Matahari Kembar di Polri?

Penulis

Jumat, 24 April 2015 02:08 WIB

JOKO RIYANTO, alumnus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta


Komisaris Jenderal Budi Gunawan dilantik menjadi Wakil Kepala Kepolisian RI dalam upacara tertutup di Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu (22 April 2015). Anehnya, pelantikan itu sangat singkat dan hanya dihadiri sejumlah perwira tinggi Polri serta seorang anggota Komisi Kepolisian Nasional.


Kita layak bertanya: mengapa harus Budi Gunawan? Padahal Presiden Jokowi membatalkan Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri dengan alasan sosiologis, yakni untuk “menjaga ketenangan dalam masyarakat”. Dulu, salah satu kegaduhan politik yang cukup signifikan adalah pengusulan dan pengangkatan BG sebagai calon Kapolri. Sekarang justru Jokowi merestui BG dan dilantik sebagai Wakil Kepala Polri (Wakapolri). Padahal penolakan masyarakat terhadap BG sebagai Wakapolri sangat kuat. Ini artinya, Presiden mengabaikan alasan “demi ketenangan publik”. Ia memilih memenuhi desakan partai-partai politik. Ia pun seolah memberi legitimasi terhadap klaim elite kepolisian bahwa pelantikan kemarin merupakan “rehabilitasi atas nama baik BG” (Koran Tempo, 23 April 2015).


Sejumlah koalisi masyarakat sipil khawatir akan munculnya potensi dualisme kepemimpinan atau “matahari kembar” di Polri. Mereka khawatir Kapolri Badrodin Haiti tidak akan efektif memimpin karena memiliki wakil dengan pengaruh yang sangat besar di tubuh Polri. Saya justru lebih khawatir Badrodin Haiti hanya dijadikan “Kapolri boneka”. Bukan tidak mungkin, Badrodin akan “disetir” oleh BG dalam setiap kebijakannya karena BG punya pengalaman, kepandaian, dan pengaruh kuat dalam Polri. Apalagi, anak buah BG menduduki posisi strategis, seperti Budi Waseso yang menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Viktor Edison Simanjuntak sebagai Direktur Tindak Pidana Khusus, dan Anton Charliyan yang menjadi Kepala Divisi Humas.


Namun Kapolri Jenderal Badrodin Haiti telah menegaskan bahwa tak ada “matahari kembar” di tubuh Polri. Dia memastikan tak ada perpecahan dengan memilih Komjen BG sebagai Wakapolri. “Saya Kapolri. Saya pegang komando. Semua ikut perintah saya,” kata Badrodin. Kita belum sepenuhnya percaya atas penegasan Kapolri. Maka adalah tugas kita bersama masyarakat untuk terus mengawasi kinerja pimpinan Polri. Potensi “matahari kembar” di Polri memang harus diwaspadai, tapi satu hal yang terpenting adalah menyangkut status tersangka yang ditetapkan oleh KPK terhadap BG.


Advertising
Advertising

Meski status tersangka digugurkan oleh putusan praperadilan kontroversial Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, proses hukum BG sebenarnya belum menyentuh substansi perkaranya. Kasus BG telah dilimpahkan ke kepolisian, ini artinya “jeruk makan jeruk”. Publik curiga kasus BG akan dihentikan, apalagi berkas kasus BG akan ditangani anak buah BG. Nah, supaya tidak ada anggapan ada “matahari kembar” di Polri, kepolisian harus independen dan profesional menuntaskan kasus hukum BG.


Sebaiknya Presiden Jokowi memerintahkan Kapolri agar terbuka menyikapi kasus BG. Sangat baik langkah Polri yang ingin melakukan gelar perkara kasus BG. Dengan demikian, Polri tidak terus-terusan dicurigai melindungi orang-orangnya sendiri dan menghapus stigma polisi korup. *

Berita terkait

Setyo Wasisto: Jangan Adu Domba Polri dan KPK, Ini Tahun Politik

10 Oktober 2018

Setyo Wasisto: Jangan Adu Domba Polri dan KPK, Ini Tahun Politik

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengimbau agar polemik yang terjadi antara Polri dan KPK tak diperpanjang.

Baca Selengkapnya

Kapolri Tito: Densus Tipikor Dibentuk Setelah Pansus KPK Reda

29 Desember 2017

Kapolri Tito: Densus Tipikor Dibentuk Setelah Pansus KPK Reda

Rencana Kapolri membentuk Detasemen Khusus (Densus) Antikorupsi akan dilanjutkan setelah perseteruan KPK dengan DPR mereda.

Baca Selengkapnya

Ditanya Soal Cicak vs Buaya Jilid 4, Jubir KPK: Fokus Masing-Masing Saja

10 November 2017

Ditanya Soal Cicak vs Buaya Jilid 4, Jubir KPK: Fokus Masing-Masing Saja

Menurut Febri dalam tugas KPK menangani kasus-kasus besar, ada kemungkinan terganggu dengan berbagai hal baik isu hukum maupun non hukum.

Baca Selengkapnya

SPDP Pimpinan KPK, Direktur LBH: Indikasi Cicak Vs Buaya Jilid 4

10 November 2017

SPDP Pimpinan KPK, Direktur LBH: Indikasi Cicak Vs Buaya Jilid 4

Direktur LBH Jakarta Alghiffari Aqsa mengatakan terbitnya SPD dua pimpinan KPK merupakan adanya indikasi Cicak versus Buaya jilid 4.

Baca Selengkapnya

SPDP Bos KPK Akan Picu Cicak vs Buaya 4: Kapolri Tito Menjawab

9 November 2017

SPDP Bos KPK Akan Picu Cicak vs Buaya 4: Kapolri Tito Menjawab

Tito Karnavian menyampaikan komitmen tidak ingin membuat gaduh antara Polri dan KPK.

Baca Selengkapnya

Polri Minta Rencana Pendirian Densus Antikorupsi Tak Jadi Polemik

26 September 2017

Polri Minta Rencana Pendirian Densus Antikorupsi Tak Jadi Polemik

Menurut Syafruddin, keberadaan Densus Antikorupsi akan menopang kinerja KPK, sebab fokus KPK adalah memicu pemberantasan korupsi.

Baca Selengkapnya

Aktivis Anti Korupsi Usul Direktur Penyidikan KPK Dicopot  

30 Agustus 2017

Aktivis Anti Korupsi Usul Direktur Penyidikan KPK Dicopot  

Aktivis mencatat tiga pelanggaran yang dilakukan Direktur Penyidikan KPK Brigjen Pol Aris Budiman.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kapolri Soal Telegram Rahasia

26 Desember 2016

Penjelasan Kapolri Soal Telegram Rahasia

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan jika ada yang berbuat satu, ada yang bermasalah satu, maka akan mempengaruhi citra institusi.

Baca Selengkapnya

Telegram Rahasia yang Dianggap Langkah Mundur Polisi

26 Desember 2016

Telegram Rahasia yang Dianggap Langkah Mundur Polisi

Sumber Tempo menyebutkan surat telegram itu diterbitkan lantaran sejumlah polisi sedang terjerat masalah hukum di KPK.

Baca Selengkapnya

Bebas, Akankah Antasari Azhar Terjun ke Politik?  

10 November 2016

Bebas, Akankah Antasari Azhar Terjun ke Politik?  

Antasari Azhar menyatakan ingin menjadi wartawan. "Biar kita saling tulis," katanya.

Baca Selengkapnya