Kelas Sosial Baru NU

Penulis

Rabu, 15 April 2015 02:48 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Arif Afandi, Pengurus PWNU Jatim dan CEO Wira Jatim Group

Telah tumbuh kelas sosial baru di dalam tubuh organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama. Mereka adalah kelompok intelektual progresif dan profesional yang tersebar dalam berbagai bidang kehidupan.

Bagaimana NU yang berbasis pesantren bisa melahirkan kelompok santri baru? Bagaimana karakter kelas sosial baru dalam NU tersebut? Apakah kehadiran mereka membawa dampak pada peran sosial ormas Islam ini? Apakah mereka telah terakomodasi dalam kepemimpinan organisasi? Masalah ini menarik untuk diangkat menjelang Muktamar ke 33 NU pada 1-5 Agustus 2015, di Jombang.

Paling tidak ada dua sumber kelas baru NU. Pertama, kelompok profesional dan akademisi dari latar belakang keluarga santri tersembunyi. Mereka baru muncul di permukaan setelah terjadi reformasi politik. Mereka adalah para teknokrat, kaum profesional, serta akademisi dari keluarga NU.

Kedua, kelompok santri baru hasil "liberalisasi" pendidikan. Seperti diketahui, pada 1970-an, pemerintah Soeharto membuka keran lebih luas bagi santri untuk masuk dunia pendidikan. Melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan, dan Menteri Dalam Negeri, keran dibuka lebar bagi kalangan santri lulusan lembaga pendidikan formal madrasah. Mulai saat itu, lulusan madrasah yang ada di pesantren-pesantren bisa masuk langsung ke sekolah umum tanpa harus mengikuti ujian persamaan.

Sejak saat itu, semakin banyak anak keluarga santri NU yang menempuh pendidikan umum. Gelombang anak santri yang masuk universitas kenamaan di negeri ini mulai terjadi. Pilihan pendidikan lanjutan para santri tak hanya perguruan tinggi agama di dalam negeri ataupun di luar negeri. Dari gelombang inilah lahir para profesional dan akademisi baru NU. Orientasi karier mereka juga semakin luas dan tidak hanya menjadi dai serta menggeluti pekerjaan yang terkait dengan keagamaan, tapi juga profesi umum lainnya.

Hasil "liberalisasi" pendidikan bagi kaum santri ini melahirkan banyak akademisi bergelar doktor dalam bidang non-agama. Juga banyak kalangan profesional yang menempati dunia perbankan, jurnalistik, serta industri kreatif, seperti Ipang Wahid, para dokter, dan teknokrat yang tersebar di instansi-instansi pemerintah. Mereka menjadi santri yang lebih ''mengkota'' karena bergelut dengan dunia profesional di perkotaan.

Kebijakan deradikalisasi Islam dari negara-negara Barat ikut menggelembungkan lapisan ini. Beasiswa studi di negara-negara Barat mengalir deras ke kalangan intelektual NU. Banyak sekali dosen IAIN, UIN, dan kalangan pesantren yang mendapat beasiswa untuk berkuliah di berbagai universitas di luar negeri. Mereka tidak hanya menekuni studi Islam, tapi juga studi ilmu''sekuler''. Barisan doktor baru dari kalangan santri ini semakin mengalir deras.

Para akademisi dengan latar belakang keluarga santri NU ini juga bermunculan di perguruan tinggi umum serta lembaga-lembaga penilitian. Mereka mulai mewarnai berbagai pemikiran di beberapa bidang. Setiap saat, mereka bisa menjadi sumber daya teknokrat yang bisa mengisi berbagai pusat strategis di lingkup pemerintah. Bahkan, sebagian besar dari mereka tidak hanya piawai dalam keahliannya, tapi juga punya dasar ilmu keagamaan yang mencukupi.

Lapisan sosial baru NU ini memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan lapisan santri NU pada umumnya. Mereka terbiasa hidup dalam lingkungan yang lebih plural, terbiasa bekerja secara terencana, disiplin, dan lebih berorientasi pada hasil. Latar belakang kesantriannya tidak menghalangi mereka hidup dengan cara modern dan lebih gampang beradaptasi dengan dunia baru.

Menjamurnya para intelektual NU ini sudah diramalkan cendekiawan muslim kenamaan, Dr. Nurcholish Madjid. Salah satu pendiri Universitas Paramadina Jakarta yang terkenal dengan konsep sekularisasi politik itu melihat NU sebagai organisasi keagamaan yang cukup kuat dalam hal tradisi intelektual Islam. Ia mengatakan ormas keagamaan ini memiliki sumber pustaka yang sangat kaya. Karena itu, ia meramalkan kalangan Nahdliyin akan memimpin khasanah intelektual Islam di Indonesia.

Lahirnya lapis baru NU ini jelas menentukan peran sosial, politik, keagamaan, dan kebudayaan organisasi ini ke depan. Sumber keilmuan yang beragam dengan dasar prinsip keagamaan yang lebih toleran tentu menjanjikan diskursus pemikiran yang lebih terbuka. Kepemimpinan lapis baru NU ini diharapkan bisa mempersempit hadirnya pemikiran radikal Islam yang puritan. Ini jelas bermakna bagi pembentukan tatanan kebangsaan ke depan.

Sementara itu, semakin tebalnya lapis profesional dan sumber daya teknokratismemungkinkan NU untuk memiliki akses yang lebih kuat terhadap simpul strategis dalam berbagai bidang kehidupan. Tentu ini sangat membantu ormas Islam yang berdiri pada 1926 itu untuk ikut mempengaruhi berbagai kebijakan strategis di lingkup pemerintah. Banyaknya anggota kabinet pasca-reformasi merupakan hasil dari lahirnya lapis sosial NU baru ini.

Akankah peran kelas sosial baru NU ini semakin besar atau terlempar dari dinamika organisasi?


Berita terkait

Lelang Vespa Babe Cabita akan Ditutup Malam Ini, Penawaran Tertinggi Rp 170 Juta

34 detik lalu

Lelang Vespa Babe Cabita akan Ditutup Malam Ini, Penawaran Tertinggi Rp 170 Juta

Lelang motor Vespa kesayangan mendiang Babe Cabita akan ditutup pada 5 Mei 2024 pukul 20.00 WIB. Sampai saat ini harga tertinggi Rp 170 juta.

Baca Selengkapnya

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

10 menit lalu

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

Cerita Heni Ardianto, lulusan prodi Magister Sains Manajemen FEB Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 3,72 asal Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya

Demokrat Bilang Prabowo Sedang Mendesain Struktur Kabinet, Sebut Ada Rencana Pemisahan Kementerian

19 menit lalu

Demokrat Bilang Prabowo Sedang Mendesain Struktur Kabinet, Sebut Ada Rencana Pemisahan Kementerian

Partai Demokrat sedang menyiapkan kadernya untuk menjadi menteri di kabinet Prabowo.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

35 menit lalu

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Bandara Sam Ratulangi Manado Dibuka Lagi Usai Tutup Sementara karena Erupsi Gunung Ruang

36 menit lalu

Bandara Sam Ratulangi Manado Dibuka Lagi Usai Tutup Sementara karena Erupsi Gunung Ruang

Operasional Bandara Sam Ratulangi Manado kembali dibuka setelah sempat ditutup sementara karena terdampak sebaran abu vulkanik Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Piala Uber 2024: Dikalahkan Chen / Jia, Fadia / Ribka Akui Kalah Pengalaman

48 menit lalu

Piala Uber 2024: Dikalahkan Chen / Jia, Fadia / Ribka Akui Kalah Pengalaman

Fadia / Ribka gagal menyumbangkan angka untuk Indonesia saat menghadapi Cina di final Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

54 menit lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Ruas Tol Jagorawi Diperbaiki hingga 12 Mei 2024 Mendatang, Simak Jadwal Lengkap dan Titik Lokasinya

55 menit lalu

Hari Ini Ruas Tol Jagorawi Diperbaiki hingga 12 Mei 2024 Mendatang, Simak Jadwal Lengkap dan Titik Lokasinya

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. memperbaiki ruas Tol Jagorawi mulai hari ini, Ahad, 5 sampai 12 Mei 2024 mendatang

Baca Selengkapnya

Dukung Adik Moonbin, ASTRO Hadiri Fan Concert Billlie: Selamat Moon Sua!

1 jam lalu

Dukung Adik Moonbin, ASTRO Hadiri Fan Concert Billlie: Selamat Moon Sua!

MJ, Jinjin, Cha Eun Woo, dan Sanha ASTRO menunjukkan dukungannya kepada adik mendiang Moonbin, Moon Sua dengan menghadiri fancon Billlie.

Baca Selengkapnya

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

1 jam lalu

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.

Baca Selengkapnya