Dilema Revolusi di Timur Tengah

Penulis

Jumat, 17 April 2015 02:32 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Faisal Assegaf, Pemerhati Timur Tengah dan Pendiri Albalad.co

Lengkap sudah nasib apes yang menimpa Al-Ikhwan al-Muslimun, partai pemenang pemilihan parlemen dan presiden di Mesir. Pengadilan di Ibu Kota Kairo pada Sabtu pekan lalu menjatuhkan vonis hukuman gantung bagi pemimpin tertinggi Al-Ikhwan, Muhammad Badii, serta 13 anak buahnya. Dia diputus bersalah atas dakwaan merencanakan serangan teror terhadap fasilitas-fasilitas milik negara, termasuk mendanai unjuk rasa besar-besaran di Lapangan Rabiah al-Adawiyah, Kairo, pada Agustus 2013.

Takdir nahas Al-Ikhwan ini dimulai dengan kudeta terhadap Presiden Muhammad Mursi pada Juli 2013. Sebulan sehabis tragedi Rabiah, pengadilan Mesir menyatakan Al-Ikhwan sebagai kelompok terlarang. Desembernya, pemerintah Mesir mengumumkan Al-Ikhwan organisasi teroris.

Apa yang berlaku di Mesir—berkuasanya lagi militer dengan naiknya Jenderal Abdul Fattah as-Sisi ke tampuk kekuasaan—sejatinya bukan hal mengejutkan. Sulit membayangkan negara-negara Arab dapat menjadi negara demokratis dalam arti sebenarnya. Selama ini semua negara Arab bisa "stabil" karena diperintah secara diktator, baik itu dalam bentuk republik maupun monarki.

Hipotesis ini sudah terbukti setelah terjadi Musim Semi Arab. Rontoknya pemerintahan diktator di sejumlah negara di Timur Tengah—Zainal Abidin bin Ali (Tunisia), Husni Mubarak (Mesir), Muammar Qaddafi (Libya)—bukannya membikin mereka menjadi lebih baik dan aman. Yang berlaku malah hancur dan porak-poranda.

Mesir, selepas tumbangnya rezim Mubarak, menghadapi pertarungan politik antara kelompok militer dan Al-Ikhwan yang mewakili kalangan sipil. Kondisi keamanan di Negeri Piramida ini juga menakutkan. Mereka selalu dihantui bom mobil, serangan bunuh diri, atau serbuan milisi Islam radikal yang beroperasi di Semenanjung Sinai.

Ketiadaan iklim demokrasi di negara-negara Arab sebagai faktor internal mengakibatkan revolusi sipil atau demokratisasi sulit berubah. Kelompok-kelompok sipil yang menang pemilu, seperti Al-Ikhwan di Mesir atau Partai Nahda di Tunisia, menjadi gagap saat berkuasa. Karena miskin pengalaman dan kerap ditindas, mereka tidak tahu bagaimana mengelola persoalan politik dan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi bom waktu.

Lantaran selalu ditindas, mereka bingung bagaimana memulai rekonsiliasi dan berbagi kekuasaan dengan rezim lama. Padahal inilah resep agar kemenangan revolusi sipil bisa bertahan lama. Tentu saja jangan menafikan ketidakrelaan rezim lama yang ingin berkuasa lagi karena takut kehilangan sumber-sumber fulus mereka. Belum lagi pertentangan antarfaksi berlatar aliran politik, kesukuan, atau agama/sekte.

Semua kenyataan itu kian diperparah oleh tidak kondusifnya situasi kawasan sebagai faktor eksternal. Timur Tengah dikenal sebagai wilayah yang kerap dan gampang bergolak. Jaringan teroris transnasional selalu menyasar negara yang dilanda konflik bersenjata untuk memperkeruh keadaan sekaligus mengembangkan kekuatan. Belum lagi negara-negara besar berebut pengaruh di kawasan Timur Tengah.

Akhirnya dua pilihan yang sama pahitnya tersedia bagi penduduk Timur Tengah: mempertahankan rezim otoriter demi terpeliharanya kestabilan semu atau belajar berdemokrasi tapi berakibat konflik tidak berujung.


Berita terkait

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

1 hari lalu

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

McDonald's Corporation gagal mencapai perkiraan laba kuartalannya untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena boikot Gaza

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

2 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

3 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

5 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

8 hari lalu

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

Analisis Deu Calion Futures (DCFX) menyebut harga emas turun karena kekhawatiran terhadap konflik di Timur Tengah mereda.

Baca Selengkapnya

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

8 hari lalu

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

8 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

9 hari lalu

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

Kepala Ekonom BCA David Sumual merespons pelemahan rupiah. Ia menilai depresiasi rupiah karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

10 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya