Mengubur Mafia Migas Petral

Penulis

Sabtu, 25 April 2015 06:15 WIB

Rencana pemerintah membubarkan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) sudah tepat. Bertahun-tahun Petral menjadi sarang mafia minyak dan gas bumi. Banyak pihak menikmati keuntungan pengadaan impor bahan bakar minyak oleh Pertamina. Akibatnya, terjadi pemborosan.

Mafia migas sulit dipisahkan dari Petral. Sebab, dalam setiap transaksi minyak yang terjadi di Petral selalu ada peluang permainan. Apalagi, selama bertahun-tahun, kewenangan tender pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak untuk Pertamina ada di tangan Petral.

Gelagat adanya penyimpangan di anak perusahaan Pertamina yang berbasis di Singapura ini sudah terendus sejak 2012. Kala itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan mendengar tuduhan praktek bagi-bagi komisi per barel untuk orang-orang tertentu. Sayangnya, tak ada kelanjutan penanganan masalah ini.

Barulah pada pemerintahan Joko Widodo, muncul komitmen untuk memberantas mafia migas yang sudah kronis itu. Salah satunya, ya, dengan membubarkan Petral. Maka, untuk menangani kasus ini, dibentuklah Satuan Tugas Anti-Mafia Migas, yang diketuai Faisal Basri.

Atas rekomendasi Satgas, kewenangan Petral dilimpahkan kepada Integrated Supply Chain (ISC), unit usaha Pertamina. Meski sedikit terlambat, upaya ini layak didukung. Apalagi pengalihan tersebut membuat Pertamina bisa berhemat US$ 20 juta (sekitar Rp 258 miliar).

Advertising
Advertising

Rencana pembubaran ini tentu menimbulkan pro dan kontra. Meski begitu, pemerintah tak perlu ragu untuk meneruskan rencana tersebut. Terlebih tugas Petral kini sudah sepenuhnya bisa ditangani ISC. Respons positif datang dari mitra usaha karena mereka bisa langsung berbisnis dengan Pertamina.

Sebelumnya, berdasarkan keputusan direksi Petral, hanya NOC (national oil company) yang bisa ikut tender. Peraturan ini memberi kesan mata rantai pengadaan minyak menjadi pendek. Padahal justru sebaliknya. Apalagi NOC tak selalu memasok minyak sendiri, tapi juga dari pihak lain.

Di sinilah para mafia minyak bermain. Akibatnya, mata rantai perdagangan makin panjang. Namun tipu muslihat ini akhirnya terbongkar setelah Satgas menemukan kejanggalan pada satu perusahaan dalam daftar mitra usaha Petral, Maldives NOC Ltd.

Tanpa sumber minyak, Maldives bisa menang tender. Begitu pula dengan PTT (NOC Thailand), yang ternyata digunakan sebagai tumpangan saja dalam pengadaan minyak mentah Azeri dari Azerbaijan. Manipulasi pengadaan minyak melalui perusahaan pemerintah asing inilah dosa besar Petral.

Praktek kotor ini tentu saja membuat lembaran dolar mengalir deras ke kantong para petinggi Petral. Satgas menemukan bahwa gaji para bos Petral sungguh tidak masuk akal. Gaji direktur utamanya mencapai US$ 44 ribu (sekitar Rp 567 juta) per bulan. Angka ini jauh di atas gaji Direktur Utama Pertamina, yang Rp 200 juta per bulan.

Cara paling aman untuk mengubur mafia migas adalah Pertamina menangani ekspor dan impor minyak mentah sendiri. Dengan begitu, jika mendapat diskon, ini dinikmati oleh negara, bukan broker.

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

1 menit lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Prabowo Pakai Baret Merah Saat Hadiri HUT ke-72 Kopassus, Ini Arti Baret Merah

2 menit lalu

Prabowo Pakai Baret Merah Saat Hadiri HUT ke-72 Kopassus, Ini Arti Baret Merah

Prabowo mengenakan baret merah saat menghadiri peringatan HUT Kopassus ke-72. Apa arti baret merah?

Baca Selengkapnya

Gambar Render Samsung Galaxy F55 5G Bocor, Daftar Geekbench Ungkap Kehadiran Snapdragon 7 Gen 1

5 menit lalu

Gambar Render Samsung Galaxy F55 5G Bocor, Daftar Geekbench Ungkap Kehadiran Snapdragon 7 Gen 1

Daftar Geekbench dari Galaxy F55 5G (SM-E556B) mengungkapkan bahwa ponsel ini akan ditenagai chipset Snapdragon 7 Gen 1.

Baca Selengkapnya

59 Tahun Mandra: Seniman Topeng yang Tembus Layar Lebar dan Sinetron

6 menit lalu

59 Tahun Mandra: Seniman Topeng yang Tembus Layar Lebar dan Sinetron

Sebelum menjadi bintang sinetron, Mandra adalah seorang seniman tradisional. Kemampuan aktingnya diasah dalam seni topeng Betawi.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

7 menit lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

15 menit lalu

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

Politikus sejumlah partai politik angkat bicara soal cawagub pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Siapa orangnya?

Baca Selengkapnya

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

16 menit lalu

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

Deputi Otorita IKN Agung Wicaksono menyatakan beberapa perusahaan dari Malaysia dan Jerman telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

24 menit lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

27 menit lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Alasan Pengamat Sebut Jokowi dan SBY Jadi Mentor Andal Prabowo

34 menit lalu

Alasan Pengamat Sebut Jokowi dan SBY Jadi Mentor Andal Prabowo

Pengamat menilai hubungan Jokowi dengan Megawati yang renggang membuat Jokowi dan Prabowo akan terus bersama.

Baca Selengkapnya