Jazz

Penulis

Senin, 4 Desember 2006 00:00 WIB

Salena Jones menyanyi ke udara Jakarta dalam Jakjazz 2006. Dalam rasa asyik, tiba-tiba kita merasakan seakan-akan kota ini sedang menopang sebuah musik yang menjerit, terkadang serak, melankolik. Kota ini jadi ruang di mana ada yang menjulang tak kunjung terjangkau, tapi juga ada liang di jalan yang tak diingat, gorong-gorong yang pada saat yang sama menyembunyikan celurut, sampah, dan mungkin sampar. Kota ini setengahnya sebuah tempat ekspresi, setengahnya yang lain sebuah ujian stamina.

"Kota seperti ini membuatku bermimpi muluk dan merasa dekat pada hal ihwal," kata sang pembawa cerita dalam Jazz, novel Toni Morrison tahun 1992. "Baja cerah yang bergoyang di atas keteduhan di bawahnya itulah yang membuatnya demikian."

Sang kota, "the City", dalam novel yang seakan-akan terdiri dari cetusan improvisasi dengan pelbagai peserta ini, adalah Harlem, New York, pada tahun 1920-an. Meskipun punya sejarah yang berbeda dengan kota mana pun, apalagi Jakarta, ia punya pola seperti Jakarta: kota yang merangsang dan sekaligus membatalkan impian.

Ia adalah tempat pelarian yang menyingkir dari muramnya hidup di pedalaman. Di Amerika Serikat masa itu, "muram" berarti "hitam" yang dianiaya oleh orang-orang kulit putih di wilayah Selatan. Di Indonesia masa kini, "muram" berarti si muda yang terimpit miskin dan pengangguran. Kedua-duanya berbeda, dan perbedaan itu amat penting, tapi pada akhirnya kedua-duanya mengiris dan menorehkan kepedihan. Juga kebengisan.

Dalam Jazz, Joe Trace menyingkir dari kota kelahirannya di bagian Selatan itu, Vienna, yang habis terbakar. Api merah itu bergerak cepat, "mengosongkan kami dari tempat kami sedemikian lekas hingga kami lari dari satu bagian ke bagian lain negeri iniatau tak ke mana pun". Dengan kata lain, Joe jadi bagian dari "900 Negro, digalakkan oleh bedil dan kanabi, yang meninggalkan Vienna, naik kereta atau berjalan kaki keluar kota itu, menuju entah ke mana".

Advertising
Advertising

Dengan latar Indonesia, kita bisa bayangkan sebuah eksodus yang mirip: ribuan orang yang masuk dari pedalaman, bukan karena api yang membuat habis ludes se-buah tempat, tapi karena sang Nasib seolah-olah membuat mereka terhenyak di sekitar sawah ladang yang makin sempit. Mereka datang dengan kereta api, bus, kapal, motor, truk, dan entah apa lagi, untuk kemudian menumpang tinggal di sebuah kamar dan pada esok harinya menyusuri jalan. Cari kerja, kata mereka, tapi sebenarnya juga cari diri dan kemerdekaan.

Ya, Jakarta punya Joe Trace-nya sendiri. Namanya mungkin Mat Tilas: ia yang muncul di kota inidengan jejak yang kumuh dan penuh lumpur dari masa lalu pedalamanmenjajakan tahu goreng Sumedang atau air minum di jalan-jalan yang macet, menawarkan parfum palsu kepada para penumpang di bandara, berjalan kaki dari kecamatan yang satu ke kecamatan lain di siang yang terik mencoba jadi juru jual pisau dapur yang tak diketahui siapa yang akan membeli, atau menyediakan jasa yang sebenarnya tak perlu untuk mengatur lalu-lintas di pengkolan yang ruwetdan tentu saja mereka yang jadi pelacur di tepi rel kereta api di Jalan Latuharhary.

Para pembaca akan berkata, ini sebuah cerita yang begitu biasa hingga tak diacuhkan lagidan benar: ini sebuah klise yang, seperti tiap klise, kehilangan daya pukaunya dan tenggelam dalam bawah sadar seperti manusia-manusia yang tenggelam dari catatan kita seakan-akan ditelan gorong-gorong kota.

Tidak berarti Jakarta selamanya menakutkan. Malam hari akan datang, cahaya jalanan dan gedung-gedung akan melipur, dan sang Kota seakan-akan menyediakan sebuah musik lain: musik yang menjerit, terompet yang ditiup serak, tapi memukau, meskipun mungkin dengan tenggorokan yang berdarah.

Ada yang menyentuh, mengejutkan, dan mempesona di sana.

Dalam arti itu, riwayat seorang migran dari pedalaman mengingatkan kita akan hasrat menjangkau sesuatu dari keadaan patah harapan, sebagaimana seorang pemain musik meniti melodi melalui improvisasi, untuk mendapatkan yang paling memuaskan hati dari kepastian yang absen.

Sebab begitu pentingkah kepastian? Di ko-ta ini, kepastian hanya terhantar pada kaki lima dan aspal jalanan. Bagi si Mat Tilas, seperti Joe Trace, seperti bagi jutaan pendatang yang lain, begitu "sol sepatu menapak trotoar, tak ada jalan berbalik lagi Di sana, di sebuah kota, mereka mungkin bukan diri-diri baru, tapi diri yang lebih kuat, lebih punya risiko."

Bisakah kita di sini bicara tentang kota sebagai arah yang dituju sebuah eksodus, Tanah Yang Dijanjikan oleh Tuhan bagi hamba-Nya yang dianiaya? Tidak, meskipun novel Toni Morrison agak menyarankan demikian.

Riwayat urbanisasi adalah riwayat sebuah hijrah yang sekuler, dengan hewan korban, harapan mukjizat, dan keinginan mendapat pahala yang tak henti-hentinya mengisi hidup. Seperti hijrah atau eksodus dalam agama-agama Ibrahimi, ada tujuan yang meskipun samar-samar, amat memukau. Memang yang "sekuler" itu sangat bertaut dengan keinginan akan perbaikan hidup jasmani, tapi bukankah "pahala" dalam kosakata keagamaan juga mengandung hasrat jasmani, semacam hadiah Lebaran?

Maka jika ada yang menonjol dalam hijrah sekuler itu bukanlah adanya keyakinan, tapi tiadanya teks suci dan kekuasaan mereka yang menjaganya. Bahkan teks suci apa pun tak akan dapat menguasai sepenuhnya liku-liku hidup orang seperti Joe Trace di New York atau Mat Tilas di Jakartasebagaimana halnya tak ada ortodoksi yang dapat mengendalikan nada-nada yang muncul dalam karya Theolinus Monk.

Tapi pada akhirnya, itulah yang akan selalu terjadi.

Maka ketika Salena Jones melantunkan lagu, kita tahu jazzmasih sebuah benda asing di Jakartadi sana-sini terasa pas dengan kota ini. Jeritnya, paraunya, risaunya, khaosnya, elannya, gairahnya, juga ketidakpastiannya.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Tinggalkan Gedung KPK Usai Diperiksa 9 Jam, Dirut PT Taspen Antonius Kosasih Berstatus Tersangka Investasi Fiktif

1 jam lalu

Tinggalkan Gedung KPK Usai Diperiksa 9 Jam, Dirut PT Taspen Antonius Kosasih Berstatus Tersangka Investasi Fiktif

KPK memeriksa Dirut PT Taspen Antonius Kosasih dalam kasus dugaan investasi fiktif. Ada beberapa tersangka lain dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

1 jam lalu

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

Jaksa penuntut negara Ukraina memeriksa puing-puing dari 21 dari sekitar 50 rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

2 jam lalu

Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

Tanah longsor terjadi di Padang Sumatera Barat akibat hujan deras mengguyur kota itu sejak Selasa siang. Akses jalan menuju Solok terputus.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

3 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

3 jam lalu

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

Efek akut marah-marah pada kerja pembunuh darah, yang mungkin menambah peluang serangan jantung dan stroke.

Baca Selengkapnya

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

4 jam lalu

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

KPK akhirnya menahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor setelah dua kali mangkir dari pemeriksaan. Tidak dilakukan jemput paksa.

Baca Selengkapnya

Lee Do Hyun Sebut Nama Lim Ji Yeon di Pidato Baeksang, Netizen Heboh

4 jam lalu

Lee Do Hyun Sebut Nama Lim Ji Yeon di Pidato Baeksang, Netizen Heboh

Pidato pendek yang dibacakan Lee Do Hyun langsung mendapat respons dari banyak pihak yang dinilai menunjukkan bucin ugal-ugalan ke Lim Ji Yeon.

Baca Selengkapnya

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

5 jam lalu

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731 pada 31 Mei 2024, dengan tema 'Satukan Tekad Surabaya Hebat'.

Baca Selengkapnya

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

5 jam lalu

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

Peneliti ICW mengatakan mayoritas modus korupsi itu berkaitan dengan suap-menyuap dan penyalahgunaan anggaran belanja daerah.

Baca Selengkapnya

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

5 jam lalu

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

Gina juga mengatakan, film biopik yang ia garap memang cenderung lama, termasuk film KHD ini.

Baca Selengkapnya