KAA, Konflik Timur Tengah, dan Indonesia

Penulis

Rabu, 22 April 2015 01:36 WIB

Muhammad Ja’far, Pengamat Politik Timur Tengah



Konflik Timur Tengah dan persoalan radikalisme merupakan salah satu isu penting yang dibicarakan dalam peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2015 di Indonesia (Koran Tempo, 20 April 2015). Dalam kancah politik global, saat ini persoalan tersebut menjadi salah satu hal yang cukup urgen. Persoalan radikalisme tidak lagi terbatas sebagai problem di kawasan timur tengah, tapi juga meluas ke berbagai negara Asia, Eropa, dan Afrika sendiri.


Banyak negara kini sedang menghadapi ancaman radikalisme transnasional dengan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) sebagai organisasi teraktualnya. Ini metamorfosis dari problem terorisme yang penanganannya tidak tuntas dengan pendekatan solusi yang salah. Pada saat yang sama, stabilitas politik di Timur Tengah juga mengalami degradasi yang sangat signifikan selama 4 tahun terakhir. Agenda revolusi menjelma menjadi bola liar yang memantul ke segala arah kepentingan politik-ekonomi. Bahkan, di negara seperi Libya, Tunisia, dan Suriah, spirit perubahan secara revolusioner dalam batas tertentu justru berbalik arah menjadi ancaman radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.


Pembahasan dua isu tersebut dalam KAA menjadi signfikan karena negara-negara yang hadir dalam konferensi tersebut juga merupakan subyek-subyek yang terkait langsung ataupun tidak langsung dengan fenomena tersebut. Beberapa negara Timur Tengah hadir dalam konferensi ini, seperti Mesir, Turki, Iran, Palestina, Irak, dan negara lainnya. Di sisi lain, konferensi tersebut dihadiri negara-negara yang berpotensi menjadi mediator proses komunikasi dan interaksi antarnegara terkait. Indonesia salah satunya.


Indonesia bukan hanya memiliki peran historis yang sentral dalam terbentuknya KAA, tapi juga mewakili spirit dasarnya. Konflik antarnegara Timur Tengah serta ancaman radikalisme sangat terkait dengan absennya paradigma moderatisme dan toleransi dalam beragama. Ketika menginisiasi terbentuknya KAA, spirit utama yang diusung oleh para pendiri bangsa adalah perdamaian dunia dan keadilan global. Presiden Sukarno dan beberapa pemimpin karismatik dari negara Asia dan Afrika berniat menularkan dua spirit tersebut ke tingkat global. Inilah signfikansi KAA sebagai sebuah spirit, dan Indonesia merupakan salah satu inisiator.


Advertising
Advertising

Wajah Islam moderat yang berkembang selama berabad-abad di Indonesia adalah corak ideal yang didambakan oleh negara-negara Timur Tengah. Bahkan, dalam batas tertentu, kesejukan Islam Indonesia merupakan imajinasi politik-sosial yang mereka impikan tapi terasa “mustahil” diwujudkan. Kejenuhan pada konflik politik berbalut agama membuat negara-negara tersebut menoleh ke Indonesia sebagai prototipe Islam yang menenangkan. Di negeri ini, agama bersanding mesra dengan kebudayaan untuk membangun perdamaian dan toleransi.


Meski belakangan dihantui ancaman radikalisme berbalut baju Negara Islam Irak-Suriah (ISIS), resistansi masyarakat sipil terhadap paham ini masih cukup tinggi, terutama di bawah bendera organisasi kemasyarakatan, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dua elemen sipil ini adalah modal sosial yang tidak kita temukan di negara-negara Timur Tengah. Kedua ormas ini telah memberikan kontribusi penting dalam sejarah berdirinya bangsa dan negara Indonesia dengan spirit utama perdamaian, toleransi, serta keadilan.


Pilar-pilar sosial-keislaman seperti inilah yang sangat dirindukan oleh negara-negara Timur Tengah. Kelebihan Indonesia dibanding negara Timur Tengah adalah kekuatan pilar sipilnya. Pada sisi lain, kekurangan Indonesia yang kadang muncul adalah kurang optimalnya negara dalam menjalankan perannya, sehingga kerap disubstitusi oleh kekuatan sipil. Namun, secara umum, toleransi dan perdamaian cukup membudaya dalam kehidupan beragama di negeri ini.


Ancaman paham ISIS merupakan salah satu problem aktual yang penyelesaiannya butuh sinergi antara negara di kawasan Asia dan Afrika. Radikalisme yang ditebarkan ISIS memiliki kemampuan infiltrasi lintas negara. Fenomena berkumpulnya (meeting point) para milisi dari berbagai negara di Suriah-Irak untuk berafiliasi dengan ISIS merupakan salah satu bukti konkret latennya paham ini. Banyak negara kini sedang menghadapi gejala tersebut, termasuk Indonesia. Pemicu keberangkatan para milisi tersebut bukan hanya persoalan ekonomi, tapi juga paradigmatik. Di negara-negara maju dengan basis kesejahteraan yang cukup tinggi, seperti negara Eropa, tidak sedikit warga negara yang memilih berangkat “berjihad” bersama ISIS. Adapun kanal-kanal sosial-kultural yang membantu negara dalam menjalankan tanggung jawabnya menciptakan perdamaian dan toleransi tidak sebanyak di Indonesia.


Tentu saja, dibanding kompleksitas persoalan konflik Timur Tengah dan radikalisme, KAA hanya forum temporer saja yang butuh tindak lanjut secara nyata. Sebagai pemijakan spirit, forum ini bisa cukup membantu merangkai asa perdamaian dan toleransi. Indonesia memiliki cukup variabel untuk merangkai asa tersebut: Islam, kebudayaan, dan toleransi. *









Berita terkait

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

12 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Dosen Hubungan Internasional Unair: Indonesia Bisa Ajak Negara Peserta KAA untuk Tekan Israel

24 November 2023

Dosen Hubungan Internasional Unair: Indonesia Bisa Ajak Negara Peserta KAA untuk Tekan Israel

Rumah Sakit Indonesia di Gaza berada dalam kondisi luluh lantah akibat serangan oleh Israel, peristiwa tersebut pun turut direspon oleh Dosen HI Unair.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Kedubes Palestina, Hasto PDIP: Hubungan Batin Bung Karno dan Megawati dengan Palestina Sangat Kuat

10 Oktober 2023

Kunjungi Kedubes Palestina, Hasto PDIP: Hubungan Batin Bung Karno dan Megawati dengan Palestina Sangat Kuat

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengunjungi Kedutaan Besar Palestina untuk menyatakan dukungan kepada Palestina.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

24 September 2023

Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

Menlu Retno menyampaikan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh.

Baca Selengkapnya

Ridwan Kamil dan Atalia Praratya Berpisah dengan Gedung Pakuan Usai Purnatugas Gubernur Jawa Barat

9 September 2023

Ridwan Kamil dan Atalia Praratya Berpisah dengan Gedung Pakuan Usai Purnatugas Gubernur Jawa Barat

Masa jabtan Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat telah berakhir. Ia dan istrinya Atalia Praratya meninggalkan rumah dinas Gedung Pakuan.

Baca Selengkapnya

Delegasi 5 Negara Ramaikan Parade Asia Africa Festival di Bandung Hari ini

29 Juli 2023

Delegasi 5 Negara Ramaikan Parade Asia Africa Festival di Bandung Hari ini

Asia Africa Festival mengingatkan kembali peristiwa Konferensi Asia Afrika yang terjadi di Bandung pada 18-24 April 1955.

Baca Selengkapnya

Bandung Bakal Gelar Festival Asia Afrika Akhir Pekan ini, Museum Tutup Sementara

24 Juli 2023

Bandung Bakal Gelar Festival Asia Afrika Akhir Pekan ini, Museum Tutup Sementara

Festival Asia Afrika berupa karnaval atau parade di sepanjang jalan bersejarah di Kota Bandung itu terhenti tiga tahun selama karena pandemi.

Baca Selengkapnya

Profil Acil Bimbo, Kakek Aktris Adhisty Zara yang Sempat Larang Terjun di Dunia Hiburan

10 Juli 2023

Profil Acil Bimbo, Kakek Aktris Adhisty Zara yang Sempat Larang Terjun di Dunia Hiburan

Acil Bimbo pernah melarang cucunya, Adhisty Zara terjun di dunia hiburan. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Pernah Punya Mendikbud Perempuan Artati Marzuki Sudirdjo, Ini profilnya

20 April 2023

Indonesia Pernah Punya Mendikbud Perempuan Artati Marzuki Sudirdjo, Ini profilnya

Artati Marzuki Sudirdjo menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Mendikbud. Lantas, siapakah Artati sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Kenapa Konferensi Asia Afrika Digelar 18-23 April 1955: Salah Satunya Sebelum Masuk Bulan Ramadan

18 April 2023

Kenapa Konferensi Asia Afrika Digelar 18-23 April 1955: Salah Satunya Sebelum Masuk Bulan Ramadan

Konferensi Asia Afrika, yang awalnya diprediksi 10 hari dipangkas separuhnya dan negara-negara sepakat supaya konferensi selesai pada 23 April 1955

Baca Selengkapnya