Gandhi

Penulis

Senin, 12 Maret 2007 00:00 WIB

Tuhan tak punya agama," kata Gandhi.

Tak aneh bila di negeri seperti India kalimat ini datang dari seorang yang dikenal alim, arif, dan adil. Agama telah jadi tanda yang bengis. Maka terbit pikiran untuk menyelamatkan pengertian "Tuhan" dari sempitnya pikiran dan jiwa yang marah.

Gandhi sendiri bukti yang tragis tentang persoalan ini. Menjelang akhir Januari 1948, ia ditembak mati Nathuram Godse, seorang penganut aliran "nasionalis" Hindu. Bagi orang macam Godse, Gandhi praktis berkhianat. Sang Mahatma berkampanye untuk mengingatkan pemerintah India agar memenuhi janji kepada pemerintah Pakistan, yakni menyerahkan aset yang telah disepakati merupakan bagian negeri itu.

Gandhiyang sebenarnya menentang ide perpisahan bekas koloni Inggris itu jadi "India" dan "Pakistan"mengimbau Republik India agar ingat akan kewajiban moral dan kehormatan diri. Di balik itu kita bisa dengar pengertian yang sayup tentang keadilan. Tapi bagi orang macam Godse, dengan rasa terluka dan marah kepada orang Islam yang telah mendirikan sebuah negeri yang terpisah, Gandhi terlampau lunak terhadap "musuh". Ia jadi suara yang mengganggu.

Godse datang dari sebuah pandangan yang punya akar tua tapi berbentuk baru. "Nasionalisme"-nyamengandung kesadaran akan supremasi kasta Brahmana, yang kemudian dirawat melalui aliansi dengan raja, tuan tanah, kaum pemegang senjata, dan unsur lain kasta Ksatriamengukuhkan diri sebagai sebuah ideologi: India adalah Hindu. Hindu adalah satu. Agama kaum mayoritas adalah wakil paling sah kebudayaan nasional India.

Advertising
Advertising

Orang Islam, si minoritas, selalu cemas akan suara sepihak semacam ini. Terutama sejak awal abad ke-20. Pada 1900, penguasa Inggris di wilayah yang kini disebut Uttar Pradesh, negeri bagian terbesar India, memenuhi tuntutan kaum Hindu agar bahasa Hindi, dengan aksara Devanagari, jadi bahasa resmi menggantikan bahasa Parsi yang datang dari bahasa para Maharaja Mughal. Bagi orang Islam waktu itu, langkah itu awal yang menakutkan: ditindasnya ekspresi kebudayaan mereka di negeri mereka sendiri.

Mereka bukan mayoritas, tapi mereka ikut membentuk peradaban India sejak abad ke-7 hingga abad ke-14. Maka mereka tak diam. Mereka ubah rasa cemas mereka ke dalam cita-cita yang kemudian disuarakan Liga Muslimin.

Di tahun 1930, pemimpin Liga Muslimin waktu itu, Mohammad Iqbal, mengumandangkan cita-cita berdirinya sebuah negeri yang khusus untuk orang Muslim. Ia sebut negeri harapan itu "Pakistan", "tanah yang murni".

Saya tak tahu, sadarkah Iqbal, seorang penyair dan pemikir, bahwa wilayah seperti itu butuh kekuasaan, dan mengaitkan kekuasaan dengan kemurnian sama artinya membuka pintu bagi kekerasan dan kesewenang-wenangan. Sebab tak pernah jelas siapa yang secara sah berhak menentukan "kemurnian" itu, apalagi jika itu didasarkan atas ukuran yang transendental. Apa yang harus dilakukan terhadap anasir yang "tak murni", selain dibabat dan dicerabut?

Rasa cemas akan ditindas memang menyebabkan Pakistan berdiri. Kehendak untuk jadi sebuah negeri yang "murni" menyebabkan Pakistansebuah republik Islam dengan hak-hak istimewa bagi orang muslimseakan-akan mereproduksi perlakuan tak adil yang dulu ditakutkan orang Islam sendiri.

Tapi bukan tanpa akibat buruk. Ketika ketakadilan terletak di dasar sebuah sistem politik, kekerasan pun akan tumbuh di atasnya. Mungkin itu sebabnya dalam empat dasawarsa terakhir ini problem politik Pakistan selalu diselesaikan tangan-tangan yang bersenjata.

Dengan atau tanpa senjata, kekerasan pula yang sebenarnya jadi dasar "nasionalisme" Hindu, dulu dan kini. Mereka juga hendak menegakkan "negeri yang murni". Bila bagi mereka Hindu identik dengan India, dan India hanya murni bila ia Hindu, Islam akan dianggap sebagai pendatang yang merusak. Maka najis itu harus ditiadakan.

Demikianlah, 6 Desember 1992, kaum militan Hindu menghancurkan Masjid Babri di kota Ayodhya dan menyerang penduduk muslim di wilayah itu. Tak urung, bentrokan meledak di seluruh India.

Kaum "nasionalis" Hindu punya dalih: Masjid Babri dibangun di atas tempat kelahiran Rama. Kata mereka, sebuah candi Hindu di situs itu dihancurkan orang Islam di bawah titah Sultan Babur, pendatang dari Asia Pusat di abad ke-16. Maka aksi kekerasan di hari itu adalah tindakan menuntut hak kembali, dan juga pemurnian.

2.000 orang tewas.

Saya kira suara Gandhi tentang agama akan terdengar lebih masygul seandainya ia masih hidup dan menyaksikan kekerasan di Ayodhya itusebagaimana ia saksikan kerusuhan di sekitar Pemisahan ("Partition") India-Pakistan di tahun 1947, ketika tapal batas dibangun dan dijaga, ribuan keluarga digusur atau memilih pindah, tanah ladang dipecah,. kekerasan meledak, dan ribuan korban mati. Orang Islam, orang Hindu.

"Tuhan tak punya agama," kata Gandhi.

Tapi yang menarik ialah bahwa, berbeda dari Nehru, Gandhi tak hendak membuang agama ke masa lalu. Baginya, agama adalah sumber nilai untuk membangun kehidupan bersama.

Yang tak diuraikan Gandhi ialah kemungkinan agama jadi sumber kekuatan yang tak mengatasi kekerasan dan ketakadilan, malah justru jadi kekuatan yang memperkukuhnya. Tapi mungkin Gandhi tak perlu menjawab. Kematiannya telah bicara penuh: pembunuhnya seseorang yang tak segan-segan menumpahkan darah, karena dalam dirinya datang sebuah kekuatan: fanatisme.

"Tuhan tak punya agama," Gandhi berkata. Hari itu ia rubuh dengan tubuh berdarah dan mulut yang menyebut nama Tuhan, tapi mungkin sebenarnya ia mengatakan, "Pengorbanan tak punya agama."

Ia memang seorang sekuler yang unik: politiknya berangkat dari nilai-nilai yang terhimbau oleh Yang Maha Adil, tapi justru itu ia mengambil jarak yang sama dari tiap agama yang hidup di dekatnya. Ia tak hendak berat sebelah. Keadilan yang mengusik hatinya tak memilih sebuah ajaran, sebuah sekte, atau sebuah tempat ibadah.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

7 menit lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

10 Anggota Gengster di Tangsel Ditangkap Setelah Serang dan Lukai 2 Orang di Bintaro

8 menit lalu

10 Anggota Gengster di Tangsel Ditangkap Setelah Serang dan Lukai 2 Orang di Bintaro

Polisi menangkap 10 anggota gengster di Tangsel setelah menyerang dan melukai dua orang di Bintaro.

Baca Selengkapnya

Review Film Abigail: Horor Thriller Penculikan Vampir Dibalut Komedi dan Drama

10 menit lalu

Review Film Abigail: Horor Thriller Penculikan Vampir Dibalut Komedi dan Drama

Film Abigail bercerita tentang kawanan penculik menangkap seorang putri balerina, anak seorang tokoh dunia bawah tanah yang kuat

Baca Selengkapnya

Menteri PANRB Pastikan Seleksi CASN Sesuai Jadwal dan Jamin Tak Bisa Dipolitisasi

10 menit lalu

Menteri PANRB Pastikan Seleksi CASN Sesuai Jadwal dan Jamin Tak Bisa Dipolitisasi

Menteri PNRB Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa seleksi CASN tidak bisa karena berdasar amanat Undang-undang 20/2023 harus selesai Desember ini.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

15 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

Anthony Sinisuka Ginting sukses menyudahi perlawanan sengit tunggal putra Korea Selatan Jeon Heyok Jin pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

16 menit lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

16 menit lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Mufasa: The Lion King Tayang Akhir Tahun Ini, Kilas Balik Kehidupan Ayah Simba

16 menit lalu

Mufasa: The Lion King Tayang Akhir Tahun Ini, Kilas Balik Kehidupan Ayah Simba

Live-action Mufasa: The Lion King mengikuti kisah perjalanan hidup Mufasa sebagai anak singa yatim piatu, tersesat dan sendirian sebelum jadi raja.

Baca Selengkapnya

Tri Rismaharini Sigap Tanggapi Masalah Sosial di Kecamatan Lewa dan Letis

19 menit lalu

Tri Rismaharini Sigap Tanggapi Masalah Sosial di Kecamatan Lewa dan Letis

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, lakukan kunjungan kerja ke RSUD Umbu Rara Meha dan Puskesma Lewa, di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur

Baca Selengkapnya

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

19 menit lalu

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

Pesan Luhut ke Prabowo jangan bawa orang toxic ke pemerintahan

Baca Selengkapnya