TMII dan Hari Kartini

Penulis

Rabu, 22 April 2015 01:33 WIB

Bandung Mawardi, ESAIS


Soeharto dan Tien Soeharto memiliki cita-cita setinggi langit, bahkan ingin melampaui cita-cita Sukarno. Cita-cita tersebut pernah menghebohkan jutaan orang, yaitu membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pengakuan Soeharto (1989): “…cita-cita untuk membangun suatu pusat kebudayaan peninggalan nenek moyang kita yang akhirnya nanti bisa berfungsi sebagai tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan juga tempat mengembangkan kebudayaan.”


Pelaksana utama cita-cita tersebut adalah Tien Soeharto. Rapat dan pengumpulan dana dilakukan Tien Soeharto dengan bekal kekuasaan. Kita bisa melihat lagi foto dokumentasi dalam buku 50 Tahun Indonesia Merdeka (1995). Pada halaman 183, disajikan foto Tien Soeharto saat memimpin rapat pembangunan TMII. Beliau tampak anggun dan berkuasa.


Peresmian TMII dilakukan pada 20 April 1975, berbarengan dengan peringatan Hari Kartini. Tokoh utamanya adalah Tien Soeharto. Upacara bersejarah bernuansa perempuan. Tamu dari negeri tetangga adalah Ibu Negara Filipina Imelda Marcos dan Ibu Negara Singapura S.G. Sheares. TMII merupakan pembuktian cita-cita berdalih representasi Indonesia sebagai negeri bhineka tunggal ika. Saat peresmian lahan seluas ratusan hektare berisi miniatur 26 provinsi itu, Timor-Timur belum terintegrasi dengan Indonesia. Peran Tien Soeharto menjadi bukti keampuhan perempuan dalam menggerakkan kekuasaan dan imajinasi Indonesia. Mungkin Tien Soeharto ingin tampil sebagai “penerus” Kartini, tapi di jalur kekuasaan, bukan mengandalkan kerja literasi.


Pemenuhan cita-cita itu mendapat perlawanan sengit dari Mochtar Lubis, yang disajikan dalam seri editorial Indonesia Raja. Kritik pedas juga disampaikan Arief Budiman. Dulu, cita-cita itu bernama Miniatur Indonesia Indah. Nama tersebut berganti menjadi TMII saat peresmian. Cita-cita bernalar kekuasaan ini dilawan oleh Arief Budiman dan para mahasiswa. Arief Budiman, pada 30 Desember 1971, menulis, “Yang djelas, kami merasa, sebagai pemuda jang bertanggung djawab bagi hari depan bangsa ini, kami harus melakukan kritik projek Miniatur Indonesia Indah, jang menurut kami benar-benar merupakan suatu kesalahan bila pelaksanaannja mau dipaksakan sekarang djuga.”


Advertising
Advertising

Kritik itu tak mempan. Cita-cita tersebut telanjur diwujudkan. Sepuluh tahun berlalu, Soeharto memberi sindiran: “… setelah TMII jadi, pengkritik-pengkritik itu akhirnya mengakui manfaatnya.” Penjelasan itu politis! Soeharto juga berdalih keberadaan TMII merupakan bukti “sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan bangsa yang sedang membangun masyarakat Pancasila.”


Pengukuhan terhadap TMII semakin dibuktikan melalui penerbitan buku serial. Pada 1989, pemerintah menerbitkan buku berjudul Sejarah Taman Mini Indonesia Indah. Buku ini dikerjakan tim beranggotakan lima orang dan terdiri atas 518 halaman. Pada halaman awal, terdapat foto Soeharto dan Tien Soeharto selaku penggagas dan pelaksana pembangunan TMII.


Warisan itu diberikan kepada kita, meski rezim Orde Baru sudah berakhir. Kita agak ragu jika mau mengadakan hari peringatan. Sekarang, keraguan semakin bertambah saat hari bersejarah TMII berbarengan peringatan Hari Kartini dan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika. TMII sudah berusia 40 tahun. Barang kali jutaan orang sudah lupa atau sengaja enggan mengenang? Warisan kontroversial berdalih kekuasaan memang sering mengandung ironi dan keterpecahan ingatan sejarah. Lho! *



Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

8 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

10 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

12 hari lalu

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

27 persen perempuan sebagai pimpinan puncak perusahaan.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

13 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, PT Pegadaian dukung Kegiatan Edukasi Keuangan bertema "Perempuan Cerdas Keuangan, Perempuan Indonesia Hebat" yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

13 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

14 hari lalu

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

Film-film yang menggambarkan perjuangan R.A Kartini

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

14 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

14 hari lalu

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

Potongan-potongan surat RA Kartini yang menunjukan perjuangan wanita

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

15 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

15 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya