TEMPO.CO, Jakarta - Tom Saptaatmaja, Alumnus St. Vincent de Paul
Vatikan secara resmi mengakui negara Palestina dalam perjanjian baru pada Rabu, 13 Mei 2015. Perjanjian itu merupakan dokumen hukum pertama antara Takhta Suci dan negara Palestina, serta merupakan pengakuan diplomatik resmi bahwa negara Palestina memang ada (Tempo.co,13/5).
Dengan pengakuan tersebut, Vatikan ikut bergabung dengan 135 negara lainnya yang juga telah mengakui negara Palestina. Meski membuat berang Israel, bukan berarti Vatikan mencampakkan negara itu.
Pengakuan Vatikan mengacu pada solusi yang ditawarkan PBB untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Seperti diketahui, pada 29 November 1947, PBB menerapkan resolusi 181 (II), atau yang dikenal dengan nama Partition Resolution. Resolusi ini mengatur pembagian Palestina menjadi dua negara, yakni negara Israel dan Palestina, dengan Yerusalem sebagai "corpus separatum" kedua wilayah. Mempertimbangkan Israel sudah menjadi negara yang diakui oleh Vatikan pada 1983, sedangkan Palestina belum merdeka, Vatikan tergerak untuk memberikan pengakuan.
Apalagi, Vatikan-Palestina sebenarnya sudah lama menjalin relasi dan komunikasi. Ketika masih bernama "Palestine Liberation Organization" atau PLO, yang dicap sebagai organisasi teror oleh Israel dan Barat, Vatikan berani mengakui PLO pada 1984. Pemimpin PLO, Yasir Arafat, dengan penasihat pribadinya, pastor Ibrahim Iyad, biasa bertemu dengan paus, dari Paus Yohannes Paulus II hingga Paus Benediktus XVI. Kini, Paus Fransiskus juga kerap bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menjadi penggganti Arafat.
Itu makna di level politik. Pada level agama, Takhta Suci, sebagai pusat bagi 1,2 milyar umat katolik di seluruh dunia, juga sadar akan pentingnya Palestina. Sebab, Yesus lahir di Betlehem 2.000 tahun silam. Saksi pertama kelahiran itu termasuk orang-orang Palestina. Umat kristiani Palestina, yang tinggal ratusan ribu orang karena jutaan lainnya terusir dari tanah leluhurnya, punya arti signifikan bagi Vatikan. Di Palestina juga ada gereja kelahiran Yesus (Nativity), yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Seiring dengan pengakuan atas negara Palestina, Paus Fransiskus juga mengkanonisasi dua orang Palestina menjadi orang suci (santa), yakni Suster Mariam Bawardy (1846-1878) dan Suster Marie Alphonsine Danil Ghattas (1843-1927), pendiri Kongregasi Suster-suster Rosario Mahakudus. Keduanya mengarah ke Palestina (Arab).
Di atas semua itu, Vatikan juga jelas amat berkepentingan dengan Yerusalem (Al-Quds dalam bahasa Arab atau Yerushalayim dalam bahasa Ibrani) agar menjadi kota terbuka, khususnya bagi umat Kristen dan Islam. Sebab, Yerusalem adalah kota suci bagi umat Islam karena ada Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsa. Di kota berpenduduk 724 ribu jiwa dengan luas 123 kilometer persegi itu, juga ada kompleks Makam Kudus yang disucikan umat Kristen.
Kita tahu bahwa pemerintah Israel amat ngotot menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota resminya. Sikap ngotot ini bisa saja kelak menutup akses ke Yerusalem bagi umat Kristiani atau Islam. Padahal, PBB sudah menyatakan Yerusalem sebagai kota internasional. Kita berharap saja pengakuan Vatikan kian mempercepat kemerdekaan penuh bagi Palestina. *
Berita terkait
Joe Biden Dukung Solusi Dua Negara untuk Perdamaian Palestina-Israel
27 Januari 2021
Pemerintahan Joe Biden juga akan membuka dua kantor perwakilan diplomatik Palestina di Washington dan Yerusalem setelah ditutup Donald Trump.
Baca SelengkapnyaGara-gara Yerusalem, Palestina Tarik Dubesnya dari Amerika
1 Januari 2018
Palestina menarik Husam Zomlot, dubes untuk Amerika Serikat menyusul keputusan kontroversial Washington soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel
Baca SelengkapnyaMesir Sambut Rekonsiliasi Hamas-Fatah di Palestina
18 September 2017
Mesir sambut rekonsiliasi Hamas dan Fatah untuk membangun persatuan Palestina.
Baca SelengkapnyaHamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan
18 September 2017
Hamas menerima persyaratan damai yang ditawarkan kepala gerakan Fatah sekaligus Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengakhiri dua pemerintahan di Palestina.
Baca SelengkapnyaIsrael Tembak Mati Pemuda Palestina di Tepi Barat
4 September 2017
Warga lainnya di kamp pengungsi, Aziz Arafeh, juga mengalami luka tembak di bagian lengan.
Baca SelengkapnyaIsrael Bangun Pemukiman di Palestina, PBB: Hambat Solusi 2 Negara
30 Agustus 2017
PBB mengatakan Israel bangun pemukiman di Palestina menjadi hambatan utama mencapai solusi dua negara dan proses perdamaian dengan Palestina.
Baca SelengkapnyaForum OKI, Menlu: Umat Islam Harus Bersatu Bantu Palestina
2 Agustus 2017
mengusulan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memberikan perlindungan internasional terhadap Masjid Al-Aqsa sebagai kompleks suci tiga agama.
Baca SelengkapnyaMasjid Al Aqsa, PKB Gelar Halaqoh Cari Solusi Konflik Palestina
29 Juli 2017
DPP PKB menggelar halaqoh ulama rakyat di Ponpes Al-Mizan Majalengka Jawa Barat mencari solusi konflik di Masjid Al Aqsa antara Palestina-Israel.
Baca SelengkapnyaDin Berharap RI Dorong Sidang Darurat untuk Palestina
28 Juli 2017
Din menilai pemerintah mampu mengerahkan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam dengan mengusulkan sidang darurat.
Baca SelengkapnyaPresiden Palestina Mahmoud Abbas Bekukan Hubungan dengan Israel
22 Juli 2017
Presiden Palestina Mahmoud Abbas membekukan sementara hubungan dengan Israel sebagai protes atas peraturan keamanan Masjid Al-Aqsa yang baru.
Baca Selengkapnya