Setahun Kepemimpinan Jokowi

Penulis

Selasa, 20 Oktober 2015 00:38 WIB

Kepemimpinan merupakan kelemahan terbesar pemerintah Presiden Joko Widodo. Dalam setahun usia kekuasaan mereka, lemahnya koordinasi terlihat di mana-mana. Berkali-kali perbedaan pendapat di antara para menteri yang mencuat ke publikbahkan antara menteri dan Wakil Presiden Jusuf Kallatidak pernah diselesaikan dengan saksama.

Pada awal pemerintahan, Jokowi menyatakan "tidak ada visi menteri" karena "yang ada hanya visi presiden". Kenyataannya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli bebas beradu argumen secara terbuka dengan Menteri BUMN Rini Soemarno dalam hal pembelian pesawat Garuda, juga dengan Menteri Energi Sudirman Said soal perpanjangan kontrak Freeport. Menteri Rini pun berbeda pendapat dengan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tentang kereta cepat Jakarta-Bandung.

Perbedaan pendapat sebenarnya diperlukan untuk mendapatkan keputusan terbaik. Namun, jika dilakukan secara terbuka, publik akan menangkapnya sebagai ketidakmampuan Presiden mengendalikan menteri-menterinya. Lebih jauh lagi, masyarakat akan mempertanyakan pilihan Presiden ketika menyusun Kabinet Kerja yang juga sudah dirombak pada Agustus lalu itu.

Jokowi, setahun yang lalu, dilantik dengan memikul harapan besar. Masyarakatterutama pendukungnya dalam pemilihan presiden 2014berharap dia memberikan sesuatu yang baru dalam pemerintahan. Apalagi dia populer karena menggunakan pendekatan yang lebih manusiawi ketika menjadi Wali Kota Solo, Jawa Tengah, dan kemudian Gubernur Jakarta.

Bulan madu ternyata berakhir cepat ketika Presiden mengajukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon Kepala Polri. Kelompok antikorupsi mempersoalkan penunjukan jenderal yang diduga memiliki rekening tak wajar itu. Setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Budi sebagai tersangka gratifikasi, gonjang-ganjing politik pun meledak. Lembaga antikorupsi itu akhirnya lumpuh karena pemimpinnya diperkarakan polisi.

Advertising
Advertising

Kepercayaan terhadap pemerintah baru juga terkikis karena ekonomi yang melemah. Harga berbagai kebutuhan pokok, seperti beras dan daging sapi, merangkak naik. Nilai tukar rupiah pun anjlok. Memang, situasi itu banyak dipengaruhi ekonomi global. Namun persepsi publik menghubungkannya dengan kinerja pemerintah.

Kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi memudar. Pada Juni 2015, Saiful Mujani Research and Consulting melaporkan tingkat kepuasan responden hanya 40,7 persen, di bawah angka kepuasan tahun pertama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, yakni 70 persen. Pada 8 Oktober lalu, Indo Barometer melaporkan hanya 46 persen responden yang puasturun dari 57,5 persen dalam survei lembaga yang sama enam bulan sebelumnya.

Jokowi dan Kalla semestinya segera berbenah untuk memperbaiki kinerja pemerintahan mereka. Prioritas utama adalah membuat Kabinet Kerja lebih solid.

Berita terkait

Dosen Hukum Pidana UGM Sanggah Nurul Ghufron yang Sebut Kaesang Tak Wajib Laporkan Terima Gratifikasi

4 menit lalu

Dosen Hukum Pidana UGM Sanggah Nurul Ghufron yang Sebut Kaesang Tak Wajib Laporkan Terima Gratifikasi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut Kaesang tidak perlu melaporkan gratifikasi. Dosen Hukum Pidana UGM bilang tidak boleh dibebaskan kasusnya.

Baca Selengkapnya

Misa di Papua Nugini, Paus Fransiskus: Tuhan Menyentuh Orang hingga Ujung Dunia

12 menit lalu

Misa di Papua Nugini, Paus Fransiskus: Tuhan Menyentuh Orang hingga Ujung Dunia

Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus di John Guise Stadium dihadiri sekitar 35 ribu umat.

Baca Selengkapnya

Penyebab Paus Fransiskus Hanya Hidup dengan Satu Paru-paru

15 menit lalu

Penyebab Paus Fransiskus Hanya Hidup dengan Satu Paru-paru

Meski hanya memiliki satu paru-paru, Paus Fransiskus sanggup melakukan perjalanan jauh ke berbagai penjuru dunia.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Langgar Kode Etik Soal Intervensi Mutasi ASN Kementan

24 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Langgar Kode Etik Soal Intervensi Mutasi ASN Kementan

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti melakukan pelanggaran kode etik soal penyalahgunaan pengaruh atau jabatan di balik mutasi ASN Kementan.

Baca Selengkapnya

Profil Cak Lontong, Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno yang Disebut Good Looking

26 menit lalu

Profil Cak Lontong, Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno yang Disebut Good Looking

Cak Lontong Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung dan Rano Karno dalam Pilkada Jakarta 2024. Sebelumnya, Pramono sebut ketua timnya sosok good looking.

Baca Selengkapnya

Tips Mendaki Bagi Pemula dan 5 Larangan saat Naik Gunung

30 menit lalu

Tips Mendaki Bagi Pemula dan 5 Larangan saat Naik Gunung

Ada sejumlah persiapan dan larangan saat naik gunung

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Pernah Menunjuk Faisal Basri Jadi Satgas TPPU, Bongkar Kasus Impor Emas Senilai Rp 189 Triliun

40 menit lalu

Mahfud Md Pernah Menunjuk Faisal Basri Jadi Satgas TPPU, Bongkar Kasus Impor Emas Senilai Rp 189 Triliun

Mahfud Md pernah menunjuk Faisal Basri jadi Satgas TPPU. Ini hasil temuan bersama timnya, termasuk bongkar kasus impor emas senilai Rp 189 triliun.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

46 menit lalu

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

Jusuf Kalla menyampaikan kritik terhadap kinerja Mendikbud Nadiwm Makarim.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Terbukti Langgar Kode Etik, Berikut Sejumlah Kontroversinya Termasuk Soal Kaesang

48 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Terbukti Langgar Kode Etik, Berikut Sejumlah Kontroversinya Termasuk Soal Kaesang

Dewa KPK putuskan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti lakukan pelanggaran kode etik. Berikut sejumlah kontroversi Ghufron, termasuk soal Kaesang.

Baca Selengkapnya

Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

49 menit lalu

Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

Polrestabes Palembang beberkan peranan 4 remaja dalam pembunuhan dan pemerkosaan terhadap siswi SMP.

Baca Selengkapnya