Saatnya Bongkar Mafia Migas

Penulis

Kamis, 21 Mei 2015 22:04 WIB

Pembubaran Pertamina Energy Trading Limited seharusnya menjadi momentum untuk membenahi pengadaan minyak dan gas. Anak perusahaan Pertamina yang beroperasi di Singapura ini sebelumnya dituding penuh permainan dalam menyediakan minyak mentah dan bahan bakar minyak.

Setelah Petral dibubarkan, pengadaan BBM semestinya bisa lebih transparan. Anak usaha Pertamina yang lain, Pertamina Energy Service, yang mengambil alih peran Petral, perlu membuat mekanisme pengadaan yang terbuka. Pelaporan keuangan perusahaan ini harus lebih transparan agar publik bisa ikut mengawasi. Jangan sampai permainan gelap ala Petral terulang.

Selama ini Petral dituding menggelembungkan harga dalam pengadaan BBM. Hasil mark-up itu tidak menguntungkan Pertamina, melainkan menguap entah ke mana. Petral hanya memberi diskon sangat kecil per barel kepada Pertamina. Permainan ini terungkap setelah kewenangan Petral dicabut. Ternyata, melalui tender terbuka, Pertamina mendapat diskon harga yang berlipat-lipat. Diskon yang naik ini membuat Pertamina bisa berhemat. Ada ruang efisiensi yang sangat besar yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh Petral.

Pemborosan yang dilakukan oleh Petral itu harus diinvestigasi oleh tim auditor independen. Jika ditemukan pelanggaran hukum, hal itu harus diusut. Presiden Joko Widodo harus menjadikan penutupan Petral ini sebagai kesempatan untuk membuka borok yang ada di dalamnya. Perlu ada audit forensik atas semua dokumen milik Petral, termasuk membongkar permainan. Jangan sampai pembubaran ini justru menjadi strategi para begal migas untuk melenyapkan semua bukti.

Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga harus berani tampil di hadapan publik untuk menjelaskan apa peran Petral selama ini. Dia perlu menjelaskan kebijakan yang ia ambil terhadap Petral. Tidak perlu SBY menutup-nutupi jika ada pejabat atau pengusaha di lingkaran kekuasaannya yang mungkin diuntungkan oleh proyek basah itu.

Sepuluh tahun menjadi presiden, SBY pasti tahu masalah itu. Apalagi SBY pernah menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebelum menjadi presiden. Dengan pengalaman itu, semestinya SBY mampu mencium kejanggalan bisnis Petral sejak awal. Presiden SBY juga terkesan membiarkan keberadaan Petral kendati saat itu kecurigaan masyarakat terhadap perusahaan ini sudah muncul.

Advertising
Advertising

Boleh saja Pertamina memiliki tangan seperti Petral untuk berdagang minyak secara internasional. Tapi membiarkan Petral menjadi pemain tunggal dan memainkan peran sentral dalam mengimpor kebutuhan bahan bakar minyak bagi seluruh negeri sudah terbukti amat rawan. Sebab, Petral bisa menjadi ajang korupsi.

Tak hanya perlu membongkar tuntas permainan Petral, pemerintah Jokowi juga harus mendorong Pertamina untuk menciptakan mekanisme pengadaan bahan bakar minyak yang semakin efisien dan transparan. Tidak zamannya lagi perusahaan negara seperti Pertamina dijadikan sapi perah oleh segelintir orang.

Berita terkait

Kejaksaan Agung Panggil 5 Orang Saksi Kasus Korupsi Timah

1 menit lalu

Kejaksaan Agung Panggil 5 Orang Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejaksaan agung memanggil lima orang saksi terkait kasus korupsi IUP di PT Timah Tbk.

Baca Selengkapnya

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

1 menit lalu

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

Nama Ahok dan Anies disandingkan untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Mungkinkah duet Ahok-Anies bakal terjadi di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya

Eko Patrio Diusulkan Menjadi Menteri oleh PAN, Tanggapan Gibran hingga Rekam Jejak

3 menit lalu

Eko Patrio Diusulkan Menjadi Menteri oleh PAN, Tanggapan Gibran hingga Rekam Jejak

PAN sedang menyiapkan komedian Eko Patrio untuk mendapat posisi menteri dalam kabinet Presiden terpilih Prabowo Subianto

Baca Selengkapnya

Catat Ini Penempatan Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah dan Madinah

19 menit lalu

Catat Ini Penempatan Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah dan Madinah

Penempatan akomodasi jemaah haji Indonesia di Madinah berada pada wilayah Markaziyah Syimaliyah, Markaziyah Gharbiyah, dan Markaziyah Janubiyah.

Baca Selengkapnya

Waskita Karya jadi Anak Usaha Hutama Karya per September 2024, Begini Penjelasan Stafsus Erick Thohir

20 menit lalu

Waskita Karya jadi Anak Usaha Hutama Karya per September 2024, Begini Penjelasan Stafsus Erick Thohir

Stafsus Menteri BUMN Arya Sinulingga berharap konsolidasi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dengan PT Hutama Karya (HK) akan rampung per September 2024.

Baca Selengkapnya

Bukan Bata, Ini Kisah Pilu Bung Hatta Gagal Dapatkan Sepatu Merek Ini hingga Meninggal

23 menit lalu

Bukan Bata, Ini Kisah Pilu Bung Hatta Gagal Dapatkan Sepatu Merek Ini hingga Meninggal

Bung Hatta sejak lama mengidamkan sepatu merek Bally. Namun, keinginannya tersebut tidak pernah terealisasi sampai ia meninggal.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Indonesia Desak Polisi Bebaskan Pelajar Nabire yang Ditangkap Usai Perayaan Kelulusan

29 menit lalu

Amnesty International Indonesia Desak Polisi Bebaskan Pelajar Nabire yang Ditangkap Usai Perayaan Kelulusan

Amnesty International Indonesia juga mendesak pemerintah, untuk memastikan hak-hak dasar seluruh individu di Tanah Papua.

Baca Selengkapnya

Penambahan Kursi Kabinet Jadi 41 Menteri Disebut Cuma Habiskan Anggaran

31 menit lalu

Penambahan Kursi Kabinet Jadi 41 Menteri Disebut Cuma Habiskan Anggaran

Sudah ada aturan yang mengatur bahwa maksimal jumlah yang ditetapkan ialah 34 menteri dan kementerian.

Baca Selengkapnya

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

32 menit lalu

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

Rencana Prabowo menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 menuai respons dari sejumlah kalangan. Mereka ingatkan Prabowo soal ini.

Baca Selengkapnya

Info Terkini Gempa M5,1 di Laut Guncang Bali dan NTB, Tidak Berpotensi Tsunami

43 menit lalu

Info Terkini Gempa M5,1 di Laut Guncang Bali dan NTB, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan di dalam lempeng.

Baca Selengkapnya