Wasisto Raharjo Jati, Peneliti di Pusat Peneltiian Politik - LIPI
Lebaran yang tinggal menunggu hari sudah ditandai dengan sebuah pemandangan paradoks, menurunnya jumlah pengunjung di masjid dan naiknya jumlah pengunjung di pusat belanja. Umat muslim urban yang didominasi para kelas menengah kini sudah mengalami pergeseran makna ibadah-dari secara teologis menjadi ibadah secara konsumtif. Itulah yang kemudian terbaca dari berbagai bazar dan Ramadan midnite sale di mal.
Kecenderungan psikologis demikian membuat konsumsi menjadi ajang eksistensi diri untuk dapat diakui oleh orang lain. Karakter konsumsi kelas menengah muslim di Indonesia sendiri adalah panic buying dan impulsive buying yang melihat dan belanja barang tidak secara terencana dan langsung beli seketika juga. Pada titik inilah kita bisa memaknai bahwa kebutuhan akan pengakuan sendiri begitu tinggi di kalangan kelas menengah muslim.
Namun mereka juga menghadiri berbagai forum majelis taklim maupun pengajian. Munculnya pengajian eksklusif dan munculnya dai dengan pakaian trendi sebenarnya merupakan upaya untuk menarik minat kelas menengah untuk mengikuti kegiatan dakwah. Selain itu pula, kegiatan sumbangan massal yang dihimpun melalui Dompet Dhuafa, Rumah Yatim, dan lembaga filantropis lainnya merupakan cara menghadirkan konsumsi uang dan barang yang bisa dimaknai sebagai ajang ibadah. Konsumsi juga bagian dari pembentuk citra bahwa kelas menengah merupakan representasi kelas mapan.
Konsumsi menjelang Lebaran bagi kelas menengah muslim juga dapat diartikan sebagai bentuk pencarian identitas sebuah kelompok. Identitas tersebut bisa terbaca dari seberapa banyak barang yang dibeli. Konsumsi tersebut dapat diartikan sebagai simbol kemapanan maupun juga simbol keagungan Ramadan. Kesalehan kemudian dimaknai dengan adanya perayaan simbol Islam seperti halnya bulan sabit, kurma, unta Arab, maupun sarung di pusat belanja.
Kecenderungan setiap Ramadan adalah naiknya inflasi 0-0,5 persen, naiknya transaksi uang sebesar 3 persen, dan sirkulasi barang jasa yang sebegitu masif. Artinya, Ramadan juga disebut sebagai bulan penghabisan bagi kalangan kelas menengah untuk menikmati hasil jerih payahnya selama setahun untuk bisa dirayakan saat Lebaran secara berkesan.
Pada akhirnya, ritual mudik yang selama ini menjadi agenda rutin dan klasik bagi masyarakat Indonesia diartikan sebagai kebutuhan psikologis untuk diakui di lingkungan asalnya. Mudik merupakan momentum transisi dari kelas masyarakat agraria menjadi kelas menengah perkotaan yang selalu menimbulkan pesona bagi warga asalnya. Maka, dengan melihat kecenderungan masyarakat kelas menengah sedemikian ini, kita bisa melihat bahwa konsumerisme yang terpancar dan kesalehan sosial yang dilakukan oleh kalangan kelas menengah kita adalah bentuk pengakuan diri sebagai kelas mapan. Akan lebih baik apabila, di samping memenuhi kebutuhan konsumsi, kebutuhan teologis juga tak dilupakan, mengingat Ramadan adalah saat mengerem hawa nafsu, bukannya memaksimalkan hawa nafsu melalui belanja. *
Berita terkait
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: YouTube Perkuat Fitur Layanan Belanja, HyperOS Terpasang di Redmi Note 13, Fakta Gunung Ruang
7 hari lalu
Topik tentang YouTube mengembangkan fitur belanja baru yang bersaing dengan TikTok Shop menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.
Baca SelengkapnyaPemicu Orang Kebelet BAB saat Sedang Belanja
14 hari lalu
Jangan malu dan sungkan bila tiba-tiba kebelet BAB ketika sedang belanja. Pakar menjelaskan fenomena tersebut.
Baca SelengkapnyaBelanja Pemerintah Sentuh Rp 470 T, Didorong Pemilu
40 hari lalu
Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyampaikanbelanja pemerintah telah terealisasiRp 470,3 triliun hingga pertengahan Maret ini.
Baca SelengkapnyaSahur Jadi Waktu Check-Out Favorit Konsumen Lazada
45 hari lalu
Senior Vice President Campaigns, Traffic, and Onsite Marketing Lazada Indonesia Amelia Tediarjo, mengatakan aktivitas transaksi banyak saat sahur.
Baca SelengkapnyaPusat Grosir Solo Siapkan Konsep Baru Jadi Kawasan One Stop Shopping, Pedagang Bakal Difasilitasi Aplikasi CRM
53 hari lalu
Manajemen Pusat Grosir Solo (PGS) sedang mempersiapkan konsep baru wisata belanja di Kota Solo yang akan diterapkan mulai tahun 2026.
Baca SelengkapnyaProgram Makan Siang Gratis Menuai Kritik, Apa Kata Para Ekonom?
56 hari lalu
Program makan siang gratis dinilai para ekonom akan menggerus dana pendidikan dan membebani APBN.
Baca SelengkapnyaDestinasi Favorit Anya Geraldine di Singapura dari Wisata Kuliner hingga Belanja
29 Februari 2024
Anya Geraldine menceritakan pengalaman mengeksplorasi Singapura
Baca SelengkapnyaRealisasi Belanja Bansos Capai Rp 12,45 T per Januari 2024, Naik 220 Persen
28 Februari 2024
Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja bansos mencapai Rp 12,45 triliun per 31 Januari 2024 atau naik 220,87 persen secara tahunan.
Baca Selengkapnya10 Tips Menawar Saat Berbelanja di Pasar Bagi Turis Asing
15 Februari 2024
Belanja di pasar menjadi tujuan menarik bagi para turis asing. Berikut terdapat tips menawar saat berbelanja di pasar bagi turis asing.
Baca SelengkapnyaBertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern
4 Februari 2024
Jika Malioboro punya Pasar Beringharjo untuk belanja batik, kawasan utara Kota Yogyakarta ini punya Jalan C. Simanjuntak ini untuk fashion modern.
Baca Selengkapnya