Korupsi Olahraga

Penulis

Jumat, 12 Juni 2015 02:18 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Djoko Subinarto, alumnus Universitas Padjadjaran

Penangkapan sejumlah petinggi Fédération Internationale de Football Association (FIFA) oleh otoritas kepolisian Swiss atas tuduhan suap, beberapa waktu lalu, tidak hanya telah menghebohkan jagat olahraga, khususnya sepak bola, tapi juga sudah meruntuhkan kredibilitas FIFA di bawah kepemimpinan Sepp Blatter, yang notabene baru saja terpilih kembali sebagai Presiden FIFA. Buntutnya, Blatter, yang menjabat Presiden FIFA sejak 1998, memilih mengundurkan diri pada 2 Juni lalu.

Tak bisa dimungkiri, olahraga dewasa ini telah menjadi industri. Olahraga, khususnya olahraga profesional, menggelontorkan duit yang sangat besar. Diperkirakan, industri olahraga menyumbang 2,5-3,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) tiap negara.

Namun, lazimnya, di mana ada uang besar mengalir deras, di situ selalu ada celah untuk korupsi. Secara umum, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Menurut Gorse & Chadwick (2009), korupsi olahraga adalah setiap aktivitas ilegal yang berlawanan dengan moral dan etika yang berusaha dengan sengaja merusak hasil sebuah laga olahraga, sehingga salah satu pihak atau beberapa pihak yang terlibat dalam aktivitas itu mendapatkan keuntungan materi.

Korupsi di sektor olahraga dapat mewujud dalam beragam bentuk. Salah satunya adalah pengaturan pertandingan (match fixing). Dalam hal ini, wasit atau pemain menerima suap untuk mengatur hasil akhir pertandingan. Selain karena pengaruh campur tangan para petaruh atau penjudi, match fixing dimungkinkan karena ambisi sekelompok pihak yang selalu ingin berada di peringkat atas dalam sebuah kompetisi olahraga.

Transfer pemain, proses lelang untuk pembangunan fasilitas olahraga, pemberian izin hak siar, dan pemilihan tuan rumah bagi penyelenggaraan event-event olahraga dapat pula menjadi ladang subur korupsi. Di samping mencederai semangat fair play yang menjadi roh olahraga, korupsi di sektor olahraga, terlepas dari bentuk dan skalanya, bakal sangat mempengaruhi prestasi dan kualitas olahraga.

Sebagai salah satu negara paling korup di kawasan Asia-Pasifik, saya yakin sektor olahraga di Indonesia juga tidak luput dari belitan korupsi. Seperti kita ketahui, virus korupsi telah menyusup ke hampir semua sendi kehidupan bangsa ini. Karena itu, upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi harus pula diarahkan ke sektor olahraga kita.

Transparansi menjadi salah satu unsur krusial dalam melawan korupsi. Subsidi pemerintah kepada sektor olahraga wajib dibarengi transparansi dalam soal pengelolaannya. Karena itu, kebijakan dan program-program yang akan membuat sistem keolahragaan kita semakin transparan dan akuntabel harus terus diupayakan secara sungguh-sungguh.

Yang juga tidak kalah penting adalah aspek kejujuran dari para pengurus olahraga kita, dalam level apa pun. Keberadaan para pengurus olahraga yang jujur menjadi modal besar dalam memberantas dan menangkal praktek-praktek korup dalam sektor olahraga kita. Bagaimanapun, benih-benih korupsi dapat tumbuh subur karena absennya kejujuran.*


Berita terkait

Menpora: BUMN Akan Jadi Bapak Angkat 17 Cabang Olahraga

12 Juni 2021

Menpora: BUMN Akan Jadi Bapak Angkat 17 Cabang Olahraga

Menpora Zainudin Amali menyatakan badan usaha milik negara (BUMN) akan menjadi "bapak angkat" untuk 17 cabang olahraga pilihan.

Baca Selengkapnya

Anggaran Terbatas, Menpora Optimistis Target Prestasi Tercapai

23 September 2020

Anggaran Terbatas, Menpora Optimistis Target Prestasi Tercapai

Menpora Zainudin Amali yakin mampu mencapai target-target prestasi meski ada keterbatasan anggaran.

Baca Selengkapnya

Berubah, Simak Mekanisme Baru Penyaluran Dana Pelatnas Olahraga

21 Juli 2020

Berubah, Simak Mekanisme Baru Penyaluran Dana Pelatnas Olahraga

Kemenpora) mengumumkan bahwa mekanisme penyaluran dana pelatnas untuk induk organisasi cabang olahraga mengalami perubahan.

Baca Selengkapnya

Dana Olahraga Kurang, San Diego Urung Gelar World Beach Games

31 Mei 2019

Dana Olahraga Kurang, San Diego Urung Gelar World Beach Games

World Beach Games 2019 batal digelar di San Diego karena kota di California, Amerika Serikat itu tak mendapatkan cukup dana olahraga.

Baca Selengkapnya

Tips Merawat Koleksi Boneka, Jangan Taruh di Ruang Terbuka

7 April 2018

Tips Merawat Koleksi Boneka, Jangan Taruh di Ruang Terbuka

Pria ini mengoleksi banyak sekali maskot piala dunia. Bagaimana seharusnya kita menjaga agar koleksi kita tetap cantik dan aman?

Baca Selengkapnya

Kemenpora Janji Bagikan Rapel Honor Atlet Awal April

30 Maret 2017

Kemenpora Janji Bagikan Rapel Honor Atlet Awal April

"Pekan depan. Honor untuk atlet tidak akan berkurang. Mereka tetap menerima honor secara utuh dalam bentuk rapel,"

Baca Selengkapnya

Kisruh Dana Sosialisasi Asian Games, Ini Kata Erick Thohir

7 Maret 2017

Kisruh Dana Sosialisasi Asian Games, Ini Kata Erick Thohir

Ketua Umum KOI Erick Thohir menyatakan siap dipenjara jika terbukti bersalah dalam kasus korupsi dana sosialisasi Asian Games 2018.

Baca Selengkapnya

Kemenpora Siapkan Rp 10 M untuk Islamic Solidarity Games  

23 Februari 2017

Kemenpora Siapkan Rp 10 M untuk Islamic Solidarity Games  

ISG merupakan kejuaraan yang disejajarkan dengan Asian Winter Games hingga Asian Indoor and Martial Arts Games 2017.

Baca Selengkapnya

Perenang Triady Mulai Kantongi Bonus PON Rp2,045 Miliar

8 Februari 2017

Perenang Triady Mulai Kantongi Bonus PON Rp2,045 Miliar

Bonus tersebut, kata dia, akan digunakan untuk modal investasi di bidang properti

Baca Selengkapnya

Pengurus KOI Tidak Mundur Meski Ditetapkan Jadi Tersangka  

29 Desember 2016

Pengurus KOI Tidak Mundur Meski Ditetapkan Jadi Tersangka  

"Statusnya baru tersangka. Dalam AD/ART kami tidak ada aturan jika menjadi tersangka harus mengundurkan diri," kata juru bicara KOI.

Baca Selengkapnya