Kim

Penulis

Senin, 30 Oktober 2006 00:00 WIB

Horor tak pernah tampil sebagai yang normal. Juga ketika kita tak bersama cerita hantu. Dalam kisah Flash Gordon, horor adalah Kaisar Ming; dalam film James Bond: Dr. No; dalam wayang: raksasa berhidung grotesk.

Hari ini horor dunia juga datang dari sosok yang ganjil, atau dianggap ganjil: sebuah republik teka-teki, negeri di utara yang dulu disebut "Kerajaan Pertapa" dan kini benteng tertutup, sebuah "demokrasi rakyat" yang menyembah seorang lelaki yang, menurut sejarah resmi, lahir di pucuk gunung sakral ketika bintang menyilaukan. Ia Kim Jong Il, ahli waris takhta yang tetap manja pada umur 65, pemimpin yang disanjung dengan gelar yang muluk-muluk, penguasa yang dikelilingi jenderal berbintang emas, kepala negara yang rakyatnya lapar tapi menantang seluruh jagat dengan menyiapkan senjata nuklir.

Jarum jam apokalipse itu, yang beristirahat sejak Perang Dingin selesai 20 tahun yang lalu, kini tampak bergerak lagi. Bahkan lebih mencemaskan: ia tak jauh dari telunjuk sang otokrat yang duduk tak terjangkau, penuh rahasia, di sebuah istana di Kota Pyongyang.

Dan horor pun bertengger di atas horor; yang menakutkan bertaut dengan yang tak lazim.

Tapi jika horor selalu berkait dengan yang aneh dan tak terjangkau, bukan berarti ia tak bisa berupa kejadian sehari-hari. Ia bahkan bisa terasa banal; kita ingat Hannah Arendt pernah berbicara tentang "the banality of evil".

Advertising
Advertising

Mungkin itulah yang terjadi kini. Tiap malam kabar datang dari Irak tentang bom yang meledak dan orang terbunuh berpuluh-puluh, dan kita baca dalam Lancet, jurnal kedokteran Inggris yang ternama itu, 650.000 jiwa mati selama empat tahun sejak Amerika menyerbu Bagdad. Berarti, 450 nyawa putus saban hari.

Jika tak ada yang terasa mengerikan dalam "the deadliest international conflict of the 21st century" inibegitulah Perang Irak disebut dalam Lancetmungkin karena kita telah tumpul hati. Tapi lebih mungkin karena kebuasan itu telah ditampilkan sebagai bagian dari ikhtiar orang yang "normal".

Di belakang ikhtiar yang membawa kematian itu memang tak ada tokoh yang ganjil. Tak ada lelaki tambun berambut disasak seperti Kim. Yang ada mereka yang berjas-dan-dasi seperti para eksekutif di kantor yang bersih. Bahkan paras para jenderal mereka tak menakutkan, tentara mereka tampan seperti di film Hollywood, percakapan mereka hidup, terkadang disertai humorpenampilan yang tersiar ke seluruh dunia dari waktu ke waktu. Mereka bukan Kaisar Ming, bukan Dr. No. Mereka Bush, Cheney, Rumsfeld, Blairorang-orang yang tampak rukun beranak-istri, punya waktu senggang untuk berburu, rajin beribadat.

Tapi tidakkah yang "normal" sesungguhnya menutupi sesuatu dengan lupa? Lupa, dalam hal ini, mencoba menenggelamkan ke bawah-sadar segala hal yang tak pas bila kita hendak tampil jadi "orang". Jadi "orang" artinya mengikuti pola yang dikehendaki Mereka (dengan "M"), kekuatan-kekuatan efektif yang menyusun tata dan menentukan wacana. Dari wacana "M" itulah terbentuk yang "normal". Orang pun ramai-ramai ikut, meskipun (atau justru karena) di dalamnya terkandung lupa dan represi.

Membentuk yang "normal" memang punya kekerasan tersendiri. Sebanyak 650.000 orang mati di Irak, dan itu bagian dari usaha Tuan Bush untuk membuat negeri itu "normal"; 350.000 orang mati hampir sekaligus di Nagasaki dan Hiroshima, dan itu karena yang berkuasa di Amerika ingin membentuk dunia seperti wajah mereka. Dan kita, yang menerima itu sebagai sesuatu yang wajar, alpa bahwa ada yang mengerikan dari lupa.

Kata "yang-mengerikan-dari-lupa", l'horreur de l'oubli, saya pinjam dari Hiroshima Mon Amour. Film Alain Resnais dari tahun 1960 dengan teks Margaret Duras iniyang sarat dengan ingatan tentang bom ganas yang meledak pada pagi 6 Agustus 1945 itumemang menghadirkan ketegangan antara kehancuran perang dan percintaan, lupa dan trauma, tempat dan saat, 14 tahun setelah Hiroshima luluh-lantak dan bangun kembali.

Seorang perempuan datang dari Prancis ke kota itu. Ia bertemu seorang lelaki Jepang, dan mereka bercinta. Perempuan itu hanya disebut elle, pria itu lui. Kemudian kita tahu: elle bergulat pedih dengan masa lalunya di Neverskekasihnya seorang prajurit Jerman, musuh yang akhirnya ditembak matidan lui dengan ingatan tentang Hiroshima yang binasa. Tapi hanya itu yang kita tahu. Biodata mereka seakan terhapus.

"Hiroshima, itu namamu," kata perempuan itu.

"Namamu, untukmu, Nevers," kata lelaki itu.

Mereka berpelukan.

Mereka mencoba melupakan, mereka ingin lumat. Tapi justru dalam ke-terhapus-an mereka, masa lalu tambah mengiris, dengan cara yang sederhana. Lupa, seperti ingat, adalah memilih mana yang disimpan dan dibuang. Tapi tak urung, yang disimpan dan yang terhapus susup-menyusupi: "Seperti kau, juga akukucoba sekuat tenaga melawan lupa. Seperti kau, aku melupakan. Seperti kau, kuinginkan kenangan yang tak mungkin terhibur, kenangan tentang batu dan bayang-bayang".

Kepedihan, kontradiksi, dan keretakan diri itulah yang menjadikan mereka tanda luka sejarah yang dalam, saksi horor 1.000 batu dan bayang-bayang. Justru Hiroshima yang tidak. Kota itu telah dipermak jadi ruang yang melupakan apa yang terbelah dalam dirinyaruang yang normal dan banal.

Banalitu juga yang bisa dikatakan tentang dalih Bush dan orang sejenisnya. Ketika ribuan kematian hanya mereka anggap statistik, ketika lupa menghapusnya sebagai tragedi, ketika kebuasan itu tak diingat sebagai akibat kesalahan fatal mereka sendiri, yang normal dan yang ab-normal tak bisa lagi dibedakan.

Maka dunia pun seperti menemukan kembali horor yang disangka tak ada lagi, ketika Kim muncul tak bisa ditebak, menyeringai ke Amerika yang kewalahan, dan menggertak. Ia memang aneh, dan senjata itu membuat kita jerimeskipun sebenarnya belum tercatat sudah berapa ribu orang yang mati.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

10 Hal yang Perlu Dipersiapkan dalam Hadapi UTBK SNBT Gelombang 2

1 menit lalu

10 Hal yang Perlu Dipersiapkan dalam Hadapi UTBK SNBT Gelombang 2

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan calon mahasiswa baru yang akan menghadapi UTBK SNBT di antaranya adalah peserta telah mendaftar akun SNPMB Siswa dan peserta adalah SMA/SMA/MA kelas 12 pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Kritik Uang Pangkal, Mahasiswa Universitas Riau Dipolisikan Rektor Atas Tuduhan Pencemaran Nama Baik

1 menit lalu

Kritik Uang Pangkal, Mahasiswa Universitas Riau Dipolisikan Rektor Atas Tuduhan Pencemaran Nama Baik

Seorang mahasiswa Universitas Riau dilaporkan oleh rektornya sendiri. Khariq dilaporkan kasus pencemaran nama baik di UU ITE.

Baca Selengkapnya

Indonesia vs Guinea, Shin Tae-yong Fokus Jaga Kondisi Pemain Agar Tetap Bugar

2 menit lalu

Indonesia vs Guinea, Shin Tae-yong Fokus Jaga Kondisi Pemain Agar Tetap Bugar

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Shin Tae-yong mengatakan para pemain mulai alami kelelahan psikologis menjelang laga Indonesia vs Guinea.

Baca Selengkapnya

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

3 menit lalu

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

Arab Saudi menekan Israel agar tak menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Debut Stray Kids di Met Gala 2024 dalam Balutan Busana Tommy Hilfiger

5 menit lalu

Debut Stray Kids di Met Gala 2024 dalam Balutan Busana Tommy Hilfiger

Stray Kids grup K-pop pertama yang tampil lengkap di Met Gala

Baca Selengkapnya

NasDem dan PAN Berebut Kursi Keenam di Sengketa Pileg, Saldi Isra: Dari Pilpres Sudah Berbeda

13 menit lalu

NasDem dan PAN Berebut Kursi Keenam di Sengketa Pileg, Saldi Isra: Dari Pilpres Sudah Berbeda

PAN dan NasDem bersengketa soal kursi keenam di sidang PHPU pileg. Saldi menilai peselisihan itu unik karena mereka tak memperebutkan kursi terakhir.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Jokowi ke Bos Apple dan Microsoft hingga Kisruh Penutupan Pabrik Sepatu Bata

13 menit lalu

Terkini: Pesan Jokowi ke Bos Apple dan Microsoft hingga Kisruh Penutupan Pabrik Sepatu Bata

Berita terkini ekonomi dan bisnis pada Selasa siang, 7 Mei 2024, dimulai dari pesan Presiden Jokowi saat bertemu dengan bos Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024 Kota Surabaya: Hasil Survei Tunjukkan Elektabilitas Eri Cahyadi Masih Tertinggi

20 menit lalu

Pilkada 2024 Kota Surabaya: Hasil Survei Tunjukkan Elektabilitas Eri Cahyadi Masih Tertinggi

Pasangan petahana Eri Cahyadi-Armuji mendaftar ke PDIP untuk maju dalam Pilkada 2024 Kota Surabaya.

Baca Selengkapnya

Fenomena Pabrik Tutup sejak Awal Tahun, Jokowi: Mungkin Efisiensi, Kalah Bersaing..

41 menit lalu

Fenomena Pabrik Tutup sejak Awal Tahun, Jokowi: Mungkin Efisiensi, Kalah Bersaing..

"Karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," kata Jokowi soal fenomena pabrik tutup.

Baca Selengkapnya

Relawan Daftarkan Kaesang di Pilkada Kota Bekasi, PSI: Murni Aspirasi Warga

41 menit lalu

Relawan Daftarkan Kaesang di Pilkada Kota Bekasi, PSI: Murni Aspirasi Warga

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie mengatakan langkah relawan mendaftarkan Kaesang ikut Pilkada Kota Bekasi murni aspirasi masyarakat.

Baca Selengkapnya