keberangkatan harus segera diputus. Gelombang kepulangan harus segera ditindak.


Berita terkait

Pengadilan Prancis Vonis Hukuman Seumur Hidup untuk Pelaku Teror Paris 2015

30 Juni 2022

Pengadilan Prancis Vonis Hukuman Seumur Hidup untuk Pelaku Teror Paris 2015

Pengadilan Prancis menjatuhkan vonis seumur hidup kepada Salah Abdeslam, satu-satunya pelaku teror Paris 2015 yang masih hidup

Baca Selengkapnya

Pengakuan Pelaku Bom Bunuh Diri Paris 2015: Saya Tidak Melukai Siapa pun

10 Februari 2022

Pengakuan Pelaku Bom Bunuh Diri Paris 2015: Saya Tidak Melukai Siapa pun

Salah Abdeslam mengatakan bahwa ia tidak meledakkan rompi bom bunuh dirinya dalam serangan teroris di Paris, November 2015 yang menewaskan 130 orang

Baca Selengkapnya

Prancis Mulai Adili 20 Terdakwa Serangan Teror di Bataclan

8 September 2021

Prancis Mulai Adili 20 Terdakwa Serangan Teror di Bataclan

Prancis pada Rabu mengadili 20 orang terdakwa yang diduga terlibat dalam serangkaian aksi teror di Bataclan, Paris, pada 13 November 2015.

Baca Selengkapnya

Teror Paris, Pria Ini Ledakkan Diri Saat Menabrak Mobil Polisi

20 Juni 2017

Teror Paris, Pria Ini Ledakkan Diri Saat Menabrak Mobil Polisi

Teror Paris kembali terjadi ketika pengemudi mobil sedan meledakkan diri saat berusaha menabrak iringan mobil polisi.

Baca Selengkapnya

Teror di Paris, Begini Kata Pelaku Serangan Katedral Notre-Dame

7 Juni 2017

Teror di Paris, Begini Kata Pelaku Serangan Katedral Notre-Dame

Pelaku penyerang perwira polisi di Katedral Notre-Dame, dalam teror di Paris, Selasa waktu setempat dalam aksinya sempat mengatakan: Ini untuk Suriah

Baca Selengkapnya

Teror di Paris, Pelaku Serang Polisi di Katedral Notre Dame

7 Juni 2017

Teror di Paris, Pelaku Serang Polisi di Katedral Notre Dame

Teror terjadi di Paris. Seorang pria menyerang polisi di depan Katedral Notre Dame, Paris.

Baca Selengkapnya

Pengacara Teroris Paris Mundur, Ini Alasannya  

12 Oktober 2016

Pengacara Teroris Paris Mundur, Ini Alasannya  

Pengacara sempat memprotes kamera pengawas di sel Abdeslam.

Baca Selengkapnya

Prancis Tangkap Dua Orang yang Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Pastor

1 Agustus 2016

Prancis Tangkap Dua Orang yang Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Pastor

Polisi Prancis menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam
pembunuhan terhadap seorang pastor di sebuah gereja di Normandia.

Baca Selengkapnya

Pelaku Kedua Pembunuh Pastor di Prancis Bisa Diidentifikasi  

28 Juli 2016

Pelaku Kedua Pembunuh Pastor di Prancis Bisa Diidentifikasi  

Jenazahnya lebih sulit diidentifikasi daripada Kermiche karena tubuhnya sudah rusak dalam penembakan.

Baca Selengkapnya

JK: Terorisme Meluas dari Negara Gagal ke Negara Stabil  

16 Juli 2016

JK: Terorisme Meluas dari Negara Gagal ke Negara Stabil  

Sesi Retreat KTT ASEM membahas isu-isu mengenai Brexit, migrasi, terorisme, serta isu-isu keamanan dan perdamaian di kawasan itu.

Baca Selengkapnya