Dan

Penulis

Senin, 7 Agustus 2006 00:00 WIB

Empat bulan sebelum meninggal, Dan Lev menjemput saya di tempat saya menginap di University District, Seattle. Ia masih melangkah gagah pada umur 72. Ia mengenakan jas abu-abu dan pull-over putih. Hari itu di musim semi, Seattle agak dingin.

Kami berpelukan. Saya lihat rambutnya menipis dan ia pucat.

Saya ingat sepucuk sur-el yang ia kirim di pekan ketiga Januari 2006: "Baru saja, sesudah biopsi, ternyata saya kena kanker paru-paru. Belum terang apakah para dokter bisa berbuat apa-apa. Akibatnya, saya nggak bisa ke Indonesia tahun ini. Macam-macamlah."

Seakan-akan kanker itu gangguan yang sepele. Tipikal Dan: ia tak hendak membuat persoalannya dramatis. Hari itu dibawanya saya ke sebuah restoran dim-sum di International District.

Sambil menyetir mobilnya memasuki 24th Avenue East ia mengatakan kemo- dan radioterapi pada paru-parunya telah dihentikan. Tumornya hanya susut sedikit. Dokter bilangkatanya, sambil terus memandang ke jalan di depannyaia akan hidup mungkin hanya enam bulan sampai setahun lagi. Ia ucapkan itu se-perti ia mengulang ramalan cuaca.

Advertising
Advertising

Ia tak ingin siapa pun sedih. Terutama hari itu: ia bebas dari kemo- dan radioterapi. Dalam salah satu surat-elnya ia memang menyebut: "Kemo itu racun memang campuran radiasi semacam penyiksaan yang mungkin bisa saja dalam imajinasi Bush cs." Ia masih melucu-seraya menyodok Presiden Amerika yang tak pernah disukainya itu. Dan saya pura-pura tak murung.

Di restoran yang tak saya ingat namanya itu ia makan tujuh potong dim-sum tanpa sambal. Ada yang terasa sakit jika ia menelan yang pedas, katanya. Saya terdiam mendengar itu. Tapi ia tak melanjutkan. Ia hanya bicara tentang topik yang disukainya akhir-akhir ini: lahirnya sebuah generasi muda Indonesia yang bagi-nya mengagumkan.

Ia menyebut dua kelompok: pertama, mereka yang bergerak di sekitar "Islam liberal" dalam berbagai varia-sinya, yakni anak-anak muda yang seraya berangkat dari latar sejarah Indonesia telah membuka cakrawala pemikiran yang tak terjadi di tempat lain di Dunia Ketiga. Kedua, yang ia kenal lebih dekat, "anak-anak PSHK"Pusat Studi Hukum & Kebijakanyang bekerja di sebuah kantor di wilayah Kuningan, Jakarta.

Sejak 1999, tiap kali Dan ke Jakarta, ia akan berjam-jam di situ, berdiskusi, menolong mahasiswa yang perlu dibantu, minum kopi tubruk, merokok, mendengarkan. Bagi Dan mereka ini harapan masa depan: mereka bukan saja penelaah kehidupan hukum di Indonesia, tapi juga aktivis yang memperjuangkan perbaikan peradilan seraya menyiarkan informasi tentang hukum tak henti-hentinya, antara lain dalam satu situs di internet. Bagi Dan, me-rekalah contoh bahwa tak semua orang Indonesia menyerah kepada air busuk dunia yudikatif Indonesia selama ini, tempat polisi, jaksa, hakim, advokat, sipir bui, dan entah apa lagi, berkubang dalam uang suap, akal-akalan, dan pemerasan.

Sambil mendengarkan itu saya sadar: Dan tak pernah bicara tentang dirinya sendiri. Rasanya ia tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Ia menahan rasa sedih dan cemasnya entah di mana. Ketika beberapa tahun yang lalu Arlene, istrinya yang lembut hati itu, sakit, ia berada di sampingnya dengan tekun, tapi Dan tak pernah menunjukkan wajah waswas. Seakan-akan ini juga kewajibannya: membuat hidup orang lain tak muram, sebab kita perlu bekerja untuk sebuah dunia yang tak jadi gila.

Khususnya ia ingin mengabarkan berita baik tentang Indonesia.

Indonesia, bagi Dan Lev, bukanlah sebuah karier akademis. Seperti banyak "Indonesianis", Dan begitu dekat dengan negeri ini; suka-duka yang terjadi di sini seakan-akan ikut mempengaruhi pandangan tentang diri sendiri dan tentang dunia. Dengan kata lain, Indonesia bukan hanya satu persoalan "pengetahuan".

Ia tetap seorang ilmuwan yang tangguh dari sebuah universitas Amerika. Kelebihannya adalah, sebagaimana dikatakan sahabatnya, Benedict Anderson, pengarang The Imagined Communities yang termasyhur itu, kepada The Seattle Times, Dan mau go down the trenches, "turun ke dalam parit-parit pergulatan", bersama orang seperti Yap Thiam Hien, Adnan Buyung Nasution, Marsillam Simanjuntak, Nursyahbani Kacasungkana, dan sederet nama lain yang nekat bekerja untuk sebuah dunia yang tak jadi gilakhususnya untuk sebuah Indonesia di mana hukum tegak dan hukum adil.

Dan tentu saja sadar ia bukan seorang Indonesia. Yang mengagumkan, ia bisa mengambil jarak yang pas. Ia tak berteriak-teriak di jalan dan di media massa. Tapi, karena ia ikut tergerak elan perjuangan di negeri ini, secara tak sengaja ia menularkan semangat itu kembali. Ia tak melihat Indonesia seperti sepetak kelam.

Ia, penelaah sejarah politik dan hukum Indonesia mo-dern, terpesona akan suasana demokratis 1950-an, ketika perdebatan tentang hal-hal yang fundamental berlangsung matang dan cemerlang, ketika perbedaan sikap politik tak menyebabkan bunuh-membunuh dan bui-membui. Salah seorang dari PSHK yang dekat dengannya mengatakan sesuatu yang penting: dengan mengacu ke tahun 1950-an, Dan sebenarnya menunjukkan bahwa cara penyelesaian konflik yang baik tak perlu dicari dari pengalaman negeri lain. Orang Indonesia sendiri pernah melakukannya.

Ini tentu karena Dan punya kelebihan: ia kenal pribadi para pejuang demokrasi Indonesia yang lahir di awal abad ke-20yang aktif di tahun 1950-andan ia juga bergaul dengan mereka yang kini belum berumur 40.

Hanya tiga hari setelah ia meninggal, Selasa 1 Augustus, dengan cepat sekitar dua ratus sahabatnya berkumpul di sebuah auditorium Hotel Santika, Jakarta. Di sudut kiri, sepasang pemain musik memainkan lagu duka pada piano dan biola. Di sudut kanan dipasang layar, di mana diproyeksikan foto-fotonya, juga rekaman video ketika ia berceramah, dalam bahasa Indonesia yang amat bagus, tentang sejarah pemikiran hukum di Indonesia.

Seakan-akan ia ada di ruang itu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Piala Asia U-23 2024 Berakhir, Ini Kata Menpora, Erick Thohir, hingga Shin Tae-yong Usai Laga Indonesia vs Irak

3 menit lalu

Piala Asia U-23 2024 Berakhir, Ini Kata Menpora, Erick Thohir, hingga Shin Tae-yong Usai Laga Indonesia vs Irak

Sejumlah pihak mengomentari hasil pertandingan Timnas Indonesia vs Irak dalam laga perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia vs Guinea di Laga Playoff: Justin Hubner dan Rizky Ridho Absen, Elkan Baggott dan Alfeandra Dewangga Dipanggil

4 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia vs Guinea di Laga Playoff: Justin Hubner dan Rizky Ridho Absen, Elkan Baggott dan Alfeandra Dewangga Dipanggil

Timnas U-23 Indonesia bertolak ke Paris tanpa Justin Hubner. Elkan Baggott dan Alfeandra Dewangga dipanggil.

Baca Selengkapnya

Jadwal Semifinal Piala Uber 2024 Sabtu 4 Mei: Indonesia vs Korea Selatan dan Cina vs Jepang

6 menit lalu

Jadwal Semifinal Piala Uber 2024 Sabtu 4 Mei: Indonesia vs Korea Selatan dan Cina vs Jepang

Simak susunan pemain yang dimainkan masing-masing tim untuk laga semifinal Piala Uber 2024 yang akan berlangsung Sabtu ini mulai 08.30 WIB.

Baca Selengkapnya

BMKG Perkirakan Jakarta Cerah Sabtu Pagi, Malam Masih Berawan

8 menit lalu

BMKG Perkirakan Jakarta Cerah Sabtu Pagi, Malam Masih Berawan

BMKG memprediksi cuaca Jakarta bersahabat di akhir pekan. Ibu kota berpotensi cerah berawan pada Sabtu pagi, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Ragam Tanggapan atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

8 menit lalu

Ragam Tanggapan atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Prabowo ingin menjaga silaturahmi kebangsaan dan menjadi teladan lewat presidential club.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Bandung Bjb Tandamata Kalahkan Jakarta Livin Mandiri, Raih 3 Kemenangan Beruntun

15 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Bandung Bjb Tandamata Kalahkan Jakarta Livin Mandiri, Raih 3 Kemenangan Beruntun

Tim bola voli Bandung Bjb Tandamata meraih tiga kemenangan berturut-turut di arena Proliga 2024, setelah mengalahkan Jakarta Livin Mandiri.

Baca Selengkapnya

Hasil Riset: Nathan Tjoe-A-On Menjadi Pemain yang Paling Siapresiasi Suporter di Timnas U-23 Indonesia

25 menit lalu

Hasil Riset: Nathan Tjoe-A-On Menjadi Pemain yang Paling Siapresiasi Suporter di Timnas U-23 Indonesia

Hasil riset menunjukkan pemain Timnas U-23 Indonesia, Nathan Tjoe-A-On, menjadi pemain yang paling diapresiasi suporter.

Baca Selengkapnya

Fakta Menarik Timnas Indonesia Vs Irak di Laga Terakhir Piala Asia U-23 2024

37 menit lalu

Fakta Menarik Timnas Indonesia Vs Irak di Laga Terakhir Piala Asia U-23 2024

Timnas Indonesia menutup Piala Asia U-23 2024 dengan menempati posisi keempat. Berikut beberapa fakta menarik Indoneisa Vs Irak.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

38 menit lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Perhatikan Sinyalnya, Siapa Tahu Teman Sendiri adalah Belahan Jiwa Anda

38 menit lalu

Perhatikan Sinyalnya, Siapa Tahu Teman Sendiri adalah Belahan Jiwa Anda

Berikut tujuh sinyal pasangan adalah belahan jiwa, siapa tahu dia teman sendiri yang sudah sering menghabiskan waktu bersama.

Baca Selengkapnya