Apa Kabar Revolusi Mental?

Penulis

Jumat, 15 Mei 2015 03:05 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Agus M. Irkham, pegiat literasi

Delapan bulan sudah, Kabinet Kerja mengelola negeri ini. Di bawah komando Presiden Joko Widodo, para menteri bekerja di bidang yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Meskipun bekerja di bidang yang berbeda, semuanya merujuk kepada satu acuan yang sama, yaitu cita-cita Nawa Cita. Dan salah satu isi Nawa Cita adalah ihwal revolusi mental/karakter bangsa.

Hanya saja frasa yang setahun lalu begitu akrab di telinga dan mata itu kini semakin lamat-lamat terdengar. Bahkan nyaris tak terdengar. Bisa jadi kondisi itu sudah bisa diperkirakan. Apalagi jika revolusi mental diartikan sebagai proses perubahan yang cepat atas cara berpikir suatu bangsa. Karena yang demikian itu, menurut saya, setara dengan upaya seseorang menegakkan benang basah. Mustahil.

Adagium revolusi mental baru dapat diterima dan menjadi visi yang realistis untuk diraih jika diartikan sebagai sebuah upaya yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan paradigma berpikir suatu bangsa melalui cara-cara yang bersifat terstruktur, sistematis, dan dilakukan secara masif. Revolusi itu adalah bingkai dalam konteks cara atau metode, bukan dimensi waktu.

Lantas, bagaimana caranya? Barangkali ada banyak cara. Tapi buat saya, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui bacaan, terutama buku. Penelitian David C. McClelland (1917-1998), psikolog sosial asal Amerika Serikat, telah membuktikan betapa buku bacaan dapat mengubah paradigma berpikir (revolusi mental) suatu bangsa.

Hanya, mencermati apa yang terjadi pada hari-hari ini, naga-naganya ada yang lolos dari perhatian Kabinet Kerja, terutama kementerian yang bertalian dengan (industri) perbukuan. Meskipun saban tahun, setiap 17 Mei kita peringati sebagai Hari Buku Nasional, sampai dengan esai ini saya selesaikan, saya belum mendengar ada program, apalagi gerakan pemerintah, yang memanfaatkan momentum tersebut.

Undang-Undang Sistem Perbukuan Nasional tidak kunjung disahkan. Sebaliknya, Presiden Jokowi justru membubarkan keberadaan Dewan Buku Nasional (DBN). DBN adalah lembaga non struktural yang disahkan melalui Keppres Nomor 110 Tahun 1999. DBN bertugas membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan strategi dalam pengembangan perbukuan, minat dan kegemaran baca-tulis masyarakat, serta kemampuan sumber daya manusia perbukuan secara nasional.

Ketiadaan payung hukum yang melindungi, serta lembaga pemerintah yang secara khusus melakukan pembinaan terhadap dunia perbukuan, membuat noble industry (industri mulia) ini berjalan tanpa ada arah tujuan dan visi yang jelas.

Keadaan tersebut berakibat pada masih berlangsungnya ketimpangan buku yang lebar antara Jawa dan luar Jawa, terutama di kawasan timur Indonesia. Baik dari sisi distribusi buku maupun jumlah penerbit dan penulis. Jadi, jika ada yang berbicara bahwa minat baca masyarakat tinggi, industri perbukuan terus tumbuh, serapan pasar semakin meningkat, sesungguhnya ia baru berbicara tentang Jawa, bukan Indonesia. Semoga saja fakta seperti itu tidak terus berlarut-larut, sehingga dalam cita-cita melakukan revolusi mental "tidak semakin jauh panggang dari api".


Berita terkait

Unggah Foto Bareng Susi Pudjiastuti, Jonan: We Will Do More

27 Oktober 2019

Unggah Foto Bareng Susi Pudjiastuti, Jonan: We Will Do More

Mantan Menteri ESDM, Ignasius Jonan, mengunggah potret hitam-putih berisi kenang-kenangan bersama bekas koleganya, Susi Pudjiastuti.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Unik Perpisahan Kabinet Kerja Jokowi Jilid I

19 Oktober 2019

5 Fakta Unik Perpisahan Kabinet Kerja Jokowi Jilid I

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mennggelar acara silaturahmi bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan menteri Kabinet Kerja Jokowi di Istana Negara.

Baca Selengkapnya

Menteri M. Nasir Mengaku Sudah Siapkan Landasan untuk Ristekdikti

18 Oktober 2019

Menteri M. Nasir Mengaku Sudah Siapkan Landasan untuk Ristekdikti

Nasir juga mendorong agar badan riset dan inovasi nasional segera dibentuk di pemerintahan Jokowi mendatang.

Baca Selengkapnya

Kabinet Kerja Bubar, Budi Karya Kemas Barang dari Rumah Dinas

18 Oktober 2019

Kabinet Kerja Bubar, Budi Karya Kemas Barang dari Rumah Dinas

Sejumlah menteri mulai mengemas barangnya dari rumah dinas, termasuk Budi Karya.

Baca Selengkapnya

Perpisahan Kabinet Kerja, Jokowi Sebut Setiap Hari Adalah Spesial

18 Oktober 2019

Perpisahan Kabinet Kerja, Jokowi Sebut Setiap Hari Adalah Spesial

Jokowi menyatakan setiap hari adalah hari yang spesial dalam kabinet kerja jilid I.

Baca Selengkapnya

Hanif Dhakiri: Kabinet Kerja Solid Percepat Pembenahan Masalah

18 Oktober 2019

Hanif Dhakiri: Kabinet Kerja Solid Percepat Pembenahan Masalah

Hanif mengungkap tantangan sejumlah isu ketenagakerjaan mendatang yakni ekosistem ketenagakerjaan perlu ditransformasi menjadi lebih fleksibel.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi: Setiap Momen Adalah Spesial, Spesial Pusing

18 Oktober 2019

Presiden Jokowi: Setiap Momen Adalah Spesial, Spesial Pusing

Silaturahmi tersebut dimulai dengan Shalat Jumat bersama, foto bersama, dan dilanjutkan dengan makan siang bersama.

Baca Selengkapnya

Jokowi Akui Baru Kali Ini Bisa Bersantai Bersama Para Menterinya

18 Oktober 2019

Jokowi Akui Baru Kali Ini Bisa Bersantai Bersama Para Menterinya

Sejumlah menteri menampilkan kebolehannya dalam bernyanyi termasuk di antaranya Mendikbud Muhadjir Effendy yang menyanyikan lagu Stuck on You dan Yell

Baca Selengkapnya

Akbar Tandjung Bocorkan Calon Kabinet Jokowi Jilid II

15 Oktober 2019

Akbar Tandjung Bocorkan Calon Kabinet Jokowi Jilid II

Akbar Tandjung mengatakan calon menteri dari partai hanya sedikit dalam komposisi Kabinet Jokowi Jilid II.

Baca Selengkapnya

Jokowi Mengenang Arahannya Saat Sidang Kabinet Paripurna

3 Oktober 2019

Jokowi Mengenang Arahannya Saat Sidang Kabinet Paripurna

Jokowi dalam sidang kabinet paripurna terakhirnya bersama Jusuf Kalla mengucapkan terimakasih kepada para menteri dan pimpinan lembaga.

Baca Selengkapnya