Logos

Penulis

Senin, 25 September 2006 00:00 WIB

Pada mulanya logos. Kemudian keraguan.

Adapun logos, menurut para pakar, berasal dari kata Yunani legein, "menghimpun". Tapi kita akan terkecoh bila menyangka kata dari zaman kuno itu tak berkait dengan rasionalitas.

Ketika dalam puisi Illiad Homeros menggunakan kata kerja yang akarnya sama dengan logos untuk menggambarkan laku menghimpun senjata, baju zirah, roti, dan lainlain, di sana telah tersirat penyusunan kategorisesuatu yang kemudian kita kenali dalam katalogus. Yang termasuk "senjata" punya anasir yang berbeda dengan "makanan". Ada proses abstraksi yang membentuk konsep: "panah" lain dari "lembing", tapi keduanya dirumuskan sebagai senjata.

Logos pun berarti "kata", sesuatu yang merumuskan (dan juga memberi bentuk) benda atau laku yang beraneka ragam sebagai satu acuan. Logos pula yang menyusun alur dan struktur cerita dalam prosa, mengatur argumentasi dalam discourse.

Artinya, yang centangperenang diletakkan ke dalam sebuah tata. Keanekaragaman yang tampak sebagai chaos ditiadakan. Dari "kekacauan" perbedaan itu ada yang bisa diidentifikasikan sebagai sejenis, digolongkan sebagai satu. Agaknya sebab itu Herakleitos mengatakan, siapa yang mendengarkan logos (yang universal) akan mengakui bahwa semua hal adalah satu.

Advertising
Advertising

Tapi "satu" bisa palsu. "Satu" juga bisa kaku. Ketika yang bhineka ditampilkan jadi eka, tidakkah keanekaragaman itu disembunyikan, atau abaikan, mungkin sejenak, mungkin pula terbungkam seterusnya? Sebuah tata atau "order" bisa sangat represif. Bahkan undangundang yang kita terima sebagai kemestian sosial juga mengandung sikap yang menekan dan mengetam: kita tahu ancaman penjara yang sama diberlakukan atas satu perbuatan yang mungkin sekali konteksnya tak sama.

Itu sebabnya hukum memerlukan hakim. Ia seorang yang diharapkan akan menimbang adilkah penyamaan itu, adakah yang "logis" dengan sendirinya "benar". Hakim adalah unsur yang diperlukan untuk mempersoalkan sejauh mana undangundang yang terpatri di kitab itu bisa diterapkan pada kejadian yang masingmasing sebenarnya unik, tak bisa dipatri. Hakimlah yang mesti bisa mengimbangi prinsip ekuivalensibahwa pelbagai hal perlu dianggap setaradengan prinsip perbedaanbahwa banyak hal niscaya berlainan.

Hakim, seorang manusia, adalah beda itu sendiri. Ia, juga aku dan engkau, tak mungkin sama sepenuhnya dan selamalamanya. Siapa pun tak bisa diringkus dalam esensi yang tunggal. Seorang buruh tak hanya seorang anggita "kelas" proletar, tapi mungkin juga seorang istri yang ditindas suaminya yang juga buruh; atau ia seorang yang memiliki sepetak tanah, sebuah alat produksi.

Sejak menjelang akhir abad ke20, kian kuat desakan untuk mengakui bahwa "satu" memang bisa palsu dan kaku. Logos digugat. Rasionalitas yang tersirat di dalamnya mulai dilihat sebagai alat untuk mengkotakkotakkan, mengontrol dan menguasai dunia dan orang lain. Weber dengan muram menyebutnya sebagai "nalar instrumental", bagian dari modernitas yang akhirnya akan membawa manusia ke dalam "kerangkeng besi". Kaum feminis, seperti Helene Sixous, melihat ada hubungan antara "logosentrisme" dan kecenderungan patriarki yang menindas, dan sebab itu memperkenalkan kata "phallogosentrisme". Gilles Deleuze memuji karya termasyhur Marcel Proust, A la recherche du temps perdu, sebagai pembawa Antilogos: berbeda dari kecenderungan Yunani yang meletakkan tanda di bawah kendali logos dan membentuk sesuatu yang sebenarnya telah rusak karena dipermak, dalam novelnya Proust menghidupkan keragaman yang tak bisa diringkus ke dalam Kesatuan.

Salahkah Kesatuan? Mungkin tidak dengan sendirinya. Tapi Kesatuan bisa terasa sebagai horor di sebuah zaman yang telah menyaksikan ngerinya totalitarianisme Hitler, Stalin, dan Mao. Kesatuan bisa terasa sebagai palu godam yang menghantam mereka yang disingkirkan karena dianggap tak satu golongan, tak cocok untuk "berSatu": perempuan, orang hitam, orang "kiri", orang "kanan", gay, dan entah apa lagi.

Yang jarang diingat ialah bahwa Kesatuan itu tak sekadar hasil pemikiran metafisik. Ketika Kesatuan ditandai dengan satu bendera"manusia", "Kristen", "Islam", "Barat", "Asia"yang jarang ditanyakan ialah siapa yang memilih bendera itu dan memancangkannya. Kita lupa ada unsur proses kekuasaan di dalamnya, kita tak melihat "the political" terpaut erat di situ. Kita tak selalu sadar bahwa tiap proses kekuasaan adalah bagian dari dunia yang tak kekal, terbatas, dan tergantung.

Memang ada yang merisaukan dalam pandangan yang menggugat Kesatuan itu, yang tak mengakui fondasi bersama manusia yang kekal dan dapat dijadikan pegangan semua. Ketika Paus dua pekan lalu mengingatkan bahwa "pada mulanya adalah logos", ia sebenarnya mengungkapkan sebuah peringatan dan kecemasan: bagaimana dialog antarmanusia mungkin, jika Kesatuan itu ditampik? Tidakkah ada sesuatu yang lain yang bukan "mengkotakkotakkan" dan "mengontrol", dalam logos, ketika kita "menghimpun", legeindan itu hanya bisa dimengerti bila logos, seperti dalam iman Kristen, juga diartikan Kasih Allah yang turun ke bumi?

Maka Paus pun menganjurkan perluasan makna kata Vernunft, (yang dalam bahasa Indonesia lebih dekat ke "akal budi" ketimbang "nalar" yang instrumental). Bukan penyempitan, apalagi penampikan.

Kita bisa memahami Paus di sini. Namun tentu saja jadi soal bila pada saat yang sama "Eropa"lah yang dinilai mewakili "akal budi" yang seperti itu. Di Indonesia kita tak perlu membaca kritik Adorno dan Horkheimer (dua pemikir yang pada suatu saat tersingkir dari Eropa) untuk melihat "Eropa" juga bisa berarti penjajahan, ketika pada mulanya logos, kemudian kita tak bisa lolos.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Warga Tangsel Tepis Pembubaran Mahasiswa UNPAM karena Ibadah Doa Rosario

2 menit lalu

Warga Tangsel Tepis Pembubaran Mahasiswa UNPAM karena Ibadah Doa Rosario

Warga Tangsel mengklaim pembubaran terhadap mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) tidak terkait dengan ibadah doa rosario yang sedang berlangsung

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Sikap Oposisi Ganjar Bisa Mewakili PDIP

3 menit lalu

Pakar Sebut Sikap Oposisi Ganjar Bisa Mewakili PDIP

PDIP dinilai lebih realistis jika mengambil sikap oposisi di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Pimpin Forkopimda, Gubernur Sulut Olly Lihat Langsung Dampak Erupsi Gunung Ruang

8 menit lalu

Pimpin Forkopimda, Gubernur Sulut Olly Lihat Langsung Dampak Erupsi Gunung Ruang

Pemerintah Daerah sudah menyiapkan lahan, nanti (rumah) 301 KK itu akan dibangun oleh PUPR.

Baca Selengkapnya

10 Hal yang Perlu Dipersiapkan dalam Hadapi UTBK SNBT Gelombang 2

10 menit lalu

10 Hal yang Perlu Dipersiapkan dalam Hadapi UTBK SNBT Gelombang 2

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan calon mahasiswa baru yang akan menghadapi UTBK SNBT di antaranya adalah peserta telah mendaftar akun SNPMB Siswa dan peserta adalah SMA/SMA/MA kelas 12 pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Kritik Uang Pangkal, Mahasiswa Universitas Riau Dipolisikan Rektor Atas Tuduhan Pencemaran Nama Baik

10 menit lalu

Kritik Uang Pangkal, Mahasiswa Universitas Riau Dipolisikan Rektor Atas Tuduhan Pencemaran Nama Baik

Seorang mahasiswa Universitas Riau dilaporkan oleh rektornya sendiri. Khariq dilaporkan kasus pencemaran nama baik di UU ITE.

Baca Selengkapnya

Indonesia vs Guinea, Shin Tae-yong Fokus Jaga Kondisi Pemain Agar Tetap Bugar

12 menit lalu

Indonesia vs Guinea, Shin Tae-yong Fokus Jaga Kondisi Pemain Agar Tetap Bugar

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Shin Tae-yong mengatakan para pemain mulai alami kelelahan psikologis menjelang laga Indonesia vs Guinea.

Baca Selengkapnya

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

12 menit lalu

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

Arab Saudi menekan Israel agar tak menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Debut Stray Kids di Met Gala 2024 dalam Balutan Busana Tommy Hilfiger

15 menit lalu

Debut Stray Kids di Met Gala 2024 dalam Balutan Busana Tommy Hilfiger

Stray Kids grup K-pop pertama yang tampil lengkap di Met Gala

Baca Selengkapnya

NasDem dan PAN Berebut Kursi Keenam di Sengketa Pileg, Saldi Isra: Dari Pilpres Sudah Berbeda

22 menit lalu

NasDem dan PAN Berebut Kursi Keenam di Sengketa Pileg, Saldi Isra: Dari Pilpres Sudah Berbeda

PAN dan NasDem bersengketa soal kursi keenam di sidang PHPU pileg. Saldi menilai peselisihan itu unik karena mereka tak memperebutkan kursi terakhir.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Jokowi ke Bos Apple dan Microsoft hingga Kisruh Penutupan Pabrik Sepatu Bata

23 menit lalu

Terkini: Pesan Jokowi ke Bos Apple dan Microsoft hingga Kisruh Penutupan Pabrik Sepatu Bata

Berita terkini ekonomi dan bisnis pada Selasa siang, 7 Mei 2024, dimulai dari pesan Presiden Jokowi saat bertemu dengan bos Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya