TEMPO.CO, Jakarta - Marita Suciningtyas, Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM
Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan oleh berita penggerebekan salah satu industri nata de coco di daerah Sleman DIY. Hal itu terjadi karena industri tersebut diduga mengoplos nata de coco dengan pupuk ZA. Bagi masyarakat awam, tentunya berita tersebut langsung menimbulkan kekhawatiran.
Mungkin bagi orang awam, begitu mendengar ZA, pasti yang terlintas di benaknya adalah pupuk. ZA merupakan singkatan dari zwavelzure ammoniak (bahasa Belanda). ZA tersebut merupakan amonium sulfat ((NH4)2SO4). Selain sebagai pupuk tanaman, ZA digunakan untuk memurnikan protein di dalam laboratorium, dan sebagai zat tambahan pangan. Yaa… zat kimia yang ditambahkan dalam pembuatan roti (bread) untuk meningkatkan kualitas teksturnya (Bakerpedia, http://bakerpedia.com/ammonium-sulfate/).
US Food and Drug Administration (FDA) memasukkan ZA ke daftar zat tambahan pangan aman (Generally Recognized As Safe (GRAS)) yang ditambahkan langsung ke makanan, dengan catatan sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practice (GMP), tidak lebih dari 0,15 persen untuk produk roti, 0,1 persen untuk produk gelatin dan puding (CFR, FDA).
Dalam pembuatan nata de coco, amonium sulfat (ZA) berfungsi sebagai sumber nitrogen untuk merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Dalam pertumbuhannya, bakteri Acetobacter xylinum membutuhkan keberadaan unsur nitrogen. Nah, jadi unsur ZA itu digunakan sebagai sumber nitrogen untuk kehidupan bakteri Acetobacter xylinum selama proses fermentasi, di mana dapat meningkatkan produktivitas bakteri dalam mengubah gula dalam air kelapa menjadi serat selulosa. Unsur ZA yang ditambahkan nantinya juga akan habis termakan bakteri seiring dengan berjalannya proses fermentasi.
Perlu ditekankan bahwa penambahan ZA dalam proses pembuatan nata de coco adalah media pertumbuhan bakteri dan tidak ada kaitan dengan unsur ZA untuk membentuk nata, karena nata de coco itu tersusun dari serat selulosa. Penambahan ZA dalam pembuatan nata de coco juga sangat kecil takarannya, hanya berkisar 3-5 gram per liter air kelapa. Perlu diketahui juga, setelah pemanenan, nata akan melalui proses pembilasan secara berulang dan proses perebusan. Melalui proses tersebut, tinggalan ZA pun dapat hilang.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh, ada sebuah industri nata de coco yang menggunakan pupuk ZA yang telah melakukan pengujian terhadap produknya. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa nata mereka terbebas dari cemaran logam yang dikhawatirkan.
Meskipun demikian, apakah masyarakat dapat menerima? Mungkin tidak bisa disejajarkan antara hazard dan etika. Bisa saja memang produk nata de coco yang diproduksi menggunakan bahan tambahan pupuk ZA tidak berbahaya, tapi etika dalam pengolahan pangan itu tidak dibenarkan. Ya, kalau ada bahan ZA yang food grade (sesuai dengan standar mutu pangan), produsen seharusnya menggunakan bahan tambahan tersebut untuk memproduksi produknya.
Jadi, menurut saya, masalahnya lebih kepada etika pengolahan pangan dan penerimaan konsumen. Juga mengenai ketersediaan bahan ZA yang food grade tersebut.
Berita terkait
Bamsoet Dorong Peningkatan Ekspor Produk Olahan Makanan dan Buah
23 Januari 2024
Bambang Soesatyo, mengungkapkan apresiasi terhadap rencana kerjasama antara PT Banjarnegara Agro Mandiri Sejahtera (PT BAMS) dengan Singapore Food Industry.
Baca SelengkapnyaBamsoet Dorong Peningkatan Industri Makanan Minuman
5 Januari 2024
Bambang Soesatyo mendorong berkembangnya industri makanan dan minuman di tanah air.
Baca SelengkapnyaIndustri Bumbu Masakan Ikut Food Ingredients Asia 2023, Kemenperin: Ekspansi Pasar Global
8 Oktober 2023
Kementerian Perindustrian atau Kemenperin mendorong pelaku industri bumbu masakan untuk berekspansi dan memasarkan produk-produknya di pasar global.
Baca SelengkapnyaMenperin Agus Gumiwang: Industri Makanan dan Minuman Berpotensi Menjadi Pemain Kunci Pasar Global
7 Oktober 2023
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri makanan dan minuman berpotensi menjadi pemain kunci pasar global.
Baca SelengkapnyaBPS Sebut Impor Indonesia Juni 2023 Turun 19,40 Persen
17 Juli 2023
BPS mencatat nilai impor Indonesia Juni 2023 mencapai US$ 17,15 miliar atau turun 19,40 persen dibandingkan Mei 2023 sebesar US$ 21,28 miliar.
Baca SelengkapnyaHannover Messe 2023, Industri Makanan dan Minuman RI Diharapkan Tampilkan Teknologi 4.0
19 Maret 2023
Indonesia berpartisipasi sebagai official partner country pada pameran teknologi industri internasional Hannover Messe 2023.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Superfood, Makanan Sehat atau Klaim Industri Pangan?
9 Maret 2023
Istilah superfood pertama kali dibuat oleh industri makanan sehat
Baca SelengkapnyaHadir Kembali Offline, 300 Produsen Makanan dan Minuman Ramaikan di Fi Asia JIExpo
8 September 2022
Food Ingredients Asia bertujuan untuk mendorong pertumbuhan serta mengikuti tren pasar secara berkelanjutan di industri makanan dan minuman.
Baca SelengkapnyaKemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman Jadi Mesin Pertumbuhan Industri Nonmigas
7 September 2022
Industri makanan dan minuman tumbuh 3,68 persen pada kuartal II tahun 2022.
Baca SelengkapnyaAlasan Kemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman Bisa Tumbuh 7 Persen
7 September 2022
Optimisme industri makanan dan minuman tumbuh 7 persen ditunjukkan dengan geliat kegiatan wisata masyarakat.
Baca Selengkapnya