Jokowi dan Kemkominfo

Penulis

Rabu, 15 April 2015 02:53 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Muhidin M. Dahlan, kerani @warungarsip

Setelah kasus Komisi Pemberantasan Korupsi versus Budi Gunawan, "kesan baik" terhadap Presiden Jokowi mengalami turbulensi hebat. Guncangan hubungan itu bukan hanya melibatkan PDIP, pegiat antikorupsi, serta relawan pendukung. Guncangan itu berdampak tergerusnya "kesan baik" Jokowi di hadapan pers. Puncak retaknya hubungan itu disimbolkan oleh ketidakhadiran Presiden Jokowi dalam acara peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Batam, 9 Februari lalu.

Jokowi, yang setengah mati mengumpulkan dukungan dan menjadi sandaran harapan publik, secuil demi secuil dengan mudah mengobral semua itu. Jokowi, yang pada mulanya menjadi sahabat pers, tiba-tiba menjadi sosok kesepian di hadapan mesin rekam jurnalis. Semuanya mesti dijelaskan Jokowi, dari soal pengembalian traktor hingga kasus salah teken yang fatal; dari Proton, Harvard, hingga kebisuannya dalam Kongres IV PDIP.

Dalam Kongres IV PDIP yang baru saja berlalu, posisi Presiden Jokowi semakin runyam. Bentangkanlah koran-koran yang terbit pada Jumat, 10 April 2015 dan bacalah judul berita utama pada halaman depannya yang mayoritas berisi "nasehat" Megawati kepada Jokowi. Dari halaman muka koran-koran itu, sulit menampik kesan bahwa Jokowi sekadar "petugas partai" yang tak memberikan imajinasi baru dalam kepemimpinan. Jokowi juga tak ubahnya lelaki pikun terhadap Nawa Cita-nya sendiri.

Tak perlu diulang-ulang bahwa Jokowi memang sibuk bekerja. Namun ia barang kali khilaf bahwa "seni berkomunikasi"-lah yang membuatnya dicintai dan dipilih oleh lebih-kurang 60 persen suara untuk menjadi Presiden RI pada 2014.

"Seni komunikasi" itulah yang amblas kini. Sialnya, nyaris tak ada upaya memperbaikinya. Ketiadaan juru bicara kepresidenan, PDIP yang belum move on sebagai partai oposisi, posisi seskab dan staf kepresidenan yang gagap di hadapan publik, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika yang payah membuat Jokowi terlihat seperti karakter protagonis yang membosankan dan kehilangan imajinasi.

Bahkan, dalam salah satu survei popularitas, kementerian ini menjadi salah satu yang terburuk di hadapan publik. Menterinya tidak dikenal, kinerjanya apalagi. Mungkin untuk menjawab persepsi negatif itulah Kemkominfo tancap gas. Hasilnya: pemblokiran situs! Bukannya menuai simpati, "program hebat" ini malah memperlebar persepsi negatif.

Karena tekanan publik, hanya dalam hitungan hari, sebagaimana kasus teken buta tunjangan mobil, blokir "web radikal" berakhir antiklimaks. Sebagai lembaga yang hidup dari nisan Kementerian Penerangan RI yang bubar pada 1999, mestinya kementerian ini menunjukkan karakternya sebagai kementerian komunikasi.

Frase "komunikasi" yang inheren dalam namanya justru menjadi kebutuhan vital Jokowi saat ini di tengah lubang-lubang komunikasi yang berpotensi menghabisi "energi harapan positif", yang dengan susah-payah ia bangun selama tiga tahun belakangan.

Ketimbang mengeluarkan kebijakan-kebijakan kontraproduktif saat berhadapan langsung dengan publik, Kemkominfo semestinya bekerja lebih keras untuk mencari solusi cepat guna menambal lubang-lubang komunikasi Jokowi yang kian lama kian runyam.


Berita terkait

Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

22 Februari 2021

Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.

Baca Selengkapnya

Sempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini

11 Juni 2018

Sempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.

Baca Selengkapnya

Kominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018

31 Mei 2018

Kominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018

Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.

Baca Selengkapnya

Pangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan

24 Januari 2018

Pangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan

Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.

Baca Selengkapnya

Situs Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia

27 September 2017

Situs Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia

Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.

Baca Selengkapnya

Google Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web

27 Agustus 2017

Google Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web

Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.

Baca Selengkapnya

Ingin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...

10 Agustus 2017

Ingin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...

Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?

Baca Selengkapnya

Bagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?

10 Agustus 2017

Bagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?

Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?

Baca Selengkapnya

Google, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality

12 Juli 2017

Google, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality

Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality

Baca Selengkapnya

Ingin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini

7 Juli 2017

Ingin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini

Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.

Baca Selengkapnya