Rakus

Penulis

Senin, 17 Desember 2007 00:00 WIB

Apa yang bisa membebaskan kita dari keserakahan?

Malam itu saya duduk di antara 800 penonton konser penghormatan buat kedua pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2007 di Balai Konser Spektrum, Oslo. Di panggung yang terang, Al Gore berdiri berdampingan dengan Rajendra Pachauri, Ketua Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC).

Orang India berumur 67 tahun itu tak banyak dikenal sebelumnya. Rambut dan janggutnya memanjang, dan dibiarkan putih secercah di sebelah kiri, hingga raut mukanya angker. Dalam upacara pemberian Hadiah Nobel malam sebelumnya di Balai Kota Oslo ia mengenakan jas tutup dengan saputangan hijau tersisip di saku, dan berpidato dengan nada membosankan. Kini, di panggung Spektrum itu, ia bisa lucu: "Kolega saya hanya mengenal saya dengan nama julukan 'Pachi', tapi sekarang, berkat hadiah Nobel, mereka tahu nama saya 'Pachauri'."

Ia tampak lebih kharismatik ketimbang Al Gore, dan lebih mampu menggugah hati. Di panggung itu, di antara hiasan dua lengkung besar bak gading raksasa yang terkadang menyala gemerlap oleh ribuan watt tata lampu, Pachauri mengutip Gandhi: "Yang disediakan bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan tiap orang, tapi tidak untuk memenuhi keserakahan tiap orang."

Saya tak tahu apakah kata-kata itu bakal punya efek. Konser itu menenggelamkan suara lain, apalagi yang khidmat. Di balai besar itu yang hadir adalah gerak dan lagu Kyle Minogue, Alicia Keys, Earth Wind & Fire, Annie Lennox, Melissa Etheridge ("I need to Wake Up," dalam film An Inconvenient Truth), dan panggung tampil gembira, gemerlap, gemuruh dengan gitar listrik dan perkusi.

Advertising
Advertising

Berapa kilowatt dikerahkan untuk acara yang hendak mengumandangkan semangat hemat energi itu? Saya tak tahu apakah Pachauri bertanya. Di sebelahnya berdiri dua bintang Hollywood yang jadi pembawa acara, Kevin Spacey yang necis dan Uma Thurman yang gilang gemilang dengan gaun panjang kehijauan yang mengkilap.

Pachauri tak tampak terkesima, tapi tak juga merengut. Mengenakan jas warna gelap dengan dasi merah yang tak mencolok, glamor tak menyentuhnya. "I hate shopping," kata Pachauri kepada Kevin Spacey. "Saya hanya membeli apa yang saya butuhkan."

"Yang saya butuhkan", bukan "yang saya hasratkan." Beda kedua kalimat itu adalah beda antara yang lumrah dan yang serakah. Tapi kian lama garis itu kian kabur. Glamor adalah penyakit menular di panggung dunialewat pertunjukan mode, konser besar para bintang pop dan rock, film Hollywood, film Bollywood, iklan, media, dan seluruh hasil industri budaya. Dari sana lahir kebutuhan baru yang sebenarnya bukan kebutuhan, melainkan hasrat untuk tak ketinggalan. Rasa iri adalah daya yang dahsyat. Ialah kekuatan rahasia yang membangun pola konsumsi dari mal ke mal, menggerakkan produksi dan melebarkan distribusi.

Iri, dan bersama itu rakus.

Konon, iri dan rakus terbit dari rasa cemas. Tapi tampaknya ada dinamika lanjut yang menyebabkan seseorang merasa tak hanya butuh satu mobil, tapi 10 mobil Porsche dan Jaguar, atau merasa perlu membeli dan membeli lagi rumah dan tanah, di samping menyimpan uangnya bermiliar-miliar dalam bank untuk mendapatkan hasil lebih banyak. Orang-orang macam itu rasanya tak tergerak oleh rasa iri (mereka sudah ada di puncak) atau oleh rasa cemas akan kelangkaan (mereka sudah berlebih) kecuali kalau mereka sedikit sakit jiwa dan ingin membeli juga masa depan.

Masa depan memang perlu dikuasai. Tapi bukankah rasa cemas di balik keinginan menguasai ituyang membuat orang menimbun mobil, rumah, uangjustru membuat rasa cemas baru, karena planet ini dengan demikian akan tak habis-habisnya dikuras sampai kering dan kelangkaan akan berkecamuk?

"Yang disediakan bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan tiap orang, tapi tidak untuk memenuhi keserakahan tiap orang," Pachauri mengutip Gandhi. Tapi yang tak bisa dilupakan ialah bahwa "keserakahan tiap orang" hanya sebuah hipotesis. Yang sudah terbukti: keserakahan beberapa orang.

Sejarah kita sekarang adalah sejarah yang dibentuk "superkapitalisme", untuk meminjam istilah Robert B. Reich dalam bukunya, Supercapitalism: The Transformation of Business, Democracy, and Everyday Life. Dengan "superkapitalisme", jurang antara yang kaya dan miskin kian menganga tajam. Di Amerika tahun 2005, 21,2 persen pendapatan nasional tertumpah ke hanya 1 persen pencari nafkah. Di tahun 2005, penghasilan pejabat tertinggi perusahaan Wal-Mart besarnya 900 kali dari upah rata-rata pegawainya. Pendapatan keluarga pemilik perusahaan itu diperkirakan US$ 90 miliar, yang artinya sama dengan jumlah penghasilan 120 juta penduduk Amerika yang miskin.

Tuan bisa katakan, ini memang ketimpangan, tapi ketimpangan tak sama dengan keserakahan. Benar, tapi bukan hanya ketimpangan yang jadi soal. "Superkapitalisme" yang mengelu-elukan Wal-Mart dan Wall Street itu membuat komunitas manusia rapuh. Seperti ditunjukkan Reich, di bawah "superkapitalisme", "lembaga-lembaga yang dulu menghimpun nilai-nilai warga negara telah merosot." Kata "warga negara" jadi masalah; orang telah jadi "investor" atau "konsumen" yang mengutamakan laba bagi diri sendiri. Pengertian common good, atau yang baik bagi bersama, telah sirna. Orang tak perlu merasa bersalah jika punya 10 mobil Jaguar di tengah-tengah jutaan manusia yang melarat dan tak punya kerja.

Tapi bumi makin panas, sumber alam makin rudin, planet terancam punah. Si serakah tak perlu merasa diri serakah dan bersalah, tapi masa depan yang ia sangka dapat dibelinya adalah masa yang rongsokan: hutan habis, ikan punah, udara beracun.

Rasanya bukan hanya imbauan untuk hidup sederhana ketika Pachauri mengatakan, "I hate shopping." Rasanya ia ingin bebas dari keserakahan karena ia tak hendak masuk legiun bunuh diri.

Berita terkait

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

10 menit lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Pertamina Bantah Hapus Pertalite, Tapi Beberapa SPBU Sudah Tak Dapat BBM Subsidi

26 menit lalu

Pertamina Bantah Hapus Pertalite, Tapi Beberapa SPBU Sudah Tak Dapat BBM Subsidi

Pertamina Patra Niaga menampik adanya penghapusan Pertalite menjadi Pertamax Green 95 di seluruh SPBU.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

30 menit lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Mardiono Sebut Gugatan PPP ke MK karena KPU Salah Catat Jumlah Suara

32 menit lalu

Mardiono Sebut Gugatan PPP ke MK karena KPU Salah Catat Jumlah Suara

PPP menilai terdapat perbedaan perhitungan suara versi PPP dengan KPU.

Baca Selengkapnya

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

32 menit lalu

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

Agar tak ada masalah dalam pekerjaan, cobalah hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut meski bos adalah teman sendiri.

Baca Selengkapnya

Cak Imin Berharap PPP Lolos ke Senayan

39 menit lalu

Cak Imin Berharap PPP Lolos ke Senayan

PPP saat ini sedang mengajukan gugatannya sengketa pileg 2024 ke MK.

Baca Selengkapnya

Legenda Sepak Bola Nur Alim Puji Shin Tae-yong, Optimistis Timnas Indonesia Maju ke Final Piala Asia U-23

45 menit lalu

Legenda Sepak Bola Nur Alim Puji Shin Tae-yong, Optimistis Timnas Indonesia Maju ke Final Piala Asia U-23

Legenda Timnas Indonesia asal Bekasi, Nur Alim memuji Shin Tae-yong. Ia percaya pelatih asal Korea itu bisa membawa timnas ke final Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Babak Pertama Skor 0-0

46 menit lalu

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Babak Pertama Skor 0-0

Timnas U-23 Indonesia tak mampu mengembangkan permainan di babak pertama, saat menghadapi Uzbekistan pada semifinal Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

PKB dan PPP Siapkan Lawan Khofifah di Pilkada Jawa Timur

48 menit lalu

PKB dan PPP Siapkan Lawan Khofifah di Pilkada Jawa Timur

PKB dan PPP siap untuk berkoalisi di Pilkada Jawa Timur. Kedua partai siap menghadirkan figur untuk melawan Khofifah Indar Parawansa.

Baca Selengkapnya

PPP Minta Dukungan PKB agar Lolos Ambang Batas Parlemen di Sengketa Pileg 2024

49 menit lalu

PPP Minta Dukungan PKB agar Lolos Ambang Batas Parlemen di Sengketa Pileg 2024

PPP dan PKB juga membahas hubungan kerja sama yang akan dijalin keduanya di gelaran Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya