Politik untuk Kemanusiaan?

Penulis

Sabtu, 13 Juni 2015 03:05 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Untung Yusuf Suropati, aktivis pemberdayaan

Kegiatan kemanusiaan biasanya dipahami sangat intim dengan kegiatan filantropi (kedermawanan). Sering kali, setelah selesai kegiatan kemanusiaan, para pegiatnya melanjutkan dengan beragam kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan maksud memulihkan atau lebih membangun kemandirian, seperti pada komunitas yang menjadi korban terkena dampak bencana alam atau pada daerah tertinggal.

Pemberdayaan sebagai pendekatan dan metode, pasca-reformasi di Indonesia pada 1998, diadopsi dalam program-program pembangunan yang diselenggarakan oleh berbagai kementerian yang sebelumnya tentu harus melalui persetujuan wakil rakyat dari partai politik. Kemudian terwujudlah keniscayaan bahwa pemberdayaan telah berwarna lain dibanding sebelum reformasi. Awal mula pemberdayaan adalah dari ranah paradigma—Kecil Itu Indah (Small is Beautiful)—karya ekonom Inggris, E.F. Schumacher, pada 1973.

Kegiatan-kegiatan kemanusiaan akan lebih maksimal terasa manfaatnya ketika berkolaborasi dengan pemberdayaan. Karena pemberdayaan adalah perpaduan antara membuat kita cerdas, terampil, dan termotivasi ke arah membangun sebuah kondisi lebih sejahtera. Cerdas yang dimaksudkan adalah mewujudkan paradigma dari reaktif menjadi konseptual. Terampil adalah dari kemampuan amatiran menjadi memiliki kemampuan profesional dalam mengelola hal teknis dan manajemen. Adapun yang dimaksud termotivasi adalah dari bersikap apatis menjadi lebih kritis dalam berpikir dan berkarya.

Pemberdayaan yang serius diselenggarakan secara terorganisasi, sistematik, dan berkelanjutan. Ada pertanyaan yang menggelikan dalam hal ini: pemberdayaan macam apa yang bisa dilakukan melalui bingkai politik? Pertanyaan satire tersebut beralasan karena, apabila rakyat kian cerdas, rakyat akan memilih para wakilnya sebagai politikus yang mampu membangun bangsanya menjadi barometer kemandirian bagi dunia.

Kemanusiaan, pemberdayaan, dan politik, masing-masing memiliki keunikan karakter. Kemanusiaan adalah pemikiran dan tindakan yang sangat beradab, dilaksanakan untuk memuliakan ras manusia secara keseluruhan. Pemberdayaan masyarakatadalah pemikiran dan tindakan mewujudkan proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif dari tahap memulai sampai pemeliharaan keberlanjutan terhadap hasil pembangunan.

Sementara politik adalah sisi gelap kemanusiaan. Seperti pendapat Niccolo Machiavelli, bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, kelicikan, dan dusta, yang digabung dengan penggunaan kekejaman serta kekuatan.

Dengan demikian, apakah mungkin ada yang tersisa dari politik untuk kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat? Ternyata ada, satu di antara 560 anggota DPR RI yang terpilih hasil Pemilihan Legislatif 2014 mencoba dengan upaya luar biasa untuk menegakkan benang basah. Dia menulis buku Politik untuk Kemanusiaan. Buku dengan pilihan bahasa yang serius dan kaya gagasan ini tampaknya perlu dipublikasikan. Berpacu dengan kian ketidakpastian arah bangsa, karena buku ini ditulis oleh seorang politikus, kita tunggu kelanjutan manfaatnya untuk rakyat. Menunggu dengan rasa pesimistis, terlihat lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.


Berita terkait

Viral Surat DPR Dapat Rp 116 Juta untuk Uang Muka Beli Kendaraan

8 April 2020

Viral Surat DPR Dapat Rp 116 Juta untuk Uang Muka Beli Kendaraan

Beredar sebuah surat yang menyebutkan anggota DPR akan mendapat Rp 116 juta untuk uang muka membeli kendaraan.

Baca Selengkapnya

Baleg Mendapat Masukan 451 RUU Prolegnas DPR 2019-2024

4 Desember 2019

Baleg Mendapat Masukan 451 RUU Prolegnas DPR 2019-2024

DPR 2019-2024 menargetkan 135 UU disahkan.

Baca Selengkapnya

Mulan Jameela Hingga Hillary Brigita Anggota DPR, Berapa Gajinya?

2 Oktober 2019

Mulan Jameela Hingga Hillary Brigita Anggota DPR, Berapa Gajinya?

Gaji dan fasilitas yang diterima anggota DPR baru amat menggiurkan.

Baca Selengkapnya

Singgung Income, Jokowi Minta DPR Percepat Legislasi

26 Agustus 2019

Singgung Income, Jokowi Minta DPR Percepat Legislasi

Kata Jokowi, income anggota DPR lebih besar dari Menteri.

Baca Selengkapnya

Ketika Ketua Umum PSI Tanya 10 Anggota DPR Baik kepada Jurnalis

28 Agustus 2017

Ketika Ketua Umum PSI Tanya 10 Anggota DPR Baik kepada Jurnalis

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menanyakan 10 anggota DPR RI yang baik kepada para jurnalis.

Baca Selengkapnya

Ketua BURT Ingin Ruangan Anggota DPR Senyaman Hakim Konstitusi

19 Agustus 2017

Ketua BURT Ingin Ruangan Anggota DPR Senyaman Hakim Konstitusi

Anton Sihombing menilai ruangan anggota DPR sudah melebihi kapasitas.

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Sarankan Jokowi Menolak Pembangunan Gedung Baru DPR

15 Agustus 2017

Mahfud Md Sarankan Jokowi Menolak Pembangunan Gedung Baru DPR

Mahfud berujar, dalam berbagai lawatannya ke luar negeri, gedung parlemen Indonesia sudah jauh lebih layak dan terhitung fasilitasnya cukup mewah.

Baca Selengkapnya

DPR Minta Anggaran Rp 7,25 Triliun, Roy Salam: Tidak Rasional

15 Agustus 2017

DPR Minta Anggaran Rp 7,25 Triliun, Roy Salam: Tidak Rasional

Menurut Roy tren kenaikan anggaran menyebabkan deviasi APBN, yang kemudian menimbulkan defisit.

Baca Selengkapnya

Ini Penjelasan Fahri Hamzah Awal Mula Wacana Proyek Apartemen DPR

11 Agustus 2017

Ini Penjelasan Fahri Hamzah Awal Mula Wacana Proyek Apartemen DPR

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menjelaskan awal mula munculnya wacana pembangunan gedung baru DPR di Taman Ria, Senayan.

Baca Selengkapnya

Alasan PUSaKO Minta Pemerintah Menolak Anggaran DPR 7,25 Triliun

11 Agustus 2017

Alasan PUSaKO Minta Pemerintah Menolak Anggaran DPR 7,25 Triliun

Menurut Direktur PUSaKO Feri Amsari, DPR tak layak mengajukan anggaran sebesar itu, karena selain prolegnas meleset, DPR juga sering menyerang KPK.

Baca Selengkapnya