Lambannya Penanganan Isu Beras Plastik

Penulis

Minggu, 24 Mei 2015 23:20 WIB

Sudah sekitar tiga minggu masyarakat khawatir dan bingung atas isu beras plastik, tapi belum ada klarifikasi yang meyakinkan dari pemerintah. Badan Pengawas Obat dan Makanan semula hendak mengumumkan hasil analisisnya akhir pekan lalu, tapi ditunda dan belum ada kabar lagi. Sedangkan polisi jauh-jauh hari menyatakan menunggu hasil uji Badan POM. Mengapa begitu lama?

Seharusnya pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Badan POM, dan Kepolisian, menyelesaikan kasus ini secepat mungkin. Ini beras, bahan makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat kita setidaknya tiga kali sehari. Masyarakat perlu penegasan segera: betulkah ada beras plastik yang beredar? Kalau betul, sudah seluas apa penyebarannya dan bagaimana masyarakat harus bersikap? Lalu apa langkah pemerintah?

Keberadaan beras plastik mula-mula dicurigai seorang pedagang nasi uduk di Perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi. Beras yang dia tanak berbentuk aneh dan rasanya seperti plastik. Menelusuri laporan tersebut, pemerintah Bekasi menyatakan pihaknya menemukan bukti beras plastik dijual pedagang di Pasar Mutiara Gading Timur.

PT Superintending Company of Indonesia (Persero) atau Sucofindo kemudian mengkonfirmasi bahwa beras tersebut benar mengandung plastik. Ada tiga unsur plastik yang mereka temukan: benzyl butyl phthalate (BBT), bis 2-ethylherxyl phthalate (DEHP), dan diisononyl phthalate (DNIP). Ketiganya berbahaya jika masuk ke sistem pencernaan dan diserap tubuh.

Plastik berbahaya karena sistem pencernaan manusia tidak bisa mengurainya secara sempurna. Lambung akan terganggu. Dan, jika diserap lambung, zat aktif plastik dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius. Misalnya phthalate yang, jika masuk ke dalam tubuh, dapat mengakibatkan kanker. Maka kita heran, mengapa pemerintah seolah menyepelekan kasus ini.

Advertising
Advertising

Isu besar plastik pun mulai mendatangkan efek buruk bagi pasar tradisional. Banyak konsumen, terutama kelas menengah ke atas, mulai menghindari pasar tradisional dan membeli beras di pasar-pasar modern yang kini bertebaran. Ini fenomena berulang, sama seperti kasus beras berpemutih, daging celeng, dan ikan asin berformalin. Tak mengherankan jika muncul dugaan bahwa isu semacam ini disengaja untuk menjauhkan konsumen dari pasar tradisional.

Membiarkan kasus ini berlarut-larut semakin menguatkan pandangan bahwa pemerintah memang tidak peduli terhadap kualitas dan keamanan bahan makanan. Contoh lain, banyak penelitian secara gamblang telah mengungkapkan banyak jajanan sekolah mengandung zat berbahaya. Tapi sampai sekarang belum ada langkah sistematis untuk mengatasinya.

Kita adalah apa yang kita makan. Bahan makanan yang buruk, apalagi yang beracun, hanya akan menghasilkan masyarakat yang sakit, sekarat, kurang gizi, dan kurang cerdas. Karena itu, pemerintah jangan anggap enteng isu kualitas dan keamanan bahan makanan. Selesaikan kasus ini segera. Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan POM juga perlu secepatnya membuat sistem pengawasan bahan pangan yang ketat, efisien, dan berkala agar masalah semacam ini tak terjadi lagi.

Berita terkait

5 Tips Atasi Mata Panda

10 menit lalu

5 Tips Atasi Mata Panda

Paparan sinar matahari yang berlebihan juga bisa memperburuk kondisi mata panda Anda.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga 1: Persebaya Surabaya Kalahkan Persik Kediri 2-1

10 menit lalu

Hasil Liga 1: Persebaya Surabaya Kalahkan Persik Kediri 2-1

Persebaya Surabaya berhasil menutup perjalanan di Liga 1 2023-2024 dengan kemenangan atas Persik Kediri.

Baca Selengkapnya

Prabowo Mengaku Disiapkan Jokowi dengan Matang untuk Jadi Presiden

12 menit lalu

Prabowo Mengaku Disiapkan Jokowi dengan Matang untuk Jadi Presiden

Prabowo mengungkapkan hal itu di acara PBNU.

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

19 menit lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

25 menit lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

25 menit lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya

Kenali Perbedaan Mata Panda dan Kantung Mata

47 menit lalu

Kenali Perbedaan Mata Panda dan Kantung Mata

Rasa lelah dan juga berkurangnya waktu tidur selalu dikaitkan dengan munculnya mata panda hingga kantung mata. Apa bedanya?

Baca Selengkapnya

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

59 menit lalu

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

Menurut studi HAYPP, Athena, ibukota Yunani menduduki peringkat pertama kota yang memiliki aroma paling harum

Baca Selengkapnya

Fakta Mulut yang Unik dan Anda Mungkin Belum Tahu

1 jam lalu

Fakta Mulut yang Unik dan Anda Mungkin Belum Tahu

Mulut adalah bagian tubuh penting dan pintu saluran pencernaan. Berikut fakta menarik dan aneh terkait mulut sebagai organ yang kompleks.

Baca Selengkapnya

PBNU Pastikan Kerja Sama dengan Pemerintah Prabowo-Gibran, Yahya Staquf: Ini Soal Politik

1 jam lalu

PBNU Pastikan Kerja Sama dengan Pemerintah Prabowo-Gibran, Yahya Staquf: Ini Soal Politik

Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, memastikan, PBNU akan bekerja sama dengan pemerintah Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya