Me-Nyepi

Penulis

Jumat, 20 Maret 2015 02:02 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Husein Ja'far Al Hadar, Penulis

Kata Bunda Teresa, Tuhan "bersemayam" dalam sepi. Adapun bagi filsuf besar India pada abad ke-8, Adi Sankarcarya, sepi adalah pintu pertama menuju keunggulan rohani. Sepi memang sebuah keadaan yang transenden, otentik, dan juga eksistensial.

Maka, sejarah mencatat, kisah para nabi dan manusia agung selalu mencari dan bersahabat dengan sepi. Musa, pembawa risalah Yahudi, "menemui" dan berdialog sendiri dengan Tuhan dalam sepinya Bukit Tursina. Yesus pun (yang diyakini sebagai pembawa risalah Nasrani oleh umat kristiani) syahid di tiang salibnya dalam sepi bersama Tuhan, dan "berbicara" dengan-Nya dalam "diam"-Nya. Begitu pula dengan Muhammad, pembawa risalah Islam, menerima wahyu pertamanya sendiri dalam sepinya Gua Hira. Kisah para nabi dan manusia agung selalu bersinggungan dengan sepi bersama-Nya.

Al-Quran menyebutkan bahwa para nabi dan manusia agung tak pernah sekali-kali bersedih, apalagi takut, dalam kesepiannya. Sebab, dalam sepi itu, mereka justru bertemu, berdialog, dan bercengkerama dengan Tuhan.

Namun, pada era modern yang telanjur pragmatis dan gersang nilai ini, manusia justru sedih, takut, dan lari dari sepi. Kita lahir, tumbuh, dan terseret dalam sebuah peradaban yang justru mengagungkan kerumunan dan keramaian. Kita merasa kesepian dalam sepi. Sebab, kita tak pernah bisa menghadirkan Tuhan dalam sepi. Kita selalu butuh pada manusia, sehingga kita selalu mencari kafe, pesta, panggung hiburan, atau bahkan kelab malam untuk lari dari sepi.

Padahal justru dalam sepi kesejatian bersemayam. Tapi kita cenderung memilih untuk terjerumus dalam keramaian semu. Karena itu, sebagian kita yang hidup di Bali, misalnya, ketika Nyepi datang, justru pergi meninggalkan sepinya Bali untuk mencari kerumunan, berlibur dalam keramaian, dan hanyut dalam ketidaksadaran dan kesemuan. Padahal, dalam kacamata autentisitas, seharusnya dalam suasana Nyepi kita harusnya "berlibur" ke Bali. Dalam artian, berlibur dari segala rutinitas, kesibukan, hiruk-pikuk, kerumunan dan keramaian, untuk menghayati diri bersama Tuhan dalam sepi di sana.

Hari Raya Nyepi mewajibkan umat Hindu melaksanakan Catur Brata yang biasa diartikan empat pantangan selama sehari: amati geni (tak menyalakan api atau penerangan), amati karya (tak melakukan aktivitas atau rutinitas kerja), amati lelungan (tak bepergian), dan amati lelanguan (tak bersenang-senang atau menikmati hiburan). Artinya, dalam Nyepi, melalui sepi, mereka diajarkan meninggalkan gemerlap lampu untuk merasakan cahaya sejati, berhenti dari rutinitas untuk menghayati spiritualitas.

Nyepi sebagai sebuah momentum mengajarkan umat Hindu menghayati sepi, menghadirkan kesadaran total dan masuk dalam renungan eksistensial tentang diri dan Tuhan, sesama manusia, serta alam, untuk kemudian membentuk keharmonisan di antara ketiga relasi tersebut yang dikenal dengan Tri Hita Karana.

Adapun bagi kita semua, Nyepi mengajarkan kita untuk menyadari dan menghayati sepi sebagai keadaan transenden dan otentik. Sebab, kita sering tak menyadari itu. Kita memahami sepi dalam kerangka banalitas, bukan justru eksistensial, sehingga akhirnya kita mendapati kisah para nabi dan manusia agung adalah kisah sepi dalam kesejatian, sedangkan kisah kita adalah kisah keramaian dalam kesemuan.


Berita terkait

Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

54 hari lalu

Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

Kalimat rahajeng rahina Nyepi sering diucapkan saat Nyepi. Kalimat ini memiliki makna yang bagus. Lalu, apa arti rahajeng rahina Nyepi?

Baca Selengkapnya

5 Arca Yang Tersisa di Indonesia

23 Agustus 2023

5 Arca Yang Tersisa di Indonesia

Diantara banyak arca yang pernah ada, inilah 5 jenis arca yang tersisa di Indonesia

Baca Selengkapnya

Momen Tingkatkan Kebajikan di Hari Raya Galungan

2 Agustus 2023

Momen Tingkatkan Kebajikan di Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan jatuh pada 2 Agustus 2023, momen tepat untuk mengamalkan nilai-nilai dharma secara utuh dan berimbang sesuai ajaran Hindu.

Baca Selengkapnya

Arca Ganesha di Gunung Bromo Hilang, Begini Makna Dewa Ganesha Bagi Umat Hindu?

23 Mei 2023

Arca Ganesha di Gunung Bromo Hilang, Begini Makna Dewa Ganesha Bagi Umat Hindu?

Arca Ganesha di Gunung Bromo hilang, dikabarkan jatuh ke kawahnya. Ini riwayat Dewa Ganesha bagi umat Hindu.

Baca Selengkapnya

Pelajari Nilai-nilai Kehidupan Warga Desa Penglipuran di Bali

20 Maret 2023

Pelajari Nilai-nilai Kehidupan Warga Desa Penglipuran di Bali

Bali yang masih kental kearifan lokal memiliki beragam desa adat salah satunya Desa Penglipuran. Bagaimana nilai-nilai kehidupan warganya?

Baca Selengkapnya

Kemenag Salurkan Beasiswa untuk 1.540 Mahasiswa Hindu

27 Juli 2022

Kemenag Salurkan Beasiswa untuk 1.540 Mahasiswa Hindu

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama menyalurkan beasiswa bagi 1.540 mahasiswa Hindu di berbagai perguruan tinggi.

Baca Selengkapnya

Mengenali Meditasi Kundalini dan Manfaatnya

14 Juli 2022

Mengenali Meditasi Kundalini dan Manfaatnya

Kundalini dalam Bahasa Sansekerta berarti melingkar, merujuk jenis meditasi sepenuhnya membangkitkan potensi kesadaran

Baca Selengkapnya

Asal-usul Istilah Lebaran untuk Menyebut Hari Raya Idul Fitri

22 April 2022

Asal-usul Istilah Lebaran untuk Menyebut Hari Raya Idul Fitri

Terdapat beberapa versi pendapat lain seputar asal-usul penggunaan istilah Lebaran.

Baca Selengkapnya

Mengenal Reinkarnasi, Keyakinan Lahir Kembali Setelah Kematian

27 Maret 2022

Mengenal Reinkarnasi, Keyakinan Lahir Kembali Setelah Kematian

Beberapa agama meyakini konsep kelahiran kembali setelah kematian atau reinkarnasi.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Akan Cari Solusi Soal Kekurangan Guru Agama Hindu di DKI

2 Maret 2022

Anies Baswedan Sebut Akan Cari Solusi Soal Kekurangan Guru Agama Hindu di DKI

Ketua SDHD DKI Jakarta, Made Sudarta, mengatakan kekurangan guru agama Hindu mempersulit siswa-siswi mendapat pendidikan agama di sekolah umum.

Baca Selengkapnya