Menghargai Perempuan

Penulis

Selasa, 9 Juni 2015 03:21 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Dianing Widya, novelis dan pegiat sosial di Spirit Kita, @dianingwy

Aceh tak pernah bosan menjadikan dirinya sebagai "selebritas" kontroversial dalam membuat kebijakan yang merugikan perempuan. Tak henti-hentinya para elite Aceh menjadikan perempuan sebagai obyek kebijakan. Yang teranyar adalah pemberlakuan "jam malam" bagi perempuan oleh Wali Kota Banda Aceh, Hj IIIiza Saaduddin Djamal. Jam kerja perempuan di sejumlah bidang pada malam hari dibatasi hingga pukul 23.00.

Ini menambah panjang daftar kebijakan "aneh" di tanah rencong tersebut. Sebelumnya, Wali Kota Lhokseumawe mengeluarkan kebijakan agar perempuan tidak duduk ngangkang ketika membonceng sepeda motor. Kebijakan ini sempat membuat sang Wali Kota sekaligus daerahnya menjadi terkenal. Ia dianggap kurang kerjaan sehingga ia "mencari-cari kerjaan".

Sebab, aturan-aturan semacam itu sama sekali tidak menyentuh substansi beragama. Ia lebih bersifat bungkus dan persepsi. Justru kebijakan seperti itulah yang menunjukkan kesempitan cara berpikir. Dengan kebijakan tersebut, seolah-olah ditegaskan bahwa perempuan yang duduk mengangkang atau bekerja sampai malam memiliki kasta lebih rendah. Ketika sebuah sebuah laku dilarang, artinya laku itu dinilai tidak baik, bahkan hina.

Sekilas, kedengarannya aturan yang membatasi jam kerja perempuan itu baik-baik saja. Sebab, ia disampaikan dengan narasi yang luhur: demi melindungi perempuan. Namun mereka lupa bahwa persepsi semacam itu semakin membuat perempuan terpuruk dalam ketidakberdayaan. Seolah-olah perempuan harus selalu diberi perlindungan agar mereka bisa terselamatkan dari "buaya-buaya" malam.

Namun tidak jelas siapa "buaya" yang sesungguhnya. Mereka-para penentu kebijakan-membangun imajinasinya bahwa seolah-olah selalu ada ancaman terhadap perempuan. Menempatkan perempuan sebagai makluk lemah sama saja dengan menghidupkan kembali persepsi bahwa laki-laki adalah makhluk superior. Dengan kata lain, laki-laki adalah makhluk kelas satu, sedangkan perempuan makhluk kelas dua.

Persepsi ini jelas tidak sejalan dengan konsep kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Dalam sejumlah kasus, perempuan bahkan lebih kuat daripada laki-laki. Karena itu, sesungguhnya hal yang perlu dibedakan dari mereka hanyalah sisi kodrati. Hal-hal yang bersifat kodrati ini antara lain fakta bahwa perempuan melahirkan dan menyusui. Adapun soal apakah perempuan boleh mengemudi truk, memanjat pohon kelapa, atau menjadi pemain sepak bola, misalnya, itu adalah persepsi.

Perspesi dibangun oleh kultur. Nah, kultur inilah yang kerap membuat perempuan "terpinggirkan" secara sosial, ekonomi, ataupun politik. Bahkan, agama pun tidak pernah mengatur apakah perempuan harus memakai rok atau celana, boleh duduk mengangkang atau tidak, sampai boleh keluar malam hari atau tidak. Agama hanya mengatur sisi yang lebih rasional, misalnya tidak membuka aurat dan berperilaku baik.

Karena itu, lagi-lagi, ihwal hal-hal yang membuat perempuan berdaya atau terlindungi bergantung pada persepsi kultural, sehingga melindungi perempuan bukanlah dengan cara membatasi, melainkan membebaskan mereka untuk bergerak dan berekspresi. Perempuan-apalagi yang sudah dewasa-tentu tahu mana yang terbaik untuknya. Tak perlu pula membawa nama agama. Sebab, sekali lagi, kebijakan semacam ini hanya berlandaskan persepsi. *


Berita terkait

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

52 hari lalu

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

52 hari lalu

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"

Baca Selengkapnya

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

8 Desember 2023

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.

Baca Selengkapnya

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

25 November 2023

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

11 Oktober 2023

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

7 Oktober 2023

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.

Baca Selengkapnya

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

6 Oktober 2023

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.

Baca Selengkapnya

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

5 Oktober 2023

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.

Baca Selengkapnya

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

16 Juni 2023

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

Kesetaraan gender adalah isu yang terus diperjuangkan di seluruh dunia. Film memiliki kekuatan untuk mengangkat isu-isu sosial ini. Apa saja?

Baca Selengkapnya

KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

2 Juni 2023

KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

KPU dan Komnas perempuan bertemu untuk bicarakan Pemilu 2024 yang ramah perempuan dan inklusif. Apa maksudnya?

Baca Selengkapnya