Segera Pilih Pemimpin KPK

Penulis

Senin, 23 November 2015 23:22 WIB

Dewan Perwakilan Rakyat merugikan publik bila terus mengulur-ulur waktu untuk menguji dan memilih calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi. Sudah dua bulan lebih nama-nama calon itu masuk Senayan, tapi DPR masih saja meributkan kinerja panitia seleksi KPK atau mempermasalahkan sejumlah calon.

Kerugian publik itu terjadi lantaran waktu yang tinggal sebulan ini tak memungkinkan DPR memaksimalkan penggalian terhadap kredibilitas dan kemampuan calon. Kalau saja DPR bergerak lebih awal, keraguan tentang calon bisa ditelusuri lebih dalam, dan publik bisa mengharapkan terpilihnya calon yang benar-benar kompeten dan bersih.

Sayangnya, DPR lebih sibuk memanggil tim pansel KPK dan mencari-cari kesalahannya karena dianggap tidak menyerahkan transkrip wawancara serta nilai setiap calon.

Padahal Presiden Joko Widodo menyerahkan delapan nama calon pemimpin KPK itu pada pertengahan September lalu. Panitia seleksi juga mengirim dua nama, yaitu Busyro Muqoddas dan Robby Arya Brata, yang telah menjalani uji kelayakan dan kepatutan. Namun keduanya harus menjalani uji kelayakan lagi.

DPR boleh saja menganggap rekam jejak calon kurang moncer. Tapi DPR tidak bisa menyalahkan pansel KPK. DPR seharusnya paham bahwa panitia seleksi hanya bertanggung jawab kepada Presiden, bukan DPR. Pansel diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Advertising
Advertising

Tugas DPR adalah menguji dan memilih calon yang disodorkan oleh Presiden. Melalui uji kelayakanlah DPR membuktikan anggapannya. Penilaian tentang rekam jejak dan kompetensi calon pemimpin KPK itu hanya bisa ditentukan melalui uji kelayakan.

DPR semestinya tidak perlu nyinyir kepada pansel KPK, apalagi melontarkan pernyataan yang merendahkan. Misalnya, menyebut panitia seleksi tak ubahnya kumpulan ibu-ibu arisan karena tidak membawa dokumen yang diminta.

Semakin hari kian terlihat motif DPR yang tak henti mencari kesalahan pansel KPK. Gara-gara panitia seleksi tidak mau melengkapi dokumen tentang calon pemimpin KPK, DPR menjadikannya dalih untuk menunda proses fit and proper test. Terdengar juga ancaman bahwa DPR akan menunda uji kelayakan entah sampai kapan.

Niat DPR mengulur waktu untuk uji kelayakan tampak dari jadwal yang belum disusun. Setidaknya hingga kemarin DPR belum menetapkan sistem pemilihan calon pemimpin KPK. DPR belum membahas apakah sistem one man one vote atau sistem paket yang akan dipakai.

Sekarang bukan saatnya berdebat tentang kinerja pansel KPK. Lagi pula tugas pansel KPK sudah selesai sejak menyerahkan nama-nama calon pemimpin KPK kepada Presiden Joko Widodo. DPR semestinya sadar, semakin mepet waktu uji kelayakan, semakin terbatas pula informasi tentang calon yang bisa digali.

Akibat serius yang lain, jika sampai 16 Desember belum terpilih lima pemimpin KPK, jelas kerja lembaga antirasuah itu akan terganggu. Orang ramai akan bertanya: "agenda terselubung" apa lagi yang sedang dimainkan DPR?

Berita terkait

Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

4 menit lalu

Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Manchester United Kalah 0-4 di Markas Crystal Palace, Christian Eriksen Sebut Sebuah Kekecewaan Besar

15 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Manchester United Kalah 0-4 di Markas Crystal Palace, Christian Eriksen Sebut Sebuah Kekecewaan Besar

Manchester United mendapat malu dan kalah 0-4 di kandang Crystal Palace pada pertandingan pekan ke-36 Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

Nany Afrida dan Bayu Wardhana Terpilih Jadi Ketua dan Sekjen AJI Periode 2024-2027

29 menit lalu

Nany Afrida dan Bayu Wardhana Terpilih Jadi Ketua dan Sekjen AJI Periode 2024-2027

Nany Afrida dan Bayu Wardhana terpilih menjadi Ketua dan Sekjen AJI yang baru dalam Kongres XII AJI.

Baca Selengkapnya

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

29 menit lalu

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin meresmikan masjid yang diubah dari gereja Ortodoks Yunani kuno di Istanbul

Baca Selengkapnya

Persiapan Hotel The Mark Tempat Selebriti Menginap saat Met Gala 2024

29 menit lalu

Persiapan Hotel The Mark Tempat Selebriti Menginap saat Met Gala 2024

Selama periode Met Gala 2024, Hotel The Mark menerima sekitar 60 tamu

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

1 jam lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya

Waskita Karya: 2 Proyek IKN Rampung, Kebut 10 Proyek Lagi hingga Semester I 2024

1 jam lalu

Waskita Karya: 2 Proyek IKN Rampung, Kebut 10 Proyek Lagi hingga Semester I 2024

Waskita Karya telah merampungkan 2 dari 12 proyek IKN yang tengah dibangun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini, Putin Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Masa Jabatan ke-5

2 jam lalu

Hari Ini, Putin Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Masa Jabatan ke-5

Pelantikan Vladimir Putin sebagai presiden Rusia untuk masa jabatan kelima pada upacara pelantikan yang akan digelar di Moskow.

Baca Selengkapnya

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

3 jam lalu

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

Video animasi yang dibagikan oleh partai Perdana Menteri Narendra Modi menargetkan partai Kongres sebagai oposisi dan komunitas Muslim.

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

3 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya