TEMPO.CO, Jakarta - Putu Setia, @mpujayaprema
Meski banyak yang menentang, Dewan Perwakilan Rakyat tetap ngotot membangun gedung baru. Bukan cuma gedung, ada tujuh butir yang dibangun di kawasan parlemen itu. Tim Proyek Reformasi pun sudah dibentuk, dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dari Partai Keadilan Sejahtera.
Ihwal gedung, Fahri beralasan ruang kerja semakin sempit. Penyebabnya, setiap anggota DPR memiliki staf lebih banyak dibanding dulu. Termasuk staf ahli. Diakuinya, anggota Dewan yang terpilih adalah mereka yang disukai rakyat, bukan orang yang siap bekerja untuk tugas-tugas parlemen. Jadi, mereka perlu didampingi oleh banyak staf.
Tak disebutkan apakah Fahri sendiri termasuk kelompok itu. Namun dia bersemangat untuk menyebutkan bahwa dari tujuh butir yang dibangun di kawasan parlemen itu ada yang disebut Alun-alun Demokrasi. Istilah yang keren, mungkin ini hasil temuan tim ahli anggota DPR.
Apa itu Alun-alun Demokrasi? Di alun-alun ini rakyat boleh menyampaikan segala macam aspirasinya dan anggota DPR wajib menerima. Alun-alun ini akan membuat masyarakat tidak lagi melakukan aksi demo di pagar DPR, apalagi seraya mendorong-dorong pagar itu sampai roboh. Aksi demo tak akan lagi memacetkan jalan. Penyampaian aspirasi akan sangat tertib dan santun, tanpa teriak-teriak sambil membakar ban bekas, karena ada alun-alun ajaib itu.
Alun-alun ini sungguh merupakan ide yang brilian. Tapi apakah itu bukan nostalgia masa lalu saat rakyat berjemur di alun-alun agar Raja keluar untuk mengetahui apa yang diinginkan rakyat? Apakah aksi demo saat ini betul-betul cuma menyalurkan pendapat dan bukan memaksakan pendapat? Jika cuma menyalurkan pendapat, itu bisa disampaikan lewat pertemuan baik-baik, dengan makan malam atau tidak. Bisa juga lewat jumpa pers, lalu wartawan menyampaikannya ke publik. Pada era Internet ini, bahkan sudah ada situs web yang khusus untuk menyampaikan petisi. Orang bisa menandatangani petisi dengan cara mengklik situs itu sambil minum kopi di rumah masing-masing.
Aksi demo yang sopan seperti itu pasti tak laku. Kurang heroik dan kurang ada "dramanya" bagi para pendemo. Lagi pula jurnalis televisi yang dibebani masalah rating pasti kehilangan gairah bekerja. Konon, pemirsa sangat suka tayangan dramatis. Pernah ada kabar, pewarta televisi terlambat datang meliput aksi demo, bakar-bakar ban sudah usai. Sang pewarta lalu membujuk demonstran agar mengulangi lagi membakar ban karena mau di-shooting. Bukankah di televisi gambar pagar dirobohkan lebih penting daripada isi tuntutan para pendemo?
Para leluhur kita pada era kerajaan, terutama di Jawa dan Bali, menciptakan alun-alun dengan segala kesakralannya. Alun-alun itu termasuk Catur Gatra Tunggal, artinya empat elemen dalam satu kesatuan. Selain alun-alun, ada keraton (puri di Bali), tempat ibadah (masjid atau pura), dan pasar. Sekarang pun masih berbekas di berbagai kota, meski fungsinya sudah berubah. Alun-alun menjadi tempat bermain, lalu pasar sudah menjadi mal.
Apakah tak terlalu idealis-dan mengada-ada-DPR membuat alun-alun yang biaya keseluruhannya termasuk gedung sampai Rp 10 triliun? Kenapa tidak membangun jembatan di pedesaan agar anak-anak tidak bergelayut di jembatan tali untuk bersekolah. Jangan-jangan, ada yang salah dalam pemilu. Rakyat memilih wakilnya hanya karena suka, bukan karena peka. *
Berita terkait
Selain Biaya Ganti Gorden, ini Anggaran DPR Miliar-miliaran yang Diprotes Publik
28 Mei 2022
Pengadaan gorden mencapai Rp. 48,7 miliar membuat DPR disorot publik. Bukan hanya itu, berikut beberapa anggaran 'ajaib' DPR yang diprotes rakyat.
Baca SelengkapnyaIni Proyek dan Pengadaan di DPR yang Menjadi Sorotan Publik
10 Mei 2022
Pengadaan barang yang dilakukan DPR kembali menjadi sorotan masyarakat. Kali ini pengadaan Gorden yang senilai Rp 48,7 miliar.
Baca SelengkapnyaParlemen Surati Pemerintah Soal Pembangunan Gedung Baru DPR
18 April 2018
DPR akan mengirim surat kepada pemerintah untuk menanyakan perizinan pembangunan gedung baru DPR dan alun-alun demokrasi yang telah dianggarkan.
Baca SelengkapnyaUsulan Kenaikan Anggaran DPR Rp 7,7 Triliun Dikritik
16 April 2018
DPR mengusulkan kenaikan anggaran sekitar 26 persen pada 2019 untuk pembiayaan pembangunan gedung baru dan Alun-alun Demokrasi.
Baca SelengkapnyaTolak Kenaikan Anggaran DPR, FITRA Tuntut Sikap Presiden
16 April 2018
DPR mengajukan kenaikan anggaran tahun 2019 sebesar 26 persen dari tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPUPR Rampungkan Kajian Gedung Baru DPR RI Pekan Ini
22 November 2017
Tim kementerian PUPR dan pakar masih melakukan pengkajian atas rencana permintaan pembangunan gedung baru DPR tersebut.
Baca SelengkapnyaBujet Gedung DPR tanpa Rekomendasi Kementerian PUPR
14 November 2017
Kementerian PUPR menyatakan tak pernah menerbitkan surat rekomendasi pembangunan gedung baru DPR.
Baca SelengkapnyaSoal Pembangunan Gedung Baru DPR, Sikap Partai-partai Terbelah
30 Oktober 2017
Politikus PKS, Machfudz Siqqid, mengatakan setuju dengan pembangunan gedung baru DPR dengan syarat gedung baru itu nanti tidak boleh mewah.
Baca SelengkapnyaPDIP Minta Rencana Pembangunan Gedung Baru DPR Ditinjau Ulang
30 Oktober 2017
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan rencana Dewan membangun gedung baru DPR itu kurang tepat di tengah kondisi perekonomian yang sedang lesu.
Baca SelengkapnyaGedung Baru DPR, PU Rampungkan Penilaian November
26 Oktober 2017
Pembangunan gedung baru DPR akan dilakukan setelah penilaian rampung.
Baca Selengkapnya