Transformasi

Penulis

Senin, 29 Desember 2008 00:00 WIB

Ketika Kristus lahir
dunia jadi putih
juga langit yang semula gelap oleh darah dan jinah
jadi lembut seperti tangan bayi sepuluh hari

Subagio Sastrowardoyo mengerti transformasi yang ajaib dalam kisah Natal. Ia bukan seorang Kristen, tapi sajak itu datang dari sebuah Indonesia sekian puluh tahun yang lalu, yang dengan serta-merta mengerti apa yang universal dalam cerita yang luar biasa tapi juga bersahaja itu: Yesus lahir, tapi hanya satu bintang di langit yang tampak terang di atas Bethlehem. Tak ada suara dahsyat atau guncangan bumi yang mengubah geografi. "Malam sunyi," kata lagu yang berulang kita dengar itu. Begitu biasa, tapi kelahiran itu diterima sebagai isyarat: Tuhan tak meninggalkan manusia sendirian.

Maka,
manusia berdiri dingin sebagai patung-patung mesir
dengan mata termangu ke satu arah

Dalam imaji yang muncul dari larik sajak ini, manusia tak bergerak, bahkan tanpa perasaan lagi. Tapi suatu ketika terasa ada daya lain yang mengambil peran. Dari sesosok kekuatan yang dalam Perjanjian Lama digambarkan bisa ganas, cemburu, dan destruktif, hadir sebuah pesona yang diasosiasikan dengan "tangan bayi sepuluh hari". Dan manusia termangu.

Pertanyaan besar sejarahyang sebenarnya tiap akhir tahun diungkapkan dengan cara yang banaladalah bagaimana keajaiban seperti itu mungkin. Dengan kata lain, bagaimana harapan bisa hidup. Bisakah dunia dan kehidupan diperbaiki, ketika riwayat manusia telah demikian panjang, juga deretan kekecewaannya.

Advertising
Advertising

Nabi-nabi datang, petuah dan perintah dimaklumkan, dan kemudian dicoba revolusi dan diperkenalkan penemuan teknologitapi tiap kali kita mengalami perbaikan dalam hidup, tiap kali ada mala yang terjadi. Mungkin sebab itu di sebuah buku yang terbit pada 1990 Agamben menulis: "Kita dapat mempunyai harapan hanya dalam apa yang tak punya penyembuhan" (rimedio).

Tentu saja ada paradoks dalam ucapan itu. Berharap kepada sesuatu yang tak bisa disembuhkan atau tak dapat diperbaiki sama saja dengan tak berharap. Namun barangkali di situ bekerja iman, sebuah dasar sikap yang dalam agama Kristen dan Islam dicontohkan dalam diri Ibrahim. Kita ingat ia dititahkan Tuhan menyembelih anak kesayangannya sendiri. Kita bayangkan ia berjalan sedih, tak paham, lunglai, ke Gunung Moria dan cuma percaya kepada sesuatu yang tak bisa diperhitungkannya.

Ada semacam sikap tawakal (yang tak selalu terkait dengan agama) ketika manusia berjalan terus, walaupun sejarah penuh dengan kebengisan, kegagalan, dan kesengsaraan. Tak henti-hentinya kita mengarungi l'irreparabile, yang tak dapat diperbaiki.

Dalam keadaan itu manusia memang kelihatan heroik. Namun ada yang kosong: baginya, tak akan ada transformasi di dunia. Manusia dengan gagah menanggungkan langit yang "gelap oleh darah dan jinah", tanpa tahu bahwa sesuatu bisa mengubah itu jadi "lembut seperti tangan bayi yang sepuluh hari".

Kita bisa mempersoalkan tepat-tidaknya metafora dalam sajak Subagio itu (bagaimana langit jadi seperti "tangan bayi"?). Tapi kita tak akan luput menangkap radikalnya perubahan yang terjadi ketika kita tahu bahwa Tuhan, atau apa pun namanya bagi yang mengutamakan cinta kasih, bisa begitu dekat. Tak mengherankan bila Paulus dikutip mengatakan bahwa di antara tiga hal yang tinggaliman, pengharapan, kasihmaka kasih itulah yang terbesar. Iman dan pengharapan bisa menggusur gunung. Kasih tak merasa perlu untuk itu. Ia merayakan adanya gunung, membuka diri kepada liyan, yang lain, yang bukan dirinya.

Sajak Subagio menyebut "mata" (manusia) yang "termangu ke satu arah". Kata "termangu"dan bukan "terpaku"menyarankan sikap visual yang lebih pasif. "Satu arah" itu bukan sesuatu yang disasar, melainkan sesuatu yang seakan-akan justru menarik kita ke arahnya, meskipun tak jelas benar.

"Kita mengharapkan apa yang tak kita lihat," kata Paulus, "kita menantikannya dengan tekun." Artinya, yang penting bukanlah yang tampak, tempat kita meletakkan fokus. Yang penting bukanlah sesuatu yang dapat dipastikan, yang bisa dikuasai. Bahwa kita bisa tekun menantikannya itu karena kita terpesona ketika sesuatu yang seakan-akan mukjizat hadir: ada cinta kasih, ternyata.

Sebab itu harapan tak sepenuhnya penting untuk membuat hidup berharga. Kesadaran akan ini kurang meluas di sebuah babakan kehidupan yang oleh Agamben disebut sebagai "waktu yang tinggal". Ini bukan lagi waktu para "nabi", kata Agamben. Dalam tradisi Yahudi, "nabi" didefinisikan "oleh hubungannya dengan masa depan". Bagi Agamben, "waktu yang tertinggal" adalah waktu yang sekarang. Dan itu adalah waktu para "utusan", apostel, yang dalam peristilahan Kristen disebut "rasul". Sabda, kata Agamben, "diberikan kepada sang rasul, utusan sang juru selamat, yang waktunya bukanlah masa depan, melainkan sekarang."

Di "waktu yang tersisa" sekarang ini, harapan, iman, dan cinta kasih tak selalu cocokbahkan terkadang yang dua pertama disebut diunggulkan di atas yang lain. Sajak Subagio mengingatkan, Natal tak datang tanpa kejutan.

Terutama ketika iman bisa begitu keras dan harapan jadi optimisme yang buta dan menghalalkan segalanya. "Dunia jadi putih" bukan tanda musim dingin yang hanya terjadi di sebagian muka bumi. "Dunia jadi putih" adalah bagian dari transformasi ketika kita menyadari bahwa kita tak selamanya hidup di bawah kekerasan dan pelanggaran, "darah dan jinah". Di waktu yang tersisa ini, kelembutan terkadang menyelipdan unggul.

Hanya dalam ritual agama, yang aturannya ditaati tiap kali, dan hanya dalam kalender iklan, Natal dapat direncanakan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

5 Cara Menggunakan Parfum yang Benar

5 menit lalu

5 Cara Menggunakan Parfum yang Benar

Menggunakan parfum dengan benar dapat membuat aroma bertahan lebih lama dan lebih merata.

Baca Selengkapnya

Soal Izin Ekspor Konsentrat Freeport, Wamen BUMN Komitmen Selesaikan Smelter

7 menit lalu

Soal Izin Ekspor Konsentrat Freeport, Wamen BUMN Komitmen Selesaikan Smelter

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa kementeriannya sedang berdiskusi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM soal rencana izin ekspor konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia.

Baca Selengkapnya

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

10 menit lalu

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

Bersama lulusan lain, dokter Tirta menghadiri Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 di Gedung Sabuga, ITB.

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

11 menit lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Antusiasme Warga Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

12 menit lalu

Antusiasme Warga Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Jokowi dan beberapa menteri nonton bareng laga Timnas Indonesia vs Uzbekistan di Piala Asia U-23 2024. Nobar pun dilakukan di banyak tempat semalam.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

15 menit lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Korban Gempa Garut Belum Dapat Bantuan dari Pemda

17 menit lalu

Korban Gempa Garut Belum Dapat Bantuan dari Pemda

Korban gempa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum mendapatkan bantuan, baik bantuan sosial pangan ataupun yang lainnya. Pemerintah daerah beralasan masih melakukan pendataan. Bantuan akan diberikan setelah verifikasi dan validasi data.

Baca Selengkapnya

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

19 menit lalu

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim sejumlah harga pangan telah berangsur normal. Yang mahal tinggal gula pasir.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta UTBK SNBT di UPN Yogyakarta Diawasi 5 Pengawas: Susah Kalau Ada yang Mau Curang

24 menit lalu

Cerita Peserta UTBK SNBT di UPN Yogyakarta Diawasi 5 Pengawas: Susah Kalau Ada yang Mau Curang

UTBK di UPN Yogyakarta: Sulit Kalau Mau Curang, Pengawas Satu Ruang Bisa Sampai 5 Orang

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia Takluk Lawan Uzbekistan, Skuad Garuda Dinilai Kalah Fisik dan Pengalaman

27 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia Takluk Lawan Uzbekistan, Skuad Garuda Dinilai Kalah Fisik dan Pengalaman

Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni menilai kekalahan Timnas U-23 Indonesia dari Uzbekistan karena fisik dan pengalaman yang belum setara.

Baca Selengkapnya