Gandhari

Penulis

Senin, 1 Januari 2007 00:00 WIB

Ia bisa diselamatkan dari para penujum, tapi bisakah ia dibela dari nasib? Sejak Raja Subala mendengar ramalan buruk itu, ia perintahkan agar siapa saja yang hendak membaca masa depan tak diperkenankan masuk ke istana. Baginda tak akan lupa ucapan brahmana yang datang di musim semi itupenujum terakhir yang diantar dengan bergegas ke luar balairung: "Kelak, putri Paduka akan hidup dalam gelap, mungkin karena getir."

Tentu saja Gandhari tak mendengar kata-kata itu.

Tapi ia praktis hidup dengan sejenis tabir. Ayahnya, Raja Subala yang lembut hati, memerintah sebuah kerajaan kecil yang tenang nun di utara, di bagian bumi yang kini disebut Kandahar. Tapi itu ketenangan yang rapuh. Ketika pada suatu hari datang utusan dengan sepucuk surat yang ditulis Bhisma, sang wali penjaga takhta kerajaan Hastina, Raja Subala tak bisa menampik. Kerajaan Hastina di seberang itu begitu kuat. Lagi pula surat itu sebuah pinangan. Siapa tak akan terbujuk jika Bhisma menyatakan Gandhari akan dipersandingkan dengan raja muda Destarastra dari wangsa Bharata?

Yang waktu itu tak diberitahukan kepada Gandhari dan keluarga kerajaan Gandara ialah bahwa sang calon mempelai seorang yang buta; Destarastra seorang yang lemah. Kerajaan Hastina praktis diperintah Pandu, adiknya yang lahir dari ibu yang berbeda. Si muka pucat yang jadi pendekar perang dan penakluk wilayah inilah yang memegang tampuk, sampai akhirnya ia meninggalkan takhta, hidup di hutan dan meninggal sebagai resi. Sejak itu Destarastra memerintah sendiri.

Gandhari berjumpa pertama kalinya dengan calon suaminya, raja muda yang dituntun itu, di kursi pelaminan. Ia terkejut. Bukan kebutaan itu yang terutama mengganggunya, tapi sikap laki-laki itu yang seakan-akan selamanya bingung, setengah pasrah setengah degilseorang muda yang jadi ringkih di bawah bayang-bayang keagungan Bhisma dan keperkasaan Pandu.

Advertising
Advertising

Tapi bisakah ia ditampik? Beranikah Gandhari membuat murka Bhisma hingga membahayakan kerajaan ayahnya?

"Ah, aku bukan kakakmu," ia pun menulis surat ke adik-adiknya di Gandara. "Aku hanya sebaris tugas. Aku bukan perempuan. Aku perpanjangan dari takhta kita yang ringkih."

Adik-adiknya, terutama Sengkuni, marah mendengar penderitaan kakak mereka, tapi mereka tak mampu berbuat banyak. Hanya Sengkuni yang kelaksetelah ia berhasil mendapatkan posisi penting di Hastinadengan cerdiknya membalas dendam: dengan tipu muslihat ia mempercepat meletusnya perang saudara yang membunuh mati Bhisma dan membinasakan keluarga Bharata.

Tapi sebelum itu, di kamarnya di Hastina, Gandhari hidup seperti murai yang terjepit. Dayang tua yang mendampinginya sejak kecil menangis. Ia teringat bisik-bisik yang didengarnya dulu: ada nujum seorang suci dari selatan yang tak boleh disiarkan.

Tapi nujum bisa dibungkam, nasib tidak. Dan yang tak adil tiap kali datang.

Kita bisa mengatakan, Gandhari adalah sebuah cerita tentang datangnya yang tak adil. Yang jarang ditafsirkan dari Mahabharata ialah bahwa perempuan ini justru yang menunjukkan apa yang cela dalam diri Bhisma, tokoh agung itu. Bhismasebuah sumpah yang dahsyat. Bhismaputra mahkota yang berjanji berkorban bagi ayahnya, untuk tak akan pernah memegang tampuk kekuasaan dan tak akan pernah menurunkan anak yang kelak akan berkuasa. Bhismayang bersedia membiarkan Hastina diperintah anak-cucu Setiawati, permaisuri baru yang telah memikat hati si ayah, sang baginda tua. Bhismasebuah sikap mulia yang diberkati para dewa dengan Ichcha Mrityu, kemampuan menentukan saat kematiannya sendiri. Bhismasebuah tauladan gilang-gemilang.

Tapi bukankah ia sebenarnya juga satu kekuatan yang memaksa? Bukankah dulu patriarkh ini juga yang memperlakukan Ambika dan Ambalika, dua perempuan yang ketakutanyang masing-masing melahirkan Destarastra dan Panduhanya sebagai hasil sayembara ketangkasan? Hadiah yang perlu didapat untuk memproduksi anak?

Bhisma: sebuah kontradiksi. Yang agung dan gilang-gemilang ternyata menyimpan yang brutal dan timpang. Memang mulia keputusannya untuk tak mau duduk di takhta, tapi ia sebenarnya berkorban untuk seorang ayah yang tak mau berkorban. Ia meneguhkan sebuah egoisme. Ia memang teguh memegang sumpah, tapi dengan demikian ia tak mencegah ketika Hastina harus dipecah jadi dua untuk memuaskan para pangeran keluarga Bharata yang berasal dari rahim dua ibu.

Gandhari memang tak menggugat itu. Tapi ia, si pelengkap penderita dalam epos keluarga Bharata, justru mengungkap banyak hal. Ini dimulai ketika ia memutuskan untuk menutup kedua matanya dengan seuntai kain hitam, sampai mati, agar tak melihat apa-apa.

Aduhai, ia istri yang setia, puji sebagian orang: perempuan yang bersedia mengorbankan diri agar senasib suaminya yang tunanetra.

Bukan, ia perempuan yang getir, cela sebagian yang lain: ia tak hendak melihat bagaimana anak-anak pasangan Pandu dan Kuntipara Pandawajauh cemerlang ketimbang para Kurawa, anak-anak Gandhari sendiri, yang bebal dan dengki.

Tapi mungkinkah hanya itu? Bagi saya tidak. Gandhari melakukan itu karena ia, yang menanggungkan kesewenang-wenangan nasib dan sejarah, menemukan satu cara melawan. Saya bayangkan ia berkata kepada dayangnya yang setia: "Emban, kututup mataku karena aku tak ingin hidup hanya mengutamakan penglihatan yang tajam dan cahaya cemerlangmemuja keunggulan memanah, kemilau baju zirah, berkibarnya panji-panji, tegasnya tapal batas. Mata dan terang bisa menghadirkan benda di ruang yang jauh, di dalam dan di luar peta, tapi rabaanku menghargai apa yang dekat dan akrab, telingaku bertaut dengan bunyi dalam waktu."

"Dengarkan Emban, derap perang besar itu, seakan-akan ada garis yang lurus yang jelas antara yang adil dan tidak. Tapi benarkah? Cahaya memang menerangi dunia, tapi ia tak pernah memperjelas dirinya sendiri. Aku ingin hidup tanpa cahaya."

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Wapres Ma'ruf Amin Optimistis Timnas U-23 Indonesia Bisa Kalahkan Guinea di Laga Playoff Olimpiade 2024

10 menit lalu

Wapres Ma'ruf Amin Optimistis Timnas U-23 Indonesia Bisa Kalahkan Guinea di Laga Playoff Olimpiade 2024

Wapres Ma'ruf Amin optimistis Timnas U-23 Indonesia bisa mengalahkan timnas Guinea U-23 pada pertandingan playoff Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Lawan Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade, Timnas Guinea Dipenuhi Pemain yang Berkiprah di Eropa

37 menit lalu

Lawan Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade, Timnas Guinea Dipenuhi Pemain yang Berkiprah di Eropa

Timnas U-23 Indonesia akan menghadapi Guinea U-23 pada babak playoff untuk memperebutkan satu tiket ke Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Jadwal Championship Series Liga 1 2023-2024 Sudah Ditetapkan, Dimulai 14 Mei

1 jam lalu

Jadwal Championship Series Liga 1 2023-2024 Sudah Ditetapkan, Dimulai 14 Mei

Jadwal Championships Series Liga 1 2023-2024 sudah dirilis. Leg pertama digelar 14 dan 15 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

2 jam lalu

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

Polisi menetapkan satu orang tersangka dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya seorang taruna STIP Marunda

Baca Selengkapnya

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

2 jam lalu

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika, 19 tahun, tewas diduga dianiaya seniornya di toilet

Baca Selengkapnya

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

2 jam lalu

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

PKS Kota Depok membuka peluang bagi partai politik untuk bergabung pada Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

2 jam lalu

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Unjuk Kemampuan Bahasa Indonesia, Xikers Tuai Antusias Penonton Sejak Pertama Muncul

3 jam lalu

Unjuk Kemampuan Bahasa Indonesia, Xikers Tuai Antusias Penonton Sejak Pertama Muncul

Anggota grup asuhan KQ Entertainmet itu lalu menyapa roady, sebutan penggemar xikers, dengan Bahasa Indonesia.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

3 jam lalu

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

Diskusi film itu ditujukan untuk merespons program pemerintah yang masif mendorong kendaraan listrik (EV) beserta sisi gelap hilirisasi nikel.

Baca Selengkapnya

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

3 jam lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya