Ribut Soal Gedung Baru DPR

Penulis

Rabu, 26 Agustus 2015 00:20 WIB

Menggagas penataan kompleks Dewan Perwakilan Rakyat boleh-boleh saja. Negara memang berkewajiban menyediakan ruang kerja yang layak dan nyaman bagi politikus Senayan. Tapi seharusnya Dewan juga memperhatikan keadaan anggaran dan perekonomian negara.

Tidaklah elok memaksakan keinginan di tengah kondisi keuangan negara yang kurang sehat dan perekonomian yang di ambang krisis. Pertumbuhan ekonomi melambat. Target penerimaan pajak pun diperkirakan sulit tercapai. Hari-hari ini bahkan nilai rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika. Padahal pembangunan gedung DPR yang digadang-gadang itu memerlukan dana Rp 1,1 triliun.

Anggaran itu akan digunakan buat membiayai tujuh proyek di kompleks DPR: museum dan perpustakaan, alun-alun demokrasi, akses tamu ke Gedung DPR, pusat pengunjung parlemen, ruang pusat kajian legislasi, ruang anggota dan tenaga ahli, serta integrasi kawasan tempat tinggal dan tempat kerja anggota DPR.

Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR Roem Kono mengemukakan bahwa Kompleks Parlemen Senayan, yang berkapasitas 800 orang, kini diisi 6.000 orang. Ia juga mengungkapkan keadaan di gedung Dewan yang tidak nyaman. Misalnya, banyak anggota DPR harus antre di depan lift untuk mengakses ruangan. Roem Kono pun berargumen, sesuai dengan aturan pejabat negara mendapat fasilitas ruangan seluas 117 meter persegi.

Argumen itu tentu saja tidak keliru. Yang jadi persoalan ialah haruskah penataan kompleks Senayan sekaligus pembangunan gedung baru itu dilakukan sekarang? Presiden Joko Widodo jelas tak memasukkan usul penataan gedung DPR saat menyampaikan nota keuangan pada 16 Agustus 2015. Presiden juga belum memaraf prasasti pembangunan gedung itu. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menegaskan pemerintah belum mengabulkan keinginan DPR soal gedung baru.

Sikap hati-hati pemerintah itu perlu dihargai, karena kondisi keuangan negara yang kurang sehat. DPR seharusnya bisa menunda keinginan tersebut. Dewan bisa lebih dulu mengaudit penggunaan ruangan. Lewat penataan ruangan yang lebih baik, jangan-jangan gedung DPR masih bisa digunakan secara aman dan relatif nyaman. Adapun fasilitas tambahan, seperti alun-alun demokrasi, pusat pengunjung, dan museum, bukanlah keperluan yang mendesak.

Advertising
Advertising

Ketimbang ribut soal gedung baru, anggota DPR bisa meningkatkan kinerja mereka dengan fasilitas yang ada. Soalnya, kinerja mereka selama ini jeblok kendati politikus Senayan telah memiliki gaji dan tunjangan yang memadai. Hasil survei Poltracking Indonesia pada Maret lalu, misalnya, mencatat DPR sebagai lembaga negara yang paling buruk kinerjanya selama beberapa tahun terakhir. Pencapaian pada 2015 untuk Program Legislasi Nasional pun masih minim. Dewan baru mengesahkan dua dari 37 rancangan undang-undang dalam Program Legislasi Nasional.

Perbaikan kinerja itulah yang seharusnya diprioritaskan DPR, bukannya penataan kompleks dan gedung baru.

Berita terkait

Polres Metro Depok Tangkap 2 Kurir Narkoba Modus Tempel dan Bungkus Permen

19 menit lalu

Polres Metro Depok Tangkap 2 Kurir Narkoba Modus Tempel dan Bungkus Permen

Dari kedua kurir narkoba itu, polisi juga mengamankan 6 botol liquid ganja cair dan alat hisap.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Alasan Keluarga Tak Mau Jenazah Brigadir RA yang Tewas Bunuh Diri Diautopsi

31 menit lalu

Polisi Ungkap Alasan Keluarga Tak Mau Jenazah Brigadir RA yang Tewas Bunuh Diri Diautopsi

Brigadir RA disebut bunuh diri dengan menembakkan senjata api HS Kaliber 9mm ke aras kepalanya saat berada di dalam mobil Alphard.

Baca Selengkapnya

Kompolnas Turun Tangan Selidiki Motif Bunuh Diri Brigadir RA dalam Mobil Alphard

44 menit lalu

Kompolnas Turun Tangan Selidiki Motif Bunuh Diri Brigadir RA dalam Mobil Alphard

Polisi telah menutup kasus tewasnya Brigadir RA dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang. Disebut bunuh diri.

Baca Selengkapnya

KPK Eksekusi Eks Kadis PUPR Papua Gerius One Yoman ke Lapas Sukamiskin Bandung

52 menit lalu

KPK Eksekusi Eks Kadis PUPR Papua Gerius One Yoman ke Lapas Sukamiskin Bandung

Hakim memvonis eks Kadis PUPR Papua, Gerius One Yoman dengan hukuman empat tahun delapan bulan penjara dan uang pengganti Rp 4,5 miliar.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

52 menit lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

Hakim Izinkan Kasdi Subagyono Hadir di Sidang Etik Nurul Ghufron di Dewas KPK

1 jam lalu

Hakim Izinkan Kasdi Subagyono Hadir di Sidang Etik Nurul Ghufron di Dewas KPK

Majelis hakim memberikan izin kepada bekas Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyono untuk mengikuti sidang Dewas KPK tentang kasus Nurul Ghufron.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo, Program Studi Produksi Media Gelar Bedah Film

1 jam lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo, Program Studi Produksi Media Gelar Bedah Film

Dalam acara ini, ditayangkan film karya mahasiswa Politeknik Tempo yang berjudul Kala: Rahasia Fana.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Rp 48,5 Miliar dari Berbagai Rekening Orang Kepercayaan Mantan Bupati Labuhanbatu

1 jam lalu

KPK Sita Rp 48,5 Miliar dari Berbagai Rekening Orang Kepercayaan Mantan Bupati Labuhanbatu

KPK melakukan operasi tangkap tangan pada Januari 2024 lalu terhadap Erik Adtrada Ritonga yang saat itu menjabat Bupati Labuhanbatu

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

1 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Jaksa KPK Buka Kemungkinan Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal Kebocoran BAP

1 jam lalu

Jaksa KPK Buka Kemungkinan Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal Kebocoran BAP

Jaksa KPK mengatakan bisa saja menghadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal kebocaran BAP

Baca Selengkapnya