Menyikapi Bentrokan Tolikara

Penulis

Selasa, 21 Juli 2015 02:49 WIB

Apa yang terjadi di Tolikara, Papua, pada hari raya Idul Fitri lalu amat mengagetkan. Meski lama menjadi wilayah konflik, tidak pernah sebelumnya ada bentrokan antarumat beragama di Papua.

Kerusuhan terjadi pada saat umat muslim tengah menjalankan ibadah salat id di lapangan Markas Komando Rayon Militer 1702-11/Karubaga. Jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang sedang mengikuti seminar dan kebaktian kebangunan rohani di dekat lokasi tersebut merasa terganggu. Mereka memaksa agar salat dipindahkan ke tempat lain. Terjadi kerusuhan, lalu puluhan kios dan Masjid Baitul Muttaqin di dekat lapangan terbakar. Di sisi lain, 11 anggota jemaat GIDI tertembak peluru tajam, seorang di antaranya meninggal.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengatakan ada kelompok yang sengaja menciptakan konflik antarumat beragama di Tolikara. Kita menunggu polisi menyelidiki dugaan tersebut dan menangkap pelakunya. Yang juga menimbulkan tanda tanya adalah sikap penguasa setempat atas surat edaran GIDI yang melarang penyelenggaraan salat id. Kerusuhan tak perlu terjadi jika aparat bergerak cepat menanggapi surat edaran tertanggal 11 Juli 2015 itu, yang juga ditembuskan kepada pemerintah daerah dan kepolisian setempat.

Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Cerita dan kesaksian yang beredar saling bertentangan. Ada yang mengatakan jemaat GIDI menyerang umat muslim yang tengah salat, membakar kios dan masjid, lalu mereka dihalau tembakan aparat. Cerita lain, penyerangan terhadap umat muslim dan kerusuhan terjadi setelah jemaat GIDI ditembaki aparat dengan peluru tajam. Ada juga isu bahwa tembakan bukan berasal dari aparat, melainkan anggota Organisasi Papua Merdeka. Berbagai versi ini perlu dijernihkan.

Mengingat hubungan antarumat beragama yang amat baik di Papua selama ini, bukan tak mungkin kerusuhan Tolikara sebenarnya cuma simtom dari persoalan yang lebih besar di Papua. Boleh jadi aksi intoleran di Tolikara itu merupakan ledakan dari akumulasi persoalan yang tak pernah diselesaikan hingga saat ini, yang didominasi oleh kekerasan dan senjata.

Advertising
Advertising

Upaya damai yang dirintis Presiden Joko Widodo dengan membebaskan tahanan politik beberapa waktu lalu sudah bagus. Hal ini perlu dilanjutkan dengan kebijakan yang substansial. Persoalan Papua adalah eksploitasi, kekerasan, dan ketidakadilan yang telah berlangsung amat lama. Tantangan pemerintah Jokowi adalah menyelesaikan persoalan tersebut, kalau benar-benar berniat mendamaikan Papua.

Sementara itu, pemerintah serta para pemuka dan tokoh agama perlu mengintensifkan dialog. Undang-Undang 1945 tegas menjamin hak setiap warga negara untuk beribadah seturut agama dan keyakinannya. Peristiwa Tolikara mengingatkan kita bahwa pelanggaran atas hak beragama ternyata bisa terjadi di mana saja, oleh siapa saja, dan terhadap umat yang mana saja.

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

5 menit lalu

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

Cuaca yang terik membuat warga Thailand, terutama warga lanjut usia, enggan bepergian.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Absen, Pertamina Enduro Ditekuk Popsivo Polwan

7 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Absen, Pertamina Enduro Ditekuk Popsivo Polwan

Tim putri Jakarta Popsivo Polwan berhasil mengalahkan Jakarta Pertamina Enduro, yang tak diperkuat Gia, dengan skor 3-0 dalam lanjutan Proliga 2024.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

7 menit lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Buka Enam Prodi di RS Pendidikan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

19 menit lalu

Kemenkes Buka Enam Prodi di RS Pendidikan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

Salah satu masalah lagi yang ada di Indonesia adalah distribusi dokter spesialis. Hampir 80 tahun Indonesia merdeka belum pernah bisa terpecahkan.

Baca Selengkapnya

Pemerintahan Jokowi Manjakan Kepala Desa, Apa Saja Keuntungan Finansialnya?

23 menit lalu

Pemerintahan Jokowi Manjakan Kepala Desa, Apa Saja Keuntungan Finansialnya?

Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2024 tentang Desa atau UU Desa, yang mencakup Kepala Desa.

Baca Selengkapnya

Xiumin Bakar Semangat Exo-L di Saranghaeyo Indonesia

31 menit lalu

Xiumin Bakar Semangat Exo-L di Saranghaeyo Indonesia

Xiumin kemudian menyapa penonton dari balik layar. "Hey, yo! Halo," kata dia. Seketika sorakan penonton kembali menggema dan memenuhi ruangan.

Baca Selengkapnya

Gagasan Presidential Club Prabowo Disebut Bisa Cegah Tumbuhnya Brutus di Sekeliling Presiden

34 menit lalu

Gagasan Presidential Club Prabowo Disebut Bisa Cegah Tumbuhnya Brutus di Sekeliling Presiden

Partai Demokrat menyoroti mimpi SBY setahun lalu yang serupa dengan keinginan Prabowo membuat presidential club.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

37 menit lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

46 menit lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

Tarsum mengakui telah membunuh dan memutilasi istrinya sendiri

Baca Selengkapnya

Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Begini Respons Pemerintah

46 menit lalu

Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Begini Respons Pemerintah

Serikat Pekerja Kampus (SPK) menyebut mayoritas dosen bergaji di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya