Setelah FIFA, Menunggu PSSI

Penulis

Kamis, 4 Juni 2015 00:09 WIB

Pengunduran diri Sepp Blatter dari kursi Presiden Federation Internationale de Football Association (FIFA) menandai babak baru upaya memperbaiki manajemen sepak bola di muka bumi ini. Tak terkecuali di Indonesia.

Momen ini mesti dimaknai sebagai pintu masuk untuk mengungkap skandal suap, pemerasan, dan pencucian uang di tubuh FIFA yang diduga terjadi selama dua masa kepengurusan terakhir Blatter. Dunia olahraga menjunjung tinggi sportivitas, sehingga keterbukaan dan kejujuran harus menjadi fondasi.

Blatter, yang selama empat periode memimpin organisasi sepak bola sejagat itu, mundur di tengah ketidakpercayaan internasional. Aparat hukum Amerika Serikat membidik Blatter setelah pada Rabu pekan lalu tujuh petinggi FIFA, dari total 14 yang diduga terlibat, ditangkap kepolisian Swiss di Hotel Baur Au Lac, Zurich. Mereka dicokok lantaran terlibat suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2010 dan pemilihan Presiden FIFA pada 2011.

Amerika juga mengendus keterlibatan Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke dalam penyuapan Presiden Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara dan Tengah (CONCACAF), Jack Warner, untuk melicinkan jalan Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. Suap sebesar US$ 10 juta ini diduga diberikan pada 2008. FIFA memecat Valcke. Tapi, delapan bulan kemudian, Blatter menjadikan dia sekretaris jenderal sejak akhir Mei lalu.

Valcke dikenal dekat dengan para petinggi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang sekarang sedang disorot dalam kaitan isu mafia sepak bola nasional. Hubungan Valcke dengan PSSI kembali menjadi isu hangat setelah muncul dugaan bahwa surat sanksi FIFA berupa larangan Indonesia berlaga di perhelatan internasional tanpa batas waktu dibikin di Indonesia, bukan di Swiss, kantor pusat FIFA.

Advertising
Advertising

Ada baiknya petinggi PSSI mencontoh Blatter. Kiblat terhadap FIFA, yang selama ini selalu dipegang teguh oleh PSSI, semestinya tak hanya menyangkut aturan organisasi, tapi juga etika dan norma. Mundur dari jabatan untuk memberi kesempatan mengevaluasi PSSI dan pengusutan hukum terhadap petingginya bukan tindakan hina. Hal ini justru bisa menjadi acuan baru bagi tata kelola dan etika organisasi olahraga.

Seperti halnya Blatter, publik kebanyakan tak mempercayai kepengurusan PSSI hasil kongres di Surabaya pada April lalu. Pembekuan PSSI oleh pemerintah juga tak lepas dari soal kepercayaan, selain soal pelaksanaan aturan sepak bola nasional. Kasus hukum yang menimpa La Nyalla Mattalitti sudah dipersoalkan publik sebelum dia terpilih menjadi Ketua Umum PSSI. Bahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi sudah menyampaikan masalah itu kepada FIFA. Toh, FIFA diam saja.

Sekarang, FIFA dan PSSI menghadapi tantangan yang sama. Para petinggi kedua organisasi itu diuji untuk bertindak sportif dan transparan. Seperti yang dilakukan Blatter.

Berita terkait

Cerita Keluarga Cemara akan Dikemas Panggung Musikal, Ada 30 Show dalam Sebulan

10 menit lalu

Cerita Keluarga Cemara akan Dikemas Panggung Musikal, Ada 30 Show dalam Sebulan

Teater musikal dengan tajuk 'Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara' ini akan digelar selama hampir satu bulan.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024: Mendagri Sebut DP4 Capai 207 Juta Jiwa

12 menit lalu

Pilkada 2024: Mendagri Sebut DP4 Capai 207 Juta Jiwa

Mendagri mengingatkan agar KPU melindungi keamanan data pemilih untuk Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

10 Rekomendasi Tablet untuk Menggambar dengan Fitur Menarik

16 menit lalu

10 Rekomendasi Tablet untuk Menggambar dengan Fitur Menarik

Jika Anda sedang mencari tablet untuk menggambar dengan fitur yang mumpuni, simak rekomendasi tablet untuk menggambar berikut ini.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Jakarta Electric PLN 3-1, Giovanna Milana Jadi Bintang

16 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Jakarta Electric PLN 3-1, Giovanna Milana Jadi Bintang

Giovanna Milana menjadi pemain bintang saat membawa tim bola voli putri Jakarta Pertamina Enduro (JPE) memetik kemenangan atas Jakarta Electric PLN.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh Waktu 80 Tahun untuk Bangun Kembali Rumah-rumah di Gaza yang Dibom

16 menit lalu

PBB: Butuh Waktu 80 Tahun untuk Bangun Kembali Rumah-rumah di Gaza yang Dibom

Laporan terbaru UNDP menemukan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali rumah-rumah Gaza yang hancur dibom adalah 80 tahun.

Baca Selengkapnya

Terungkap Alasan Lenny Kravitz Pakai Celana Kulit Ketat saat Olahraga

31 menit lalu

Terungkap Alasan Lenny Kravitz Pakai Celana Kulit Ketat saat Olahraga

Video Lenny Kravitz saat latihan beban di gym menjadi viral, gara-gara pilihan busananya. Jadi apa alasannya memakai busana seperti itu?

Baca Selengkapnya

Bukan Penyakit, Ini yang Perlu Dipahami soal Mual

33 menit lalu

Bukan Penyakit, Ini yang Perlu Dipahami soal Mual

Mual merupakan gejala dibanding kondisi kesehatan. Apa saja penyebabnya dan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya?

Baca Selengkapnya

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

47 menit lalu

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

Pemasangan dinding diharapkan bisa mencegah orang berkumpul di seberang jalan untuk mengambil foto Gunung Fuji di Jepang dan mengganggu sekitar.

Baca Selengkapnya

Survei Pilwalkot Bogor 2024: Elektabilitas Sekpri Iriana Jokowi Buntuti Petahana Dedie A Rachim

48 menit lalu

Survei Pilwalkot Bogor 2024: Elektabilitas Sekpri Iriana Jokowi Buntuti Petahana Dedie A Rachim

Ada sejumlah tokoh yang didagang mau dalam Pilwalkot Bogor 2024, termasuk Sekpri Iriana Jokowi dan eks Wakil Wali Kota Bogor.

Baca Selengkapnya

Honda Beat Populer di Indonesia, Ini Jenis Skuter Matik di Beberapa Negara

48 menit lalu

Honda Beat Populer di Indonesia, Ini Jenis Skuter Matik di Beberapa Negara

Skuter matik memiliki fitur-fitur modern. Kepopuleran dapat dipengaruhi beberapa faktor.

Baca Selengkapnya