Hilangkan Disparitas Harga Elpiji

Penulis

Sabtu, 7 Maret 2015 02:25 WIB

Migrasi konsumen menggunakan elpiji bersubsidi harus disetop. Sebab, peralihan pengguna elpiji nonsubsidi kemasan 12 kilogram ke gas bersubsidi ukuran 3 kilogram secara besar-besaran merugikan pemerintah. Anggaran subsidi gas membengkak. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015, subsidi untuk elpiji "tabung melon" ini ditetapkan Rp 25-28 triliun. Kini, bujet itu harus dinaikkan menjadi Rp 35 triliun dalam APBN Perubahan 2015.

Sudah dua pekan lebih elpiji tabung melon seperti "hilang" dari pasar. Itulah akibat dari migrasi konsumen. Rumah tangga dan industri mikro yang semula menggunakan elpiji tabung biru beralih menyerbu melon.

Ini merupakan dampak disparitas harga. Perbedaan antara elpiji melon dan tabung biru semakin lebar sejak PT Pertamina (Persero) menaikkan harga. Per 1 Maret lalu, elpiji nonsubsidi dijual Rp 134 ribu per tabung, naik Rp 5.000 dari harga sebelumnya. Bandingkan dengan harga gas melon yang cuma Rp 16 ribu per tabung.

Kesenjangan antara harga gas bersubsidi dan nonsubsidi sebenarnya telah terasa sejak dua bulan sebelumnya. Pada 2 Januari 2015, Pertamina mengerek harga elpiji nonsubsidi sebesar Rp 18 ribu menjadi Rp 134.700 per tabung. Alasannya, untuk mencapai tarif keekonomian. Tak sampai sebulan kemudian, pemerintah melakukan intervensi dengan menurunkannya ke harga Rp 129 ribu pada 19 Januari.

Adapun harga gas bersubsidi masih jalan di tempat, yakni Rp 11.550 per tabung, dari Pertamina ke agen. Selanjutnya, di tingkat pangkalan, harga eceran tertinggi ditentukan oleh pemerintah daerah. Semestinya harga komoditas ini pun naik seiring dengan kenaikan harga gas di pasar dunia. Tapi faktanya tidak. Pertamina sempat menawarkan dua opsi: menaikkan harga Rp 1.000 per kilogram, atau menaikkan subsidi supaya harga jual tetap. Pemerintah memilih opsi kedua.

Advertising
Advertising

Pertamina sadar, keputusan itu menyebabkan kesenjangan antara harga elpiji bersubsidi dan nonsubsidi kian menganga. Dampaknya, konsumen meninggalkan elpiji tabung biru, beralih ke tabung melon. Itulah yang sekarang terjadi: elpiji bersubsidi langka di mana-mana karena permintaan naik berkali lipat.

Untuk mengatasinya, pemerintah dan Pertamina menggelar operasi pasar. Bertruk-truk elpiji tabung melon dikeluarkan untuk mengguyur pasar. Tapi langkah itu saja tidak cukup. Operasi pasar hanyalah solusi jangka pendek. Pemerintah seharusnya memikirkan penyelesaian yang bersifat jangka panjang.

Kuncinya adalah disparitas harga. Semakin lebar kesenjangan, para spekulan semakin berpesta dengan mempermainkan stok dan harga. Potensi tindak kriminal lain adalah pengoplosan isi elpiji tabung melon dengan tabung biru, lantas dijual dengan harga nonsubsidi.

Pemerintah harus berani mengambil kebijakan seperti yang dilakukan pada bahan bakar minyak. Subsidi BBM yang bertahun-tahun membebani anggaran negara menjadi lebih longgar sejak diberlakukan mekanisme subsidi tetap. Kebijakan ini pula yang sekarang diperlukan untuk komoditas elpiji.

Berita terkait

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

1 menit lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

3 menit lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

7 menit lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Hakim Arsul Sani Singgung Suara Siluman di Sidang Sengketa Pileg

12 menit lalu

Hakim Arsul Sani Singgung Suara Siluman di Sidang Sengketa Pileg

Hakim MK Arsul Sani menyorot suara siluman dalam pemilihan DPRD Papua Barat.

Baca Selengkapnya

Cara Tutup Akun Gojek secara Permanen, Bisa Dilakukan Online

14 menit lalu

Cara Tutup Akun Gojek secara Permanen, Bisa Dilakukan Online

Ada beberapa cara tutup akun Gojek yang bisa dilakukan. Penutupan akun bisa dilakukan apabila Anda berencana mengganti layanan. Ini caranya.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

16 menit lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Alasan Pengadilan Negeri Solo Tolak Gugatan Wanprestasi Almas Tsaqibbirru terhadap Gibran

23 menit lalu

Alasan Pengadilan Negeri Solo Tolak Gugatan Wanprestasi Almas Tsaqibbirru terhadap Gibran

Putusan Majelis Hakim itu diambil dengan pertimbangan dan pendapat bahwa gugatan yang diajukan Almas terhadap Gibran bersifat Vexatious Litigation.

Baca Selengkapnya

Dahnil Anzar Ungkap Rencana Prabowo Mau Buat Presidential Club

24 menit lalu

Dahnil Anzar Ungkap Rencana Prabowo Mau Buat Presidential Club

Prabowo ingin para mantan presiden Republik Indonesia rutin bertemu dalam wadah presidential club.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Israel dan Sekutunya Takut pada ICC

29 menit lalu

Ini Alasan Israel dan Sekutunya Takut pada ICC

ICC dapat mengakhiri impunitas selama puluhan tahun dengan mendakwa para pejabat tinggi keamanan Israel atas perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Hammersonic Festival 2024 Siap Guncang Jakarta, Angkat Tema The Majestic Fellowship

30 menit lalu

Hammersonic Festival 2024 Siap Guncang Jakarta, Angkat Tema The Majestic Fellowship

Hammersonic Festival 2024 siap digelar di Pantai Carnaval, Ancol pada 4-5 Mei dengan menampilkan band metal dan rock internasional maupun lokal.

Baca Selengkapnya