Yaman dan Kehadiran Negara

Penulis

Selasa, 14 April 2015 02:42 WIB

Hampir tujuh puluh tahun sejak Proklamasi 1945, sehari-hari kita menyaksikan banyak contoh yang membuat miris. Negara tidak hadir tatkala kelompok minoritas membutuhkan proteksi atau ketika keamanan di jalan-jalan kota diusik oleh kelompok begal. Karena itulah, apa yang terjadi di Yaman sejak bulan lalu tak ubahnya kejadian orang menggigit anjingketimbang anjing menggigit orang!

Negara hadir ketika kapal yang disewa pemerintah bersandar di Pelabuhan Aden, Yaman Selatan, seraya menunggu kedatangan ratusan warga negara Indonesia di kota itu. Misi yang berani ini akhirnya gagal memindahkan 89 mahasiswa dan pekerja Indonesia dari ibu kota Yaman Selatan hingga 1980-an itu ke tempat lain yang lebih aman. Tim evakuasi yang terdiri atas anggota TNI, polisi Indonesia, dan wakil kementerian itu mesti menjajal skenario lain, mungkin lewat darat.

Adalah kewajiban negara melindungi seluruh warganya, termasuk mereka yang berada di luar negeri. Seperti yang diamanatkan dalam amendemen UUD 1945 Pasal 28 yang meliputi hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan, hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan. Dengan adanya unsur-unsur hak asasi manusia itu, negara juga berkewajiban memenuhi semua kebutuhan ini.

Negara dibutuhkan ketika pesawat-pesawat tempur Arab Saudi tak bisa membedakan mana sarang pemberontak Houthi dan mana fasilitas umum, penduduk sipiltermasuk warga negara Indonesia. Skala kekerasan di negara Arab termiskin itu semakin meningkat setelah perang di Yaman kali ini berhasil menyatukan sepuluh negara Arab dalam pasukan koalisi yang dipimpin Saudi. Apalagi setelah Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab menghasilkan kesepakatan membentuk pasukan koalisi Arab untuk memberangus kelompok ekstremis atau pemberontak.

Perebutan pengaruh antara Iran dan Arab Saudi di Yaman telah membahayakan kehidupan setiap warga sipil di sana. Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tercatat 4.159 WNI berada di Yaman, sebagian besar merupakan mahasiswa dan sebagian lainnya buruh migran. Menurut sumber diplomatik di sana, selang tujuh bulan sejak pemerintah mengimbau warga Indonesia agar bersedia dievakuasi, kini "tinggal" 2.000-an yang belum balik ke Tanah Air. Sebagian menolak pulang kampung, sebagian lainnya kesulitan menyentuh titik kumpul jalur evakuasi.

Advertising
Advertising

Indonesia memang bukan Amerika Serikat, Cina, dan Prancis yang cepat mengevakuasi warganya dari Yaman. Namun apresiasi patut diberikan kepada Kementerian Luar Negeri, termasuk jajaran Kedutaan Besar Indonesia di Yaman, yang sebagian masih bertahan untuk memfasilitasi pemulangan warga negara Indonesia. Padahal sebagian besar diplomat negara asing lainnya sudah ditarik pulang.

Memang secara teritorial Yaman jauh dari Indonesia, sehingga konflik perang saudara yang terjadi di negara tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi keamanan dan kedaulatan wilayah Indonesia. Namun operasi penyelamatan warga Indonesia di Yaman sekali lagi mengirim pesan penting di masa ketika negara sering absen dalam melindungi hak hidup warga negara.

Berita terkait

TKN Pastikan Kabinet Prabowo-Gibran Berkomposisi Proporsional

4 menit lalu

TKN Pastikan Kabinet Prabowo-Gibran Berkomposisi Proporsional

Kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran akan dikomposisikan secara proporsional.

Baca Selengkapnya

Deretan 4 Ponsel yang Akan Rilis Bulan Ini

10 menit lalu

Deretan 4 Ponsel yang Akan Rilis Bulan Ini

Setidaknya ada 4 ponsel baru yang diprediksi diluncurkan bulan ini, mulai dari Realme GT Neo 6 hingga Meizu Note 21.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

10 menit lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

10 menit lalu

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

Kominfo menggandeng BSSN untuk menjaga keamanan siber selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali

Baca Selengkapnya

Dana Pembangunan Masjid di Cakung Diduga Dilarikan Kontraktor, Warga Pilih Diam Tak Mau Ikut Campur

13 menit lalu

Dana Pembangunan Masjid di Cakung Diduga Dilarikan Kontraktor, Warga Pilih Diam Tak Mau Ikut Campur

Dana pembangunan Masjid Al Barkah di Cakung diduga dilarikan oleh kontraktor. Warga geram sekaligus pasrah, tak mau campur tangan.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

15 menit lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea Digelar Tertutup, Ini Cara Nonton Live Streamingnya

20 menit lalu

Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea Digelar Tertutup, Ini Cara Nonton Live Streamingnya

Timnas U-23 Indonesia bakal menjalani laga play-off menghadapi Guinea untuk memperebutkan satu jatah tersisa ke Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

25 menit lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

25 menit lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Tim Piala Uber Indonesia Masuk Final, Greysia Polii Merasa Bangga

26 menit lalu

Tim Piala Uber Indonesia Masuk Final, Greysia Polii Merasa Bangga

Greysia Polii menonton perjuangan tim Piala Uber Indonesia melalui streaming bersama mantan atlet bulu tangkis Korea Selatan, Yena Chang.

Baca Selengkapnya