Menyelamatkan Guru Honorer

Penulis

Kamis, 17 September 2015 21:22 WIB

Rencana Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mengangkat guru honorer menjadi pegawai negeri bukan gebrakan baru. Langkah itu cuma upaya memenuhi janji. Demonstrasi yang dilakukan ribuan guru honorer pada Selasa pekan lalu justru mencerminkan kegagalan pemerintah menangani masalah yang sudah berlangsung menahun.

Tuntutan guru honorer memperoleh penghasilan lebih baik tidak akan terulang bila pemerintah serius membenahi persoalan ini. Apalagi kebijakan mengangkat pegawai honorer di instansi pemerintah menjadi pegawai negeri sudah dicanangkan sejak 10 tahun silam. Kebijakan itu disusul terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.

Kenyataannya, banyak guru honorer masih terkatung-katung karena proses rekrutmen pegawai negeri berlangsung manipulatif. Banyak guru honorer, dengan waktu pengabdian lebih lama, tersingkir oleh tenaga honorer yang semestinya belum berhak mengikuti tes calon pegawai negeri sipil. Praktek ini jelas melanggar peraturan pemerintah itu.

Terbuai oleh bujuk rayu para calo, guru honorer dengan masa kerja lebih pendek menyetor puluhan hingga ratusan juta rupiah kepada kepala daerah dan anggota dewan perwakilan rakyat daerah. Tujuannya: agar kepala daerah menerbitkan surat keputusan pengangkatan palsu sehingga mereka berhak mengikuti tes. Sebagian besar yang lulus menjadi pegawai negeri pada Februari tahun lalu adalah guru honorer yang memalsukan dokumen pengangkatan.

Kongkalikong ini rawan konflik kepentingan. Sebagai bentuk balas budi, tak sedikit guru honorer-tentu saja dengan mengajak rekan-rekannya-yang menjadi tim sukses pemilihan kepala daerah. Praktek ini terjadi di banyak tempat, salah satunya di Kudus, Jawa Tengah. Persekongkolan ini terjadi saat pemerintah hendak mendata ulang jumlah guru honorer di seluruh Indonesia.

Advertising
Advertising

Agar tidak terulang, pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla harus belajar dari apa yang terjadi di masa silam. Maraknya pemalsuan data merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diperbaiki. Pemerintah harus mencegah persekongkolan antara guru honorer, anggota Dewan, dan kepala daerah terjadi selama proses verifikasi berlangsung. Apalagi urusan data menjadi salah satu titik lemah pemerintah.

Seleksi guru honorer menjadi pegawai negeri juga tetap tidak boleh mengabaikan aturan. Seleksi harus dilakukan secara transparan. Pemerintah juga harus mengatur rinci standar kesejahteraan tenaga pendidik, karena lebih dari 6.000 guru honorer berpenghasilan di bawah upah minimum. Hal ini terjadi lantaran Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen belum mengatur upah minimum guru honorer.

Kemelut guru honorer merupakan ujian yang cukup serius bagi pemerintah. Jokowi harus membuktikan bahwa janji yang pernah diucapkan saat kampanye, Juni tahun lalu, untuk membantu guru honorer bukan pepesan kosong.

Berita terkait

Hamas Rilis Video Terbaru Dua Sandera, Buktikan Masih Hidup

59 detik lalu

Hamas Rilis Video Terbaru Dua Sandera, Buktikan Masih Hidup

Hamas merilis video terbaru dua sandera yang masih hidup dan sehat.

Baca Selengkapnya

Golkar Klaim Tak Ada Penolakan untuk PKS Jika Ingin Gabung Kubu Prabowo

1 menit lalu

Golkar Klaim Tak Ada Penolakan untuk PKS Jika Ingin Gabung Kubu Prabowo

Golkar bilang KIM tidak pernah membahas penolakan terhadap PKS jika ingin bergabung dengan pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

4 menit lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

14 menit lalu

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

Penelitian mengklaim olahraga pada malam hari bisa memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang obesitas dan diabetes tipe 2.

Baca Selengkapnya

Tiket Konser Sheila on 7 di Makassar Ludes dalam 1 Jam, Besok War untuk Pekanbaru

15 menit lalu

Tiket Konser Sheila on 7 di Makassar Ludes dalam 1 Jam, Besok War untuk Pekanbaru

Seluruh tiket konser Sheila on 7 di Makassar sudah habis terjual hanya dalam 1 jam.

Baca Selengkapnya

Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

26 menit lalu

Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa S2 di Northeastern University, Bisa Langsung Kerja dengan Gaji Kompetitif

33 menit lalu

LPDP Buka Beasiswa S2 di Northeastern University, Bisa Langsung Kerja dengan Gaji Kompetitif

Simak cara daftar beasiswa LPDP di Northeastern University.

Baca Selengkapnya

Dua Tersangka Tewasnya Remaja di Hotel Senopati Buka Jasa Open BO, Korban Diberi Inex dan Sabu

47 menit lalu

Dua Tersangka Tewasnya Remaja di Hotel Senopati Buka Jasa Open BO, Korban Diberi Inex dan Sabu

Polisi menangkap dua tersangka tewasnya seorang remaja di sebuah hotel di Senopati. Mereka membawa dua remaja ke hotel itu untuk open BO.

Baca Selengkapnya

Stagnan, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.326.000 per Gram

50 menit lalu

Stagnan, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.326.000 per Gram

Harga emas PT Aneka Tambang atau emas Antam stagnan di level Rp 1.326.000 per gram dalam perdagangan Ahad, 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Rangkuman Pro Kontra Iuran Pariwisata, Anggota Komisi V DPR: Sebaiknya Tidak Diterapkan

50 menit lalu

Rangkuman Pro Kontra Iuran Pariwisata, Anggota Komisi V DPR: Sebaiknya Tidak Diterapkan

Iuran dana Pariwisata pada tiket pesawat yang direncanakan pemerintah menjadi kontroversi. Bagaimana tanggapan dari berbagai pihak?

Baca Selengkapnya